Devil's Fruit (21+)

Kisah Tentang Nivria (3)



Kisah Tentang Nivria (3)

0Fruit 409: Kisah Tentang Nivria (3)     
0

Sayangnya, keadaan kacau itu diperparah dengan mulut jahat seorang wanita seusia gadisku yang mengatakan kalau gadisku punya ilmu sesat dan tiga pria sengaja dipikat masuk ke hutan untuk diambil jantungnya.     

Gila! Manusia sekarang terkadang ingin sekali sepintar Iblis dalam menciptakan dusta.     

Gadisku pun dituduh punya ilmu Iblis. Ingin tertawa namun iba juga. Yang Iblis itu aku! Bukan dia, manusia tolol!     

Anehnya, gadisku tidak membantah. Dia hanya menggeleng dan seperti orang linglung. Kenapa dia tidak menyangkal semua tuduhan?     

Ia nyaris diarak untuk dibakar karena disangka penyihir jahat. Untung saja kedua orangtua dia bisa membelanya.     

Malam itu, aku bagai tersayat pedih melihat gadisku meringkuk saja di ranjang dengan pandangan kosong. Aku tau, ia tak mungkin menceritakan pada penduduk bahwa pelaku pembunuhnya adalah Iblis. Takkan ada yang percaya. Haruskah aku muncul di depan semua warga?     

Tidak, tidak! Aku sudah berjanji untuk tidak melakukan hal konyol seperti muncul di hadapan massa. Aku bisa mendapat konsekuensi berat nantinya.     

"Maaf..." Demikian aku berkata dari luar jendelanya. Ia jelas kaget, matanya gusar ketakutan. "Jangan kuatir, aku takkan menyakitimu. Aku tak mungkin melakukan itu."     

Perlahan, dia mulai tenang karena ucapanku.     

Tapi tak lama dia kembali gusar.     

"Iblis adalah Raja kebohongan! Aku tak bisa percaya ucapan darimu, Iblis!" serunya tertahan di depanku meski terhalang jendela. Ada bara di matanya. Bara kemarahan. "Kau keji sekali membunuh mereka! Bahkan memakan jantung mereka!"     

Rasanya aku ingin tertawa nyinyir lalu memukul pantatnya keras-keras. "Aku melakukan itu untukmu! Untuk menyelamatkan kau!"     

"Menyelamatkan bukan berarti harus bertindak brutal!" Ia masih menyanggahku. Benar-benar gadis yang harus aku tampar keras pantatnya!     

Wajahku berubah heran. "Memangnya kau berharap aku berbuat apa ketika ketiga berandalan itu memegang dadamu, heh? Oh, harusnya aku bairkan saja mereka dan menonton pertunjukan menarik."     

"Kau!" Ia mendelik padaku. Astaga, aku ini Raja Iblis! Apa dia sudah tak gentar lagi padaku? "Pergi. Pergi jauh-jauh dariku dan jangan muncul lagi di hadapanku."     

Aku tertawa masam. "Siapa kau berani memerintahku?" Oh, itu sebuah pilihan kata yang buruk sepertinya. Harusnya tidak begitu sahutanku.     

Lihat, dia meradang. "Iya, aku memang bukan apa-apa bagimu! Tapi setidaknya aku benci perbuatan jahat apalagi membunuh, siapapun pelakunya! Bisa dimengerti?!"     

Entah kenapa, aku makin bergairah padanya. "Aku akan tetap di sini, menjagamu."     

"Tidak sudi." Dia menolak secara tegas. Atau ketus?     

=[[ Author POV ]]=     

Rasa takut kini berubah menjadi antipati. Begitulah yang dirasakan Nivria pada Zardakh, salah satu Raja Iblis yang sekarang sering muncul menguntit gadis lugu itu.     

Nivria tak suka kebrutalan Zardakh meski dengan dalih itu melindungi Nivria dari makhluk jahat lainnya.     

Satu yang Nivria heran, kenapa Minky, sahabat Perinya tidak pernah muncul lagi semenjak Zardakh terus hadir?     

"Kau apakan Minky?" tanya Nivria suatu hari. Zardakh mengelak mengenai itu. Namun, Nivria sudah tidak mungkin mempercayai sang Iblis. Ia terus ketus dan pahit tiap Zardakh mendekati dia.     

