Devil's Fruit (21+)

There You Are



There You Are

0Fruit 416: There You Are     

Pagi ini, Andrea sudah duduk tenang di meja makan ketika Shelly menghidangkan sarapan sederhana dibantu Kenzo. Padahal suaminya sudah menyarankan Shelly untuk tidak mengerjakan pekerjaan apapun dikarenakan kondisi perut buncitnya, namun Shelly tidak bisa mengabaikan hal memasak.     

Andrea mengunyah terong balado dengan sesekali menggigit kerupuk udangnya. Dia masih saja lebih menyukai makanan ibu pertiwi ketimbang makanan lokal.     

"Ndre, katanya mo cerita tentang cowok yang kemarin?" Shelly mulai duduk diikuti Kenzo.     

Wanita Cambion mengangguk-angguk santai, teguk sedikit susu coklat hangatnya, lalu pandang Shelly, kemudian Kenzo. "Mereka ada dua orang."     

"Dua?" ulang Shelly.     

Andrea mengangguk. "Yup! Dua orang, dan penampilan mereka aneh banget, gak kayak penduduk sini. Mereka... Eropa banget."     

"Tapi penduduk sini kan banyak yang aslinya dari Eropa, Ndre."     

"No, ini beda."     

"Bedanya?"     

"Pakaian mereka." Andrea menyeka mulut pakai serbet bersih yang sudah disediakan. "Baju mereka berdua ala orang Eropa abad pertengahan. Sumpah, itu beneran aneh. Gue pikir mereka lagi syuting drama kuno ato apaan, tapi..."     

"Tapi?" Shelly makin penasaran.     

"Mata mereka merah."     

"Merah?" Sekarang Kenzo.     

"Yeah, merah menyala waktu salah satunya deketin gue. Pake bilang seolah dia mo makan gue. Waktu gue kibas dia, dia emang melambung ke belakang, tapi abis itu cepet banget bangunnya."     

"Sudah bisa dipastikan mereka bukan manusia!" Kenzo tegas bicara. Wajahnya mendadak serius. "Puteri, kumohon hari ini jangan kemana-mana."     

"Gak bisa lah, Zo. Hari ini gue udah janji mo jenguk ternaknya Nyonya Jenkins. Gak bisa gue batalin. Kemarin udah gue tunda." Andrea bersikeras seperti biasanya.     

"Tapi, Puteri... bagaimana kalau kedua pria bukan manusia itu mengejar Puteri?" Kenzo benar-benar cemas.     

"Kan ada elu!" tandas Andrea cepat.     

Tuan Panglima mendengus. Omongan Andrea ada benarnya, karena Kenzo sering mengawal saban Andrea bepergian.     

"Ndre, kamu musti hati-hati mulai sekarang, yah!" Shelly remas lembut tangan sahabatnya.     

Cambion itu mengangguk. "Don wori, beb. Ada Kenzo yang selalu jagain gue."     

Menjelang siang, Andrea dan Kenzo pergi ke rumah Nyonya Jenkins untuk memeriksa ternaknya yang beberapa hari lalu sudah dijadwalkan untuk pemeriksaan rutin.     

Namun, sesampainya di sana, mereka berdua malah mendapati kejadian mengerikan. Ternak-ternak milik Nyonya Jenkins sudah dibantai di kandang. Para tetangganya sedang berkerumun di sana. Tampak Nyonya Jenkins seperti orang linglung, ditenangkan beberapa ibu-ibu.     

"Ada apa ini?" Andrea turun dari kudanya.     

"Ada yang membantai sadis ternak-ternak Bu Jenkins," jawab salah satu tetangga.     

Andrea lekas menghampiri tempat ternak itu terbunuh. Matanya memanas seketika. Sadis. Terlalu sadis. Tubuh ternak-ternak berceceran, dan beberapa organ dalamnya berhamburan di tanah. "Siapa yang sebiadab ini?" gumam Andrea.     

"Mungkin beruang Grizzly?" celetuk salah satu penduduk.     

"Tapi mereka takkan sampai membantai semuanya begini. Sapi, domba... habis berceceran." Andrea tatap orang itu.     

"Mungkin beruangnya datang berkelompok?"     

Andrea menggeleng. "Beruang Grizzly bukan jenis yang berkelompok, kecuali induk dan anak-anak mereka. Tapi kupikir tidak sampai seperti ini memangsanya."     

Kenzo menarik lengan Andrea, keluar dari kerumunan. "Puteri, sepertinya ada yang janggal. Tak mungkin beruang," bisik Kenzo.     

Putri dari King Zardakh ikut berbisik, "Iya, gue juga yakin ini bukan perbuatan Grizzly."     

"Puteri, apakah ini ada hubungannya dengan dua pria yang—" Kenzo lekas berasumsi.     

Andrea mendelik tak yakin. "Masa sih?" Lalu dia termenung sejenak.     

Keduanya terpaksa kembali ke rumah dengan penuh tanda tanya mengenai pembantaian aneh ternak Nyonya Jenkins.     

Keesokan harinya, terjadi kegemparan karena ada ternak-ternak milik penduduk lainnya yang juga dibantai sama seperti yang terjadi pada ternak Nyonya Jenkins.     

Andrea hela nafas. Heran kenapa bisa terjadi lagi. Sementara itu, Kenzo masih juga berasumsi bahwa semua itu pasti ada hubungannya dengan dua pria yang dia yakini bukan manusia.     

Malam ini Kenzo sengaja ke hutan untuk memeriksa siapa gerangan pria misterius yang pernah memburu Tuan Puterinya. Namun, meski sudah berusaha menjelajah hutan hingga pelosoknya, tetap tidak menemukan apa-apa. Ia pulang menjelang pagi dengan tangan kosong.     

