Devil's Fruit (21+)

Tragic



Tragic

0Fruit 420: Tragic     

Andrea kini sudah menggendong Jovano, menoleh bingung ke kamar Shelly. Saking penasarannya, ia pun masuk ke sana, mendapati Shelly menangis histeris. "Beb?"     

"Ndre! Ndre! Anakku~ uhuhuhu!" Wajah basah Shelly sungguh mengiba. Andrea pun tau apa yang sedang terjadi.     

Andrea letakkan Jovano di kasur, lalu memeluk sahabatnya yang menangis pilu. "Shh~ dah, dah, percaya deh, pasti Kenzo bisa bawa pulang anakmu. Dia pasti selametin anak kalian. Oke?"     

Mau tak mau, Shelly mengangguk saking tak tau harus bagaimana lagi. Ia hanya bisa berharap dan percaya bahwa suaminya akan membawa pulang anaknya dengan selamat tanpa kurang satupun.     

Pangeran Djanh dan Revka berhasil 'membersihkan' semua Vampir 'anak buah' Vaux.     

"Kurasa sudah kita habisi semua, ya kan Kitty?" Pangeran Djanh menoleh ke istrinya yang terengah. Meski tenaga mereka melebihi dari para Vampir, tapi jika harus secara kontinu bertempur tanpa henti selama berjam-jam tentu saja lelah. "Kau lelah, Kitty sayank?"     

"Tentu aja, bodoh." Revka menepuk tangan suaminya yang singgah di bokongnya. Dasar suami mesum tiada henti. Pangeran Djanh terkekeh.     

"Kau di sini temani mereka, aku akan menyusul Kenz," ujar Pangeran Djanh setelah yakin tak ada lagi musuh akan datang. Revka cuma angkat dagu menandakan iya, dan sang Pangeran pun melesat mengejar Kenzo.     

Andrea menitipkan Jovano sebentar pada Revka, sementara dia mencari minum layak untuk Shelly. Sahabatnya pasti butuh sumber tenaga baru setelah berjuang nyaris mati melahirkan anak pertamanya.     

Wanita Cambion mencari susu di dapur, berharap di tengah suasana porak-poranda rumahnya masih ada yang bisa dimakan dan diminum. Beruntunglah di lemari es masih ada apa yang ia harapkan.     

Penuh cekatan karena Shelly harus lekas mengisi tenaga, Andrea memanaskan susu agar hangat dan juga hangatkan setangkup sandwich yang masih tersisa di lemari es.     

Sebelum kembali ke kamar Shelly, dia sempat menengok kamarnya sendiri karena dia mencium bau daging gosong pula dari sana. Dahinya mengernyit mendapati seonggok mayat Vampir sudah nyaris menjadi abu di lantai kamarnya.     

Hanya miringkan kepala, ia berpikir mungkin Pangeran Djanh atau Kenzo yang sempat menyelamatkan anaknya tadi. Nanti ia akan berterima kasih pada keduanya.     

Di kamar Shelly, Andrea memaksa Shelly agar mau makan dan minum hangat untuk memulihkan kondisi. Dalam keadaan begini, ia jadi ingin ada Druana di sini untuk menangani Shelly. Ia tak yakin mampu.     

Untung saja Shelly berhasil dibujuk untuk minum susu hangat, meski belum mau makan karena masih mencemaskan bayinya. Tak apa. Mungkin nanti mau.     

Menghela nafas, Andrea duduk di kursi kamar Shelly. Ia sangat ingin Dante ada di sini sekarang. Andrea membayangkan masa-masa kekompakan dia dan Dante melawan musuh di alam milik Pangeran Djanh sebelumnya. Ia merasa sangat lemah dan rapuh tanpa Dante. Betapa ternyata lelaki itu begitu ia damba di saat demikian.     

"Woi, ngelamun apa? Jorok, yah?" tanya Revka di depannya.     

Andrea menatap ke arah mantan saingan. "Otak gue beda ama otak elu, tong!"     

"Heh! Udah aku tolong bisa-bisanya gak sopan, yah kamu!" Revka mendelik gahar ke Andrea.     

"Iya, iyaaa~ maaf, dan terima kasih atas kedatangan serta bantuan kamu di sini, Kitty sayank~" Andrea menirukan cara Pangeran Djanh memanggil Revka.     

"Hei! Meledek?" Revka masih melotot sebal.     

"Kagak, Nyah!" Andrea spontan menjawab dengan tampang lucu.     

"Beuh!" Nyonya Nephilim pun buang muka.     

Andrea pasang senyum termanisnya, lalu memangku Jovano yang mulai mengantuk. Ini sudah hampir jam 4 subuh. Berapa jam mereka bertempur, astaga?! Ratusan penduduk mereka habisi malam ini. Itu juga karena sangat terpaksa. Oh, Andrea ingin sekali mencincang tubuh Vaux yang sudah memberikan malapetaka ini.     

Sungguh jahat, keji sekali Vampir hitam tersebut.     

Sementara, di tempat lain, Kenzo sudah menemukan persembunyian Vaux.     

"Kemarikan anakku!" teriak Kenzo seraya mendekat. Tubuhnya mulai memancarkan cahaya merah. Mungkin karena marah.     

"Hahaha, kau yakin ingin anakmu?" tanya Vaux menambah geram Tuan Panglima.     

"Cepat berikan agar kau tak perlu kucabik-cabik!" Kenzo makin tersulut emosi karena Vaux jelas-jelas mempermainkan dia serta meremehkannya.     

"Baiklah! Baiklah!" Vaux menyerah. Kemudian dia melemparkan sesuatu ke Kenzo, lalu dia lekas melesat pergi.     

