Devil's Fruit (21+)

Kedatangan King Zardakh



Kedatangan King Zardakh

0Fruit 403: Kedatangan King Zardakh     

"APA?! Mengundang Zardakh?!" Roxon mendelik gahar mendengar titah rekan seniornya.     

"Greory, kau serius?" Tritus menoleh sambil kerutkan dahi. Apakah rekannya tadi makan sayur kol terlalu banyak?     

Greory santai lirik kanan dan kiri ke arah rekan-rekannya. "Tentu aku tidak ingin main-main dalam perkara begini. Tritus, panggil dia segera."     

Tritus mendesah berat sebelum menghilang. Mungkin dia tak punya nomor kontak Zardakh.     

Greory kembali edarkan pandangan ke arah para tamu di depannya. "Apa kalian lapar? Aku bisa berikan jamuan di sini."     

"Tentu!"     

"Tidak usah!"     

Dua jawaban kontradiksi terdengar bersamaan. Greory tersenyum kecil. Tangannya teracung ke samping dan seketika di dekat mereka duduk sudah ada meja penuh hidangan menggiurkan menggugah selera.     

"Bagi yang ingin makan, silahkan saja. Dan yang tak ingin, bisa duduk di sini. Mungkin kita bisa ngobrol-ngobrol sembari menunggu kedatangan King Zardakh.     

Karuan saja ketujuh mahkluk di depan Greory berdiri serempak dan jalan ke meja besar tersebut. Bagi mereka lebih baik menyumpalkan makanan daripada mengobrol dengan Tetua Nirwana.     

Mereka bertujuh duduk mengelilingi meja bundar besar dan mulai mengambil makanan.     

"Kenapa harus ada Zardakh ke sini, cobak?!" Andrea setengah berbisik dengan suara sengau akibat habis menangis. Matanya terlihat sembab.     

"Mungkin ingin berunding dengan ayahmu, sayank." Dante julurkan tangan, mengambil makanan di piring untuk diberikan ke istrinya. Wah, suami yang suka melayani istri.     

"Semoga bapak tolol itu tidak mengacau nantinya." Myren mengambil steak daging anak domba setengah matang. "Ronh, berikan merica padaku."     

"Ya, Jenderal." Ronh lekas angsurkan benda yang diminta ke Myren.     

"Tapi memang menurutku akan lebih menguntungkan jika ada Raja Zardakh kemari." Djanh sudah menghadap hidangan untuknya, sepotong besar paha belakang bison mentah, sedang istrinya lebih menyukai bagian paha depannya.     

Kenzo. "Semoga dengan hadirnya Paduka Zardakh, akan membuat keadaan lebih mudah." Ia menuangkan anggur merah ke gelas. Rupanya dia yang tadi enggan menerima tawaran makan.     

Tujuh orang itu berbincang dengan berbisik dan kadang condongkan badan ke depan saat bicara agar tidak terdengar oleh dua Tetua di sofa sana.     

"Roxon, saudaraku... kau tak ingin bergabung makan dengan mereka? Aku sudah makan sebelum ke sini." Greory menawarkan jamuan ke rekannya.     

"Tidak sudi." Roxon tegas nan sengit menolak.     

Greory terkekeh. "Kau terlalu apa adanya, Roxon. Kadang aku menyukai sisimu yang itu."     

Suasana makan bisa dibilang canggung serta tak nyaman bagi ketujuh mahkluk beda ras di meja bundar. Mereka merasa diawasi. Tapi mereka tetap harus mengisi tenaga.     

"Ken, makanlah," tawar Dante ke mantan rival.     

"Aku tak selera karena ini belum usai. Nanti saja," sahut Kenzo lalu menyesap anggurnya.     

Tepat setelah mereka rampung makan dan minum, Raja Zardakh datang bersama Tritus.     

Andai Zardakh tau bahwa menantunya akan dihukum mati, mungkin tadi diperjalanan ia bisa menyandera Tritus dan meminta Dante sebagai pertukaran. Namun, Tritus hanya mengatakan bahwa Zardakh butuh di datangkan dalam rangka berunding untuk masa depan.     

"Nah, selamat datang King Zardakh." Greory menyambut kedatangan ayah Andrea. "Silahkan duduk."     

Dengan sekali acungan tangan, Greory sudah menciptakan sebuah sofa nyaman di ujung ruangan. Zardakh menatap ketujuh orang yang kini kembali ke kursi masing-masing. Ia melihat mata anaknya bengkak.     

"Lekas mulai saja. Aku masih banyak urusan di negeriku." Raja Zardakh tanpa basa-basi memulai ucapan. "Andrea, kau tak apa-apa?"     

Putrinya mengangguk. "Iya, gue fine."     

"Dante, kau baik-baik saja?" Kini Raja Zardakh menanya menantunya.     