Namun kegemparan terjadi paginya ketika Andrea mendengar dari tetangga terdekat bahwa keluarga Tuan Smith hilang dalam semalam.     

"APA?!" Andrea sampai memekik saking kagetnya ketika mendapat kabar itu. Ia lekas berlari ke kandang kuda dan memacunya ke rumah Tuan Smith. Kenzo menyertai di belakangnya.     

Di rumah Tuan Smith sudah ramai orang. Semuanya bertanya-tanya. Dan tragisnya, ternak milik Tuan Smith juga terbantai sadis.     

Andrea mengusap wajahnya secara kasar. Antara gemas dan bingung. Kemarin-kemarin ternak. Kenapa sekarang justru manusia? Ia pulang bersama Kenzo dalam diam. Otaknya terus berpikir, banyak.     

Shelly sudah menyambut di teras depan dengan muka cemas. "Gimana, Ndre?"     

Yang ditanya menggeleng. "Hilang misterius."     

Dikarenakan peristiwa aneh itu, penduduk pun berunding dan berkeputusan untuk saling berkumpul bersama. 3 keluarga harus berkumpul dalam satu tempat. Karena tak mungkin mengumpulkan semuanya dalam satu area tertutup. Mereka tak memiliki ruangan untuk itu.     

Sedangkan, Andrea tak bisa ikut berkumpul. Dia merasa lebih nyaman bersama Shelly dan Kenzo.     

Malam itu, Andrea memutuskan untuk tidur sendiri di kamarnya. Dia ingin berbincang dengan Dante. Namun, dia tidak memberitahukan mengenai keadaan darurat di lingkungannya agar suaminya tidak cemas.     

Sedangkan Jovano sudah ada di sebelahnya, tertidur pulas setelah dipulangkan oleh sang kakek.     

Tanpa sepengetahuan Andrea, Kenzo berbincang dengan King Zardakh mengenai keadaan gawat di situ.     

"Suruh Andrea pindah lagi ke Underworld." King Zardakh duduk di teras depan bersama Kenzo.     

"Puteri menolak. Hamba sudah membujuk dari kemarin, tapi tak berhasil." Kenzo menghela nafas. Keras kepala Tuan Puterinya sungguh susah ditaklukkan.     

"Menurutmu, itu apa? Yang menyerang?" King Zardakh mencoba menggali opini Panglimanya.     

"Sudah pasti bukan manusia, Yang Mulia." Kenzo menguarkan pendapatnya. "Juga bukan hewan buas. Apakah... mungkin Iblis?"     

King Zardakh menoleh ke anak buah kepercayaannya. "Begitu kah?"     

"Karena Iblis level rendah terkadang memang bisa melakukan pembantaian tanpa ragu ke manusia atau makhluk yang lebih lemah." Kenzo beropini.     

Rajanya manggut-manggut. "Kau yakin bisa mengatasi di sini dan menjaga anakku dengan sebaik-baiknya, Kenz?"     

"Ya, Paduka! Itu pasti." Kenzo mantap menjawab. Sebagai Panglima Iblis, dia yakin bisa melenyapkan apapun bahaya untuk Tuan Puterinya sekaligus melindungi semua yang ada di rumah itu.     

King Zardakh mengangguk puas. "Baiklah, aku serahkan padamu. Aku tak perlu kerahkan yang lain di sini kalau kau bisa mengatasi sendiri."     

"Ya, Paduka."     

King Zardakh pun kembali ke Underworld.     

Paginya, lagi-lagi terjadi kegemparan. Ada yang menculik satu kelompok keluarga yang berjaga. Kepala dusun tak bisa lagi diam. Dia menghubungi Sheriff setempat agar datang.     

Namun, Sheriff yang dinantikan tak kunjung datang. Apakah karena daerah mereka terlalu pelosok hingga aparat kota enggan datang mengurus?     

Suasana terus saja terasa mencekam. Tinggal 10 kepala keluarga, termasuk Andrea. Sedangkan ternak-ternak masih terus saja dibantai tiap malam dengan cara ajaib, seakan semuanya terjadi di dimensi lain.     

Andrea berkuda dengan Kenzo menyusuri bukit, hendak pulang. Mendadak gelang di pergelangan tangan Andrea bergetar. Bahkan berpendar. Ia hentikan kudanya seketika di suatu tanah lapang. Kenzo mengkuti.     

"Ada apa, Puteri?"     

"Gelangku bereaksi. Ada bahaya di dekat sini."     

Keduanya memandang sekeliling, bersiaga.     

Tak lama, dari arah hutan, seorang lelaki berkulit hitam yang pernah dijumpai Andrea datang. Langkahnya berderap arogan, penuh percaya diri. "Halo, Nona penyihir."     

Kenzo sudah bersiap. Gerahamnya sudah saling menggigit dengan geraman terdengar dalam. "Jadi... kau pelakunya."     

Pria hitam itu menoleh ke Kenzo. "Heh? Aku? Aku kenapa?" Wajahnya dibuat sepolos mungkin.     

"Kau yang membantai ternak dan menculik penduduk!" seru Kenzo. Lalu dia menghidu udara. "Dan ternyata kau bukan Iblis."     

Pria hitam itu terkekeh. "Yang Iblis itu kau. Benar, bukan?"     

Andrea miringkan tubuh sedikit ke arah Panglimanya untuk bertanya lirih, "Emang dia apaan, Zo?"     

Kenzo terdiam, seolah ragu mengucap. Namun pria hitam itu menatap penuh menantang ke Kenzo. "Katakan saja ke nona manis itu siapa aku, wahai Iblis."     

"Zo?"     

Panglima Incubus gelengkan kepala, gelisah. "Dia... Vampir."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.