Kenzo menerima benda itu dengan hati meletup-letup ingin meledak. Bayinya dan Shelly hanya tinggal kepala dan beberapa anggota badan saja. Bagian organ dalam sudah tak ada. Rupanya Vaux memakan bayi itu sambil berlari ke hutan.     

"AAARGHHH!" Kenzo meraung penuh amarah. Ini sudah sangat keterlaluan. Ia tak perduli lagi pada perjanjian antara Iblis dan Vampir. TAK PERDULI!     

Kenzo merubah wujudnya menjadi sosok Iblis, sehingga dia bisa mendapatkan kekuatan penuh, mampu mendeteksi ke mana Vaux lari hanya dari hembusan nafas si Vampir saja, karena nafasnya berbau darah.     

Hanya butuh sekian detik bagi Kenzo menemukan Vaux, menghentikan seketika Vampir keji itu. Ia menggeram murka.     

"Wohoho... sudah kukatakan bukan, jangan terlalu cepat emosi karena itu bisa bikin wajahmu lekas menua." Vaux masih sempat-sempatnya meledek Kenzo.     

Wujud asli Kenzo memancarkan cahaya merah kelam, tinggi besar bagai monster mengerikan, bertanduk besar dan cakar pada tangannya tak bisa dikatakan kecil. Jangan remehkan itu. Ia juga mengeluarkan pedang spesialnya, Velaxz.     

Vaux sebenarnya gentar juga, karena harus diakui sesungguhnya tenaga dia berbeda level dengan Iblis.     

Kenzo sudah mendekat ke Vaux. Vampir itu menghindari sabetan pedang Kenzo karena dia memang mampu bergerak sangat cepat. Namun, Tuan Panglima tak mau kalah cepat.     

Tepp!     

Cukup dengan tenaga Iblisnya, Kenzo berhasil menangkap Vaux. Vampir itu masih belum mau menyerah, mencoba menebas tangan yang mencengkeram tengkuknya dengan jari maut Vampirnya.     

Kenzo sempat melepaskan cengekeramannya karena terkena sabetan kuku Vampir Vaux. Namun, ketika Tuan Vampir akan lolos lagi, Kenzo tebaskan pedangnya.     

Crass!     

"Aaarghh!" Vaux meraung kesakitan ketika kaki kanannya langsung buntung terkena sabetan pedang Iblis Kenzo ketika dia bersiap terbang.     

Kenzo mendekati Vaux yang kesakitan. Darah memburai lepas dari kaki buntung itu. Vaux menatap meminta belas kasih ke Kenzo. Rupanya memang tak boleh main-main dengan Iblis.     

"Jangan pernah remehkan Iblis, camkan pesanku ini," geram Kenzo.     

"Arrghh... tolong, jangan, tolong... ampuni aku. Aku akan pergi dan takkan mengganggu kalian lagi. Annhh..." Vaux kini tampak memelas. Sungguh berbeda jauh dengan arogansi sebelumnya yang ia tunjukkan.     

Kenzo menatap dingin. Sisi kejamnya sebagai Iblis tampak.     

Crass!     

"Arrghhh!" Vaux kembali meraung sakit dikarenakan tangan kirinya ditebas Velaxz milik Kenzo.     

"Enak sekali kau berkata ampuni, setelah kau memakan bayiku? Memakan anakku? Anak yang aku nanti-nanti nyaris setahun?"     

"Aku janji, aku... aku takkan muncul lagi di hadapan kalian. Aku akan pergi jauh dari kalian!"     

"Bukankah dari awal aku sudah peringatkan kau agar jangan macam-macam dengan kami? Levelmu jauh di bawah kami, penghisap rendahan! Ah, tapi untuk apa aku menasehatimu jika sebentar lagi kau takkan ada di dunia ini, ya bukan?"     

Vaux menggeleng ngeri mendengar ancaman halus Kenzo.     

Swoosh!     

"Haarghhh!" jerit Vaux ketika tangan kananya dibakar Kenzo menggunakan bola energi tinggi. Apinya pun berwarna hitam. Api dari neraka. Ia terus meraung karena rasa sakit luar biasa di tangan kanannya akibat api hitam yang tak bisa padam.     

Belum sempat Vaux berlama-lama kesakitan, Kenzo sudah julurkan tangan cakar Iblisnya ke perut Vaux dan merobek di sana sehingga usus Vaux terburai keluar. Organ dalam tersebut tercecer seketika dikeluarkan paksa oleh tangan besar Kenzo.     

Vaux sudah di batas hidup dan mati. Memang benar ucapan rekannya, Giorge, agar tidak mengusik keluarga itu. Lalu di manakah sang rekan? Kabur? Atau jangan-jangan mengambil kesempatan akan kelengahan Kenzo dan Pangeran Djanh yang menyusul dia?     

"Krrghh~ sakiitt~" Vaux menyuarakan yang ia rasa meski lirih bagai tercekat. Sungguh pelajaran besar baginya. Tapi ini sudah terlambat, seperti kata Kenzo.     

"Kau sangat pengecut sekali, Vampir lemah. Kau enak-enakan memangsa apapun secara keji, bahkan bayi baru lahir, dan kini kau tak mau dibalas serupa? Huh!" Kenzo kini bisa ganti mengejek.     

Tak mau hanya itu saja, tangan dengan cakar besar dan tajam itu ditancapkan ke jantung, mengeluarkannya sebelum Vaux benar-benar meregang nyawa, dan jantung yang berdenyut di tangan Kenzo pun diremas hingga hancur.     

Splatt!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.