Devil's Fruit (21+)

Show Me (19+)



Show Me (19+)

0Fruit 413: Show Me (19+)     

Dante terkekeh, tak menyurutkan tindakannya. Terus mengelus sang penis yang masih juga tegak tak mau surut. "Yank..."     

"A-apa lagi?"     

"Mau lihat yang bawah juga, dong."     

"HEH?!" Andrea sampai memekik, lalu cepat membekap mulutnya ingat ada pasangan lain di rumah tersebut.     

"Umhh, iya udah kalau tak mau tak apa, yank. Lihat dada montokmu diremas gitu juga aku udah—,"     

"Iya, iya, cerewet!"     

Maka, Andrea pun terpaksa memelorotkan celana piyama hingga menyisakan segitiga mungil berwarna merah.     

"Astaga, sayank... kau memang pintar menggodaku," desah Dante melihat celana dalam Andrea. Ia mulai mengocok pelan penisnya.     

"Bu-bukan gitu, woi! Gue... gue emang demen warna merah! Gosah ge-er!" Andrea langsung palingkan pandangan ke arah lain.     

"Duh, sayank... pasti enak banget itu kalau aku lumat, apalagi kalau aku sodok pakai penis ini..." Dante letakkan gelang Malachite-nya ke lantai agar dia bisa lebih leluasa menatap layar.     

Andrea melirik ke layar. "Eh? Gelangnya kagak lu pake?"     

"Enggak, yank. Ditaruh juga bisa, kok. Yang penting sudah konek."     

Seketika Andrea ingin melemparkan Lovero ke King Zardakh. Bapaknya tidak memberitahu mengenai gelang yang boleh ditaruh, tidak musti di pergelangan tangan melulu. Oh, dia lupa. Dia sudah tak punya Lovero lagi sekarang.     

"Yank?"     

"Apa?"     

"Taruh saja gelangmu di kasur, biar kamu lebih bebas gerakkan tangan."     

"Emangnya gue musti gimana lagi?"     

"Ermm... onani?"     

Andrea mendelik lagi. Demi apa sekarang suaminya jadi melunjak minta macam-macam. "Ogah!"     

Dan koneksi pun diputus sepihak.     

Andrea mendesah pandang langit-langit. "Gak gitu juga keleus ngelunjak elu, Dan. Kancut lu, Dan." Ia malah bermonolog. Ia pun lepas gelangnya, mencari piyama untuk dipakai kembali.     

=[[ Andrea POV ]]=     

Gue gak habis pikir, lakik gue ngapa mesum banget, aelah! Apa semua cowok gitu? Ato cuma Dante? Kenzo gimana yak ke Shelly? Ahh, Kencrut satu itu pasti lebih mesum. Kan dia Incubus, demit sangean.     

Dih, makanya sekarang bebeb gue ampe termehek-mehek ke dia.     

Tsk! Dante... lagian, apa-apaan sih ngobrol tau-tau minta ini itu yang porno. Hayati gak kuat, woehh! Dipikir gue biasa gituan, apa?!     

Tadi minta liat toket gue. Udah gue bukain, minta diremesin. Udah diremesin, ehh... minta meki gue juga dikeliatin, lalu disuruh onani! Kan sompret!     

Etapi tadi pipip dia langsung ngaceng gitu, yak! Ampun lakik gue! Sangean amit! Ya mungkin karena di penjara kagak bisa ngapa-ngapain, yak? Huss! Jangan ampe ngapa-ngapain, pe'ak! Awas aja lu berani selingkuh lagi!     

Eh, bangsot! Ngapa gue malah remes-remes toket ndiri?! Pe'ak nih gue!     

Ermm~ emang apa sih enaknya ngeremes ginian? Kok ampe lakik gue ngaceng gegara liat gue ngeremes ginian? Cewek-cewek juga katanya banyak yang ngasih video onani ke cowok kalo lagi butuh duit, yak? Dih!     

Emmhh~ kok~ rasanya~ emmhh~ geli. Iya, geli, sumpah ngeremes toket sendiri! Tapi, rasanya... rasanya kayak Dante yang~ mmhh~ gue kayaknya mulai gila.     

Bahkan gue gak nyadar gue udah merem sambil terus remes toket gue. Dante dulu demen gini, iya remesan dia kayak gini, lalu puting gue... dia giniin. Anjiirr! Argh~ enak! Argh~ kimochi bangsat!     

Kok berasa gerah, yak? Njiirr! Ini di pegunungan, woi! Kok bisa gerah?     

Aduh! Tangan gue napa malah gelosor ke bawah. Arrgh! SHIT! Ngapain gue pegang mek—mmrghh~ bedebah enak. Dante biasanya gerakin tangannya gini di sini, arghh! Fakh! Ini gak beres! Beneran otak gue gak beres!     

Gue~ gue~ ermh! Gimana, nih?! Kok lama-lama jadi kerasa enak? Kayak~ berasa~ Dante yang—argh!     