Suatu hari, muncul sosok lain. Perempuan. Dan Nivria tau dari baunya bahwa itu Iblis.     

"Rupanya kau manusia yang mengganggu Rajaku." Demikian Iblis betina itu menggeram saat Nivria berjalan pulang dari hutan. Ia seharian ini mencari Minky, namun tidak menemukan bahkan secuilpun bau Minky.     

Nivria hentikan langkah. Kakinya terasa gemetar. Jelas-jelas Iblis betina itu menguarkan aura benci padanya. Ia lekas bersikap waspada. Meski tak tau apa yang musti diperbuat jikalau Iblis betina itu menyerang dirinya. "Raja? Siapa yang kau maksud?" Ia picingkan mata.     

"Jangan berlagak bodoh! Atau kau memang idiot, manusia keparat! Tentu saja King Zardakh!" teriak sang Iblis.     

Wuusshh!     

Dalam hitungan detik, tubuh Nivria sudah melayang kemudian punggungnya menghantam pohon. Ia langsung jatuh lumayan keras hingga susah berdiri. Atau terlalu gemetar untuk bangkit?     

"Za-Zardakh?" Walau tubuh gemetar, namun ternyata nyali Nivria masih ada. "Aku mengganggu Zardakh? Maaf, Nyonya Iblis, kau jelas keliru karena justru aku yang ia ganggu, dan aku benci diganggu olehnya. Jadi tolong kalau kau bertemu dengannya, sampaikan bahwa aku ingin dia berhenti menggangguku--aarkhh!"     

Nivria tak bisa menuntaskan omelannya karena batang lehernya sudah dicengkeram dan diangkat hingga kakinya tak lagi menjejak ke tanah. "A-apa~ maumu-krrkhh..." Suara gadis manusia itu terasa susah keluar. Ia mencoba memukuli tangan kanan sang Iblis yang mencekiknya meski itu sia-sia.     

Mata Iblis betina berkilat dibarengi seringai menakutkan. Wajahnya yang cantik namun pucat dengan rambut legam ikal, menambah seram penampilan, ditambah pakaian serba hitam dari kulit seperti kaum Gothic.     

"Di mataku kaulah pengganggunya, manusia brengsek!" seru si Iblis sembari lempar tubuh Nivria begitu gampang seolah sedang melempar bantal saja.     

Gadis indigo jatuh ke tanah, terbatuk sambil usap lehernya. "Kau... bagaimana kau menemukan aku?"     

Alis Iblis betina terangkat penuh arogansi. "Aku berterima kasih pada seorang peri hutan jelek yang akhirnya mau mengatakan keberadaan kau."     

Seketika Nivria terbayang akan Minky. Mendadak dia menatap Iblis di depannya dengan tatapan nyalang. "Mana Minky?"     

"Oh, jadi yang kemarin-kemarin aku lumat dengan tanganku itu namanya Minky? Ohohoho..." Iblis itu tertawa culas.     

Nivria merasakan matanya memanas. Rupanya Zardakh tidak bohong. Bukan dia yang mencelakai Minky, tapi betina di depan Nivria ini pelakunya. "Kau! Laknat!"     

Iblis betina menatap tajam Nivria. "Itu salahmu sendiri yang sudah berani meng--arkkhh!" jeritnya tanpa sempat selesaikan ucapan karena tiba-tiba punggungnya diterobos cakar besar dan diangkat. Ia menoleh. "Ba-Baginda Zar~dakh..."     

Zardakh masih menancapkan kelima cakarnya ke dalam punggung Iblis betina itu, menggeram marah. "Kau berani menyentuh wanitaku?!"     

"Pa-Paduka... arggkhh... Hamba... AARRKHH!" Iblis itu meraung panjang setelah Zardakh mengalirkan api hitam di tangan ke punggung Iblis betina. Seketika tubuh betina itu pun dilahap api spesial tersebut hingga menjadi abu dan langsung hilang ditiup angin sore.     

Nivria menggeleng ngeri. Ia lekas lari sekencang ia sanggup. Antara takut dan benci pada Zardakh.     