Dante juga mengangguk. "Aku baik-baik saja, Ayah."     

Roxon mendengus keras mendengar Dante memanggil ayah ke Raja Zardakh.     

Bagi Dante, King Zardakh kini justru orang yang pantas dia panggil ayah, karena ayahnya sendiri, Archangel Mikhael, tidak pernah sekalipun perduli pada kehidupan Dante semenjak Dante dilahirkan.      

Mikhael yang dihormati dan diagungkan banyak Angels dan Nephilim, telah menelantarkan anaknya semenjak sang anak kecil, bahkan tidak ingin repot-repot menjenguk Dante di Antediluvian meski hanya sedetik.     

Ini terasa sangat memukul Dante. Saat dia memuja sang ayah hingga berjuang agar bisa naik ke Heaven, justru ayahnya tidak memerdulikan nasibnya hingga kini. Dan King Zardakh yang merupakan iblis yang dihujat dan dikutuk banyak orang, dia masih memiliki hati untuk perduli pada anak dan menantunya.     

Sungguh ironis.     

"Baiklah. Karena sekarang semua sudah hadir di sini, aku langsung mulai saja." Greory menatap teduh para tamunya.     

"Bagus. Lebih cepat lebih baik." Zardakh nyamankan duduknya.     

"King Zardakh, kami mengundang Anda kemari karena ingin merundingkan sesuatu. Ini menyangkut masa depan... menantu Anda." Greory tersenyum kecil ke Zardakh.     

"Ada apa dengan menantuku?" Zardakh membetulkan sikap duduknya sedikit.     

"Seperti diketahui, menantumu, Dante putra Mikhael, telah melakukan beberapa pelanggaran berat." Tritus turut bicara.     

"Seperti apa?" tanya Zardakh.     

"Menikahi putrimu, memiliki anak yang berbahaya, dan-"     

"MEMBUNUH PASUKAN KAMI!" Roxon menyambar sebelum Greory menyelesaikan ucapannya. "DIA PENGKHIANAT!"     

Raja Zardakh mengernyit. "Dia mencintai putriku. Dan dia tak punya pilihan selain membela anak istrinya. Siapapun pasti akan melakukan seperti yang dilakukan Dante. Memangnya kalian tidak pernah mencintai seseorang dalam hidup kalian?" sindir sang Raja pada ketiga tetua.     

Roxon mendengus berat dan palingkan pandangan.     

"Tapi kami punya peraturan sendiri, King. Bagaimana pun... dia masih keturunan Angel, masih warga Antediluvian. Masih memiliki darah Nephilim di tubuh dia. Maka hukum dari kami masih berlaku padanya."     

"Kalau begitu, buang saja dia dan tak usah anggap sebagai bagian kalian." King Zardakh santai memberikan solusi.     

"Tidak bisa begitu, King." Tritus menyahut. "Ini tidak semudah membuka mulut atau menjentikkan jari."     

King Zardakh menggeram. "Hrrmhh... lalu, apa mau kalian pada Dante." Ia mencoba memancing kemauan para Tetua.     

"Kami akan memberikan pilihan ke Dante. Hukuman mati, atau hukuman potong tangan dan kaki." Greory tatap Zardakh.     

Brakk!!!     

King Zardakh menggebrak pegangan sofanya hingga retak dan berdiri. "TIDAK BISA!"     

Roxon sudah ikut berdiri disertai wajah merah menahan amarah. Greory menahan rekan Tetua yang mudah emosi tersebut jika mengenai Iblis.     

"King Zardakh, tolong kendalikan dirimu dan kita rundingkan baik-baik di sini." Tritus menegur ayah Andrea.     

King Zardakh terpaksa duduk lagi meski kesal terlihat jelas di raut tampannya.     

"Kalau Anda keberatan dengan hukuman ke Dante, maka kami punya usul mengenai kesepakatan." Greory ketuk-ketukkan jari ke lututnya.     

"Greory!" Roxon sudah mendelik ke rekannya. "Kenapa bersepakat dengan Iblis?!"     

Tritus menoleh ke arah Roxon. "Kau juga harus kendalikan diri, Roxon. Percayakan semua ke Greory."     

Roxon mendengus kesal dan buang pandangan ke arah lain. Tangannya terkepal kuat.     

"Kesepakatan apa?" King Zardakh ingin tau, meski sudah menebak arahnya ke situ.     

"Jika kau dan semua Raja Iblis sepakat tidak memerangi Nirwana, maka aku bisa ringankan hukuman untuk menantumu." Greory tersenyum basa-basi.     

King Zardakh mendecih. "Ceh! Kalian pikir aku bisa mengatur semua Raja Iblis di Underworld, hah? Jumlah kami ada ratusan bahkan ribuan. Tak mungkin aku menjanjikan hal begitu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.