Devil's Fruit (21+)

Keputusan Akhir



Keputusan Akhir

0Fruit 404: Keputusan Akhir     

Para Tetua hening sejenak memikirkan ucapan King Zardakh.     

"Aku bisa bujuk ayahku untuk tidak memerangi Nirwana." Pangeran Djanh bersuara.     

Semua menoleh ke anak Raja Huvr. Pangeran Djanh menyeringai santai.     

"Lihat, sudah ada dua kerajaan Iblis yang akan menyepakati ini. Itu sudah lebih dari cukup, bukan?" Raja Zardakh memainkan jemarinya penuh wibawa. Tatapan tajam diarahkan ke tiga Tetua.     

"Seperti Paduka Zardakh katakan sebelumnya, tidak mudah meminta para Raja Iblis untuk berjanji tidak memerangi Nirwana. Jumlah Raja di Underworld nyaris ribuan." Pangeran Djanh kembali bicara.     

King Zardakh memberikan ekspresi seolah bicara 'gue bilang juga ape!'.     

Greory mengelus janggutnya. "Huumm... hanya bisa dua kerajaan? Humm..." Lalu ia menatap Dante.     

"Ayolah..." King Zardakh jadi gemas. "Dua sudah cukup. Jangan mempersulit hal yang mudah. Meminta kesepakatan semua raja di Underworld sama saja kalian sebenarnya tidak memberi syarat itu dan hanya ingin kematian atau kesengsaraan anak menantuku saja."     

"KAU PIKIR NYAWA ITU MURAH, HAH?!" Roxon melotot ke King Zardakh.     

"Hei, kalian lah yang memerangi kami di Underworld. Kalian yang mengibarkan perang terlebih dahulu. Lalu ketika kalian kalah, kalian marah?" Raja Zardakh tak mau kalah.     

Roxon sudah ingin membalas namun surut karena apa yang dikatakan Raja Zardakh benar.     

"Baiklah, baiklah. Kalian semua mohon tenangkan diri masing-masing." Greory melerai. "Aku sudah tau keputusan apa yang terbaik untuk kita semua." Ia menatap semua pihak secara bergantian.     

Semua hening, menunggu Greory menguraikan keputusannya.     

Andrea berdebar-debar, demikian juga Dante. Keduanya saling mengaitkan jemari satu sama lain, seakan mencoba saling menguatkan perasaan masing-masing. Ini sungguh menekan hati mereka sangat-sangat berat.     

Dante menatap Tetua Greory sambil meneguk saliva tanpa sadar, berharap para tetua Heaven tidak mempersulit dirinya dan para iblis yang ada di sini. Ia akan sangat bersalah jika ia menjadi alasan bagi pihak Heaven untuk memerangi iblis, terutama Andrea.     

"Aku memutuskan... Dante tidak dihukum mati atau potong anggota tubuh."      

Ucapan dari Greory menimbulkan desah lega dari Andrea dan Dante secara bersamaan, seolah-olah baru saja mereka bahkan menahan napas menunggu kalimat dari Tetua Greory.     

"Namun dia harus menjalani hukuman penjara selama dua puluh lima tahun... di Heaven." Greory memberikan keputusan.     

"GAAAKKK!!!" Andrea sudah meraung. "JANGAN SELAMA ITU! DAN KENAPA HARUS DI HEAVEN?!" Ia tak bisa kendalikan emosinya dan langsung meraungkan pikirannya. Mengurung Dante selama dua puluh lima tahun? Itu sama saja memisahkan mereka, membuat hati mereka pahit dan mati perlahan-lahan. Andrea takkan mau menerima keputusan macam itu!     

Dante maju meraih istrinya, lalu memeluk Andrea yang kalap. "Sayank, jangan begitu..." bisiknya sambil elus rambut panjang sang istri. Ia berlutut di depan Andrea yang tenggelam di bahunya untuk menangis.     

"Kita bakalan dipisahin begitu lama. Mana mungkin gue adem ayem aja, hiks! Dan, plis... hiks!" Andrea pun melepaskan sejenak pelukannya pada Dante dan menatap sedih wajah suaminya yang sedang berlutut di hadapannya. Ia terus menerus menggelengkan kepala, menandakan dia tidak menginginkan hukuman semacam itu menimpa Dante.     

King Zardakh menyaksikan putrinya kalut. Ia menatap Greory. "Jangan dua puluh lima tahun. Cukup lima tahun saja."     

"King Zardakh, dua puluh lima tahun itu sangat ringan jika dibandingkan mati atau potong anggota tubuh." Tritus bersuara.     

"Jangan memaksa aku untuk marah." King Zardakh mulai geram. Ia tak tahan melihat anaknya menangis. "Kalian yang meminta perang, kalian yang seenaknya menerobos ke Underworld, lalu ingin menang sendiri?!"     