=[[ Author POV ]]=     

Andrea tanpa sadar sudah mengusap pendant gelangnya seraya membisikkan nama Dante. Sebenarnya dia tidak bermaksud menghubungi Dante. Dia hanya mendesahkan nama suaminya ketika dia terpejam membayangkan tangannya kini adalah tangan Dante yang menggerayangi area-area erogenusnya.     

"Haahh~ Daann~ aanghh~"     

Dante kaget karena begitu layar muncul, sudah ada Andrea mendesah sembari terpejam dan tangannya ada di dada serta di klitoris. "Haahh~ iya, sayank~ kamu luar biasa~ mmghh~"     

Andrea ganti yang kaget, menoleh ke layar hologram yang sudah muncul, Dante sedang mengocok miliknya disertai wajah terangsang penuh, sama seperti wajah Andrea saat ini.     

"Dante?"     

"Iya, sayank... terus, yank. Aku suka. Aku suka—orghh~"     

Otak Andrea mendadak hampa dari segala kewarasan yang biasanya dia pertahankan. Tiba-tiba saja dia hadapkan layar ke arah kewanitaannya, sembari dia setengah duduk bersandar pada bantal yang ia tumpuk, lalu dua kakinya ia buka lebar. "Aaangh~ Daannhh~" Ia mulai mendesah nakal.     

Dante kian terpicu berahi melihat jari Andrea menggeseki klitoris. Biasanya Dante yang melakukan itu, namun melihat istrinya berbuat serupa, tak pelak penisnya kian membengkak sempurna. "Sayank~ Andrea sayank~ haanghh~ pejamkan mata kamu, yank. Bayangkan aku di situ, gesek-gesek klitoris kamu seperti biasanya."     

"Ha-aangh~ Daan~" Andrea menuruti perkataan suaminya. Ia memejamkan mata, sedangkan dua tangan sudah aktif di selatan tubuhnya. Tangan kanan membuka labia mayora, jari tangan kiri sibuk menggeseki klitoris yang kian terangsang.     

Dante terus menyaksikan tingkah erotis istrinya tanpa berkedip, tangan giat mengocok penis, mensugestikan otak bahwa dia sedang menyodokkan penis itu ke dalam liang hangat Andrea.     

Andrea kian mengerang seiring gesekan jarinya dipercepat. Dua kaki ditekuk serta dibuka lebar, pinggul terkadang otomatis terangkat karena terjangan libido yang tak kira-kira ke seluruh syaraf.     

"Iya, sayank, terus begitu. Aku suka sekali. Vaginamu enak, sayank. Bikin aku ketagihan. Terus, yank..." Dante giat menyemangati istrinya yang pasti sudah nyaris di limitnya. "Ayo, yank... aku jilati klitoris kamu, sllrrpphh... erllrrthh~ aaghh~ lidahku terus meliuk di klitoris kamu sambil hisap-hisap, yank... srrrpphh! Sllrrphh!"     

Andrea yang terpejam, terus saja membayangkan lidah Dante benar-benar yang menggoda area sensitifnya. Ia tak mau membuka mata, kuatir bayangan erotis itu hilang. "Hangh~ Danh~ Daannh~"     

"Aku kocok vaginamu, sayank... ngh! Ngh! Hngh!" Dante memasukkan ilusi ke otak Andrea.     

Tentu saja itu membuat Andrea sungguh-sungguh berfikir Dante ada di dekatnya. Jari tangan kanannya kini mulai masuk ke vagina, sementara yang kiri masih aktif pada klitoris. "Argh! Haargh! Daanh! Danteeh!"     

"Iya, sayank, aku di sini masih hentakin vagina kamu sambil tanganku terus elusin klitoris kamu. Mghh! Mghh!" Dante sudah nyaris mencapai limitnya. Kocokan kian kerap dan cepat. Sebentar lagi pasti penisnya akan 'meledak'.     

Andrea kian kocok vaginanya sembari gesek klitoris. Otot betisnya menegang, seiring pinggulnya terangkat disertai semua jari kaki mencengkeram seprei. "Daann~ akuuhh~ akuh gak~ gaakk~ ku—aarrghh!!!"     

Menyaksikan istrinya orgasme hingga menyembur mengakibatkan Dante sangat terpicu. Kocokan kian menggila pada penisnya. "Sayank! Sayank! Sayankku—OOORRHH!"     

Penis Dante 'meledak'. Isinya berhamburan di lantai sel penjaranya. Untung saja dia ditaruh di sel khusus yang terpisah dari narapidana lain.     

Dua insan itu sama-sama terengah-engah sekarang. Andrea sudah ambruk, lemas di kasur, tak perdulikan area basah di seprei bawah sana. Rasanya sendi-sendi tubuh kompak lolos.     

"Yaank~ hghh~ hngh~"     

"Ermh?" jawab Andrea, lemah masih terpejam.     

"Tidur, yah. Pasti sudah larut di sana."     

"Ermhh~"     

"Makasih, sayank. Aku bahagia sekali malam ini."     

"Mrhh~"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.