Devil's Fruit (21+)

Gelegak Persidangan



Gelegak Persidangan

0Fruit 401: Gelegak Persidangan     

Dante dan Andrea tak menyangka sudah ada tiga Tetua Nirwana berdiri di ruangan tempat penyekapan bagi Dante.     

"Kalian—" Dante sampai bingung harus mengucap apa. Ia secara refleks lindungi Andrea yang ada di belakangnya menggunakan dua lengan terulur ke belakang.     

Salah satu Tetua terkekeh. "Kalian pikir kami sebodoh itukah tidak mengetahui apapun yang terjadi di istana ini?"     

Andrea mendelik horor. Jadi... pergumulan ganas antara dia dan Dante sejak semalam juga bisa dilihat para Tetua itu?! "Dasar orang tua mesum!" desisnya spontan membayangkan kegiatan intim mereka diamati dan jangan-jangan juga direkam?! Hei, jangan sebarkan di medsos, yah! Cukup untuk kalangan sendiri saja!     

Wait! Bukan berarti Andrea rela-rela saja acara bercintanya direkam! Bukan begitu, Ferguso!     

Ketiga orang tua itu terbahak kecil. "Jangankan kalian pendatang anyar di istana ini. Bahkan Ratu pemilik istana saja tak tau jika kami bisa mengamati seluruh kejadian di sini."     

"Kalian ... psycho. Mengerikan kelakuan kalian." Andrea masih saja menajamkan lidah.     

"Yank. Stop." Dante berbisik tertahan ke istrinya. Ia tak mau para Tetua tersinggung dengan bahasa 'apa adanya' sang istri.     

"Kami bukan psycho atau tukang kuntit. Kami hanya menjaga apa yang sewajarnya kami jaga. Jika tidak demikian, akan banyak terjadi penyelewengan jabatan di sini yang tidak kami ketahui." Tetua lainnya bersuara sembari elusi jenggot putihnya, persis karakter tua di serial kungfu.     

"Bahkan kami sudah tau dari kemarin mengenai Nona Nephilim menggunakan serbuk khusus untuk memasukkan para Iblis ke sini. Itu sebuah pelanggaran berat, kalian harus tau."     

Dante dan Andrea meneguk saliva bersamaan tanpa bermaksud kompak. Bagaimana nasib Revka setelah ini? Bakalan kena hukuman kah? Kalau iya, maka Dante patut dipersalahkan. Andrea juga.     

"Lekas pakai pakaianmu, Nona Cambion." Salah satu Tetua menatap tajam ke Andrea.     

"Dante juga. Ada banyak yang harus kita bicarakan." Tetua lain duduk dan diikuti kedua rekannya.     

Tak menunggu disuruh dua kali, Dante dan Andrea lekas berganti baju di kamar mandi. Lalu keluar menemui ketiga Tetua.     

"Kami sudah memanggil Revka. Kuharap dia kooperatif datang bersