Devil's Fruit (21+)

Dokter Hewan yang Nyentrik



Dokter Hewan yang Nyentrik

0Fruit 414: Dokter Hewan yang Nyentrik     

Ketika Andrea bangun keesokan paginya, dia agak heran saat mendapati dirinya sudah terbungkus selimut. Padahal seingat dia, semalam dia tidak menyiapkan selimut sama sekali karena terlalu lelah usai melalukan 'ITU'.     

"Sudah bangun, Puteri Tidur?" Sebuah suara membuatnya harus benar-benar membuka mata.     

"Shel?" Andrea menyapa sahabat yang membawakan sarapan pagi ke kamarnya. "Ini selimut—"     

"Aku yang kasi tadi subuh. Udara dingin gini bisa-bisanya kamu tidur telanjang. Untung bukan Kenzo yang masuk. Ishh~ kamu gimana, sih?" Shelly memanyunkan bibir.     

Wanita Cambion itu tersipu malu. Benar juga. Untunglah yang masuk ke kamar adalah Shelly, bukan suami dia. Bisa baper nanti Kenzo kalau melihat Andrea telanjang.     

"Kamu baik banget sih beb nganterin makanan ke kamar segala?" Andrea memang patut berujar demikian karena sangat jarang Shelly membawakan sarapan ke kamarnya.     

Shelly sudah menuangkan susu hangat ke gelas, siap diminum Andrea. "Memangnya kau bakal mau lekas bangun dan sarapan? Ini sudah siang, Ndre. Kamu itu lumayan susah kalo disuruh makan. Bangun subuh aja makanmu bisa kamu tunda-tunda sampai jam 10. Apalagi kalau kau bangun jam segini?"     

"Ya ampun, bebeb gue merepet kayak mpok-mpok naek Matic aja. Hahah!" Sesudahnya, Andrea tak bisa terus tertawa karena mulut sudah disumpal dengan roti lapis buatan Shelly. "Nwooh~ syekawang mayah diswuwapingh! Hwahah!" Ia tetap saja berceloteh sembari kunyah rotinya.     

"Terus aja ngoceh biar kesedak, terus aku bakalan ngakak nyukurin," sungut Shelly sambil masukkan bubuk coklat ke susu. Sahabatnya ini sangat suka susu coklat.     

"Yakin nih bakalan ngakak nyukurin gue kalo kesedak? Bukannya ntar malah mewek panic?"     

"Ahh! Males ah ngomong ama kamu, Ndre!" Shelly tau dia takkan bisa menang berdebat hal apapun dengan Andrea. Maka dari itu dia memilih pergi. "Buruan mandi! Tuh Kenzo udah nunggu di peternakan!"     

"Iya, iya, bebeb ayank~" balas Andrea menggoda sahabatnya.     

Siang itu Andrea disibukkan akan urusan sapi dan domba. Dia harus mengecek dua jenis hewan peliharaannya itu. Bahkan acara cukur bulu dombanya juga sudah menunggu ada di skedul to-do list minggu ini.     

Setelah menangani semua ternaknya, ia pun menaiki kudanya sembari menikmati udara sore yang sejuk untuk berkeliling di bukit.     

"Gue jalan-jalan dulu, Zo. Lu jaga rumah ama Shelly, yak! Cuma bentar ampe sunset doang, kok!" pamit Andrea ke Kenzo yang sedang memasukkan domba ke kandangnya.     

"Baiklah, Puteri. Hati-hati."     

Andrea hanya memberikan lambaian tangan tanpa bicara atau menoleh ke pengawalnya, karena kaki kudanya mulai berderap keluar dari area peternakan.     

Sore ini begitu cerah. Andrea bisa memanfaatkan waktu untuk beramah-tamah dengan para tetangga terdekat, saling berinteraksi dan mengobrol singkat agar tercipta suasana akrab.     

Tiba-tiba dia kangen akan suasana ramah bertetangga begini. Andai Opa dan Oma tidak meninggal secara tragis, tentu Andrea tak perlu 'melarikan diri' sejauh ini.     

Banyak tetangga Andrea di pelosok Cordova yang senang kedatangan ibu muda tersebut. Andrea cepat terkenal di daerah itu. Cantik, pintar, dan supel. Beberapa pemuda setempat bahkan sering terlihat mencari perhatian Andrea, namun Cambion itu tidak menggubris.     

Namun, ada 1 pemuda yang terus gigih mendekati Andrea meski tau Andrea punya suami. Pria yang berprinsip : cari celah walau sesempit apapun. Itu karena Andrea tidak juga bisa menunjukkan keberadaan suaminya.     

"Andrea!" panggil Jordan, pria gigih itu sambil berkuda mendekat ke Andrea. "Sudah akan pulang?"     

Wanita Cambion menoleh ke pria berambut pirang bertubuh atletis berkulit agak kecoklatan karena sering terbakar sinar matahari. "Helo, Jordan. Iya, aku akan kembali ke rumah."     

Jordan menjejeri kuda Andrea yang berderap pelan. "Mana Jovano?"     

"Sedang ke tempat Kakeknya."     