"Baiklah, lima belas tahun." Greory tau pihaknya yang salah sudah memulai peperangan terlebih dahulu. Oh, ini sungguh keteledoran mereka sudah termakan bujukan Voira.     

"Tidak! Lima tahun saja atau biarlah perang lagi!" King Zardakh menyahut sengit.     

"KAU!" Roxon sudah berdiri lagi, siap melemparkan serangan.     

Greory pegang lengan rekannya. "King Zardakh, kejahatan menantumu tidak main-main. Tolong pahami."     

"Kalian pikir yang mengalami jatuhnya korban hanya pihak kalian, hah?! Pihakku juga! Banyak Panglima dan prajuritku mati di medan perang! Lalu apa aku harus meminta pertanggungjawaban kalian?!" Nada king Zardakh mulai meninggi.     

Greory hela nafas. "Baiklah. Pilih saja, lima tahun di penjara, atau... lima belas tahun dan bisa bertemu anak istri setiap tiga tahun sekali?"     

"Lima tahun!" King Zardakh bersikeras. Ia yakin anaknya juga akan menyetujui pilihannya.     

"Tapi tak bisa menemui anak dan istrinya sama sekali."     

"Tak apa! Lima tahun! Dan kupastikan kerajaanku dan kerajaan milik Huvr takkan memerangi rasmu!" Zardakh angkat dagunya penuh percaya diri.     

Tritus menoleh ke Greory. "Apakah kita musti undang King Huvr?"     

"Tidak perlu." Pangeran Djanh menyahut. "Aku saja cukup sebagai wakil ayahku, King Huvr."     

"Kau yakin ayahmu sepakat?" Tritus picingkan mata ke Pangeran Djanh.     

"Aku anak kesayangan King Huvr. Dia sangat mempercayai aku. Bisa kujamin." Pangeran Djanh turut percaya diri seperti King Zardakh.     

Roxon terkekeh meremehkan. "Betapa sombong. Pantas saja kalian disebut Iblis."     

Raja Zardakh menggeram.     

"Roxon, tahan lidahmu." Tritus menegur.     

"Jadi... kalian setuju dengan keputusan lima tahun penjara?" tanya Greory memastikan.     

"Ya." King Zardakh tegas.     

"Jika begitu, Dante akan kami bawa setelah ini ke Heaven, dan nanti saat dia sudah menjalani lima tahun hukuman, dia tidak lagi boleh menjejakkan kaki di Antediluvian atau Heaven. Dia tidak akan lagi diakui sebagai ras kami. Dan kami juga akan mengambil semua kekuatan dia."     

"Terserah." Dante kini bicara. Ia menatap ke belakang ke arah Tetua. "Ambil saja apapun yang kalian mau dariku asalkan aku bisa bersama anak dan istriku."     

"Daaann~ hiks!" Andrea masih terisak memandangi wajah suaminya.     

"Ssshhh... jangan nangis lagi, yah! Lima tahun itu sebentar, kok. Tunggu aku, oke?!" Ia senyum sambil mengerling ke istrinya. Dua ibu jari serempak mengusap air mata di pipi Andrea. "Sampaikan salam sayangku ke Jovano. Kalian harus jaga kondisi, jaga diri dan teruslah hidup untukku."     

Maka, keputusan sudah bulat. Dante akan menjalani lima tahun hukuman penjara di Nirwana. Dan nantinya akan dicopot kewarganegaraan dia sebagai penduduk Antediluvian, serta dilucuti kekuatan yang ia miliki. Ia hanya bisa memiliki takdir sebagai seorang dari ras Nephilim saja.     

Greory begitu mudah membuang mantra di tubuh Dante. Lalu memberikan belenggu dari sinar keemasan di tangan Dante sebelum membawanya ke Nirwana.     

Dante mengecup kening dan bibir Andrea yang masih terisak. "Ingat pesanku. Aku ingin kau dan Jovano dalam kondisi sehat dan kuat saat aku menemui kalian lima tahun mendatang."     

Andrea mengangguk masih menangis. Dua pipinya ditangkup tangan Dante yang sudah terborgol sinar khusus.     

"Aku mencintaimu, Dante. Mencintaimu... hiks! Cepat kabari kami kalau hukumanmu selesai." Andrea masih menangis melepas kepergian Dante dengan sangat berat hati.     

Dante mengangguk dan kecup bibir Andrea sekali lagi. "Aku lebih mencintaimu, sayank."     

Dante pun dibawa naik ke Nirwana oleh Tritus. Andrea menyaksikan dengan mata basah. Zardakh merangkul bahu sang anak.     

Tritus menghilangkan ruangan dan mengantar tujuh tamunya keluar dari Antediluvian. "Terimakasih atas kesepakatan ini. Selamat jalan." Lalu ia dan Roxon menyusul Greory.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.