Malam itu, Zardakh sudah mencapai limit sabarnya. Usai menggauli Nivria dalam mimpi, ia belum puas dan bernafsu pula ketika Nivria terbangun tengah malam karena mimpi erotik dia dengan sosok yang ia benci.     

Dikarenakan Nivria menolak dan menyumpah-serapahi Zardakh, sang Raja kalap dan memperkosa gadis malang itu. Rupanya Zardakh kecanduan tubuh Nivria. Perbuatan bejatnya diulang beberapa kali tiap malam. Dan akhirnya Nivria terlambat datang bulan.     

Desa pun gempar ketika tau Nivria hamil tanpa suami. Semua orang menuduh dia bagai jalang yang berbulu domba. Sok suci. Sok alim. Pura-pura lugu. Berlagak suci. Munafik. Dan banyak lagi hujatan yang disampaikan secara terang-terangan maupun bisik-bisik.     

Sang gadis terus saja bungkam meski kedua orang tua sudah membujuk dengan berbagai cara agar anak mereka menyebut sebuah nama. Namun Nivria sadar, percuma dia menyebut nama pelakunya, karena tak akan ada satupun penduduk desa yang kenal siapa itu Zardakh. Dan mereka takkan sudi percaya andai Nivria berkata bahwa ia dihamili Iblis. Itu akan jadi bumerang saja nantinya. Maka, ia memilih bungkam.     

Meski Zardakh terus membujuk Nivria ikut dengannya ke Underworld, gadis itu tak sudi, bahkan mengancam akan bunuh diri jika Zardakh memaksa. Hingga hari persalinan tiba. Karena ini buah terlarang dari bersatunya benih spesial dua ras berbeda, tak sampai setengah tahun bayi itu lahir ke dunia. Tanpa detak jantung meski menangis keras. Sungguh keanehan.     

Nivria linglung berjalan ke sungai di dekat hutan untuk membersihkan diri usai bersalin. Ternyata dia bertemu dengan dua pemuda dan satu gadis, teman masa kecil Nivria, saat ketiganya sedang asik-masyuk di tepi sungai sore itu. Mereka mengejek dan menghujat Nivria sebagai gadis setan, jalang dan sundal.     

Dua pemuda itu mendekati Nivria berbekal batu di tangan yang rencananya akan dihantamkan pada gadis malang itu. Teman perempuannya terus saja melecehkan Nivria melalui ucapan-ucapan kotor yang tak pantas didengar.     

Saat batu sudah melayang nyaris sampai ke kepala Nivria, tiba-tiba pemuda tadi terbakar api hitam. Belum sempat menjerit karena menyaksikan temannya terbunuh, pemuda satunya pun mengalami nasib sama. Zardakh muncul begitu saja di hadapan keempat manusia itu meski dua sudah jadi bangkai gosong.     

Teman perempuan Nivria menjerit-jerit histeris, namun itu tidak berlangsung lama karena api hitam sudah menyambar tubuh gadis jahat itu.     

Nivria menangis pilu. Ia merasa dirinya hanya membawa kesengsaraan bagi teman-temannya saja.     

"Ikut aku ke Underworld, Nivria." Suara King Zardakh menggelegar tegas.     

Nivria menggeleng. Menolak. "Lebih baik aku mati..." isaknya pedih menatap mayat ketiga temannya.     

"Kau menolak atau bunuh diri, maka akan aku musnahkan seluruh penduduk desa!" raung Zardakh serius.     

Gadis yang baru saja melahirkan itu melotot ngeri. Ia menggeleng sambil terus terisak. "Anakku... anakku..."     

"Biarkan dia di dunia manusia. Aku akan mengawasinya, jangan kuatir. Ayo cepat ikut aku, atau kubantai semua yang ada di desa, termasuk ayah ibumu!" Zardakh ulurkan tangan ke Nivria.     

Maka, begitulah takdir yang terjadi atas hidup Nivria dulunya. Terpaksa ikut Zardakh ke Underworld demi keselamatan semua penduduk desa. Ia mengorbankan dirinya demi banyak orang. Berharap takdir masih berbelas kasihan padanya dan pertemukan dia dengan anaknya suatu hari kelak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.