Jordan hanya mengangguk, sok paham, meski belum pernah tau sekalipun wujud ayah Andrea. Jangan, Tuan. Kau bisa mati kaget kalau melihat wujud King Zardakh, terlebih dalam wujud aslinya.     

Meski Andrea tergolong ramah dan sering membantu penduduk di sana masalah ternak, tapi bagi Jordan, masih banyak sisi misterius dari Andrea yang belum ia ketahui. Bahkan ia masih heran akan adanya Kenzo dan Shelly—sepasang suami-istri yang tinggal bersama Andrea. Bagi Jordan itu janggal.     

"Ayo aku antar," ucap Jordan pada akhirnya.     

Andrea tak bisa mengelak. Toh cuma diantar pulang saja. Apalagi gelang Malachite yang kata King Zardakh bisa merasakan bahaya tidak bereaksi, maka tak ada alasan bagi Andrea untuk menolak.     

Jordan sangat menyukai Andrea. Baginya, Nyonya Cambion adalah wanita unik dan menarik. Penampilan Andrea tidak feminine, justru terkesan tomboy meski berprofesi Dokter Hewan.     

Yeah, di tempat ini, Andrea benar-benar berpenampilan seperti dulu sebelum dia mengetahui dirinya Cambion. T-shirt kasual, jins belel, boot, topi. Sungguh kontras memang dengan wajah ayunya yang amat manis dan imut khas wanita Asia Timur.     

Mungkin fetish Jordan adalah wanita Asia Timur.     

Sesampai di rumah Andrea, keadaan sudah mulai petang. "Thanks, Jordan. See ya later. Bye!" Andrea sengaja mengucapkan kalimat perpisahan agar Jordan tak perlu mencari kesempatan berbincang lama lagi dengannya.     

Jordan tak berkutik. Ia mengangguk dan melesat pulang dengan kudanya.     

Shelly memandang Andrea yang menggiring kudanya ke istal. "Cowok itu belum nyerah, yah Ndre?"     

"Humm? Ah, iya, belom. Keukeuh dia."     

"Kamu nggak terpikat, kan Ndrea?"     

"Ishh~ kamu ngomong apaan, sih beb? Ya, enggak lah! Gue kan bini setia." Andrea selesai mengurung kudanya dan berjalan keluar istal diikuti Shelly. "Oh ya, nih ada pie apel ama pastel makaroni dari Nyonya Johnson ama Madam White." Andrea mengangsurkan dua bungkusan ke Shelly.     

Sahabatnya menerima dan membawa ke dalam rumah.     

Usai makan malam, seperti biasa, Andrea mengunci diri di kamar. Kali ini dia membawa sepotong pie apel, dan memastikan benar-benar mengunci pintu.     

Malam ini obrolan ringannya dengan Dante hanyalah seputar anak mereka. Dante juga berpesan agar Andrea berhati-hati di sana. Cuma itu saja sampai selesai. Tidak ada permintaan aneh-aneh Dante seperti kemarin.     

Andrea tidak bangun terlambat seperti sebelumnya. Dari pagi dia sudah berkutat di peternakan, lalu ke klinik karena ada warga yang memeriksakan peliharaan mereka.     

Menjelang sore dia dipanggil ke peternakan tetangga untuk memberikan vaksin ke beberapa ternak.     

Malamnya, dia sudah letih. Dante iba melihat istrinya berjibaku di sana sementara dia hanya bisa duduk, makan dan tidur saja kerjanya.     

"Sayank, andai aku bisa ada di sana, aku takkan rela kamu kerja keras begitu."     

"Tenang aja, gue ini kuat, kok! Jadi, kerjaan kayak gini sepele, lah!" sombong Andrea tak mau terlihat lemah dan lunglai di hadapan Dante.     

"Pastikan kau makan teratur dan juga istirahat teratur, sayank."     

"Iya, iya, bawel!"     

"Sudah mengantuk?"     

"Hu-um."     

"Tidurlah. Tapi jangan matikan hologramnya."     

"Kok?!" Andrea kerutkan kening. Permintaan aneh apalagi nanti?     

"Aku ingin melihat kau tertidur. Aku rindu mengamati kamu tidur, sayank." Dante berikan alasan. "Ayolah, jangan kecewakan aku. Biarkan hologramnya tetap menyala sambil kau tidur."     

"Tsk!" Andrea mendecih. "Lu emang suka yang aneh-aneh, yah kalo minta sesuatu."     

"Kan aku mintanya ke kamu saja, sayank. Kamu, istriku."     

"Haahh! Iya, iyaaa!" Andrea sudah bisa dipastikan kalah kalau Dante pakai kalimat manis seperti tadi.     

Andrea letakkan gelangnya di samping tubuh sambil dia mulai pejamkan mata dalam posisi miring menghadap ke gelang, dimana hologram masih menyala dan ada wajah Dante yang tenang mengamati Andrea.     

"Selamat tidur, sayank..."     

"Humm..."     

Lalu, Andrea pun lelap. Meski tadinya dia malu jika tidur dilihat suaminya. Dia kuatir Dante menyaksikan dia mendengkur. Kan itu sungguh tidak ada keren-kerennya!     

­­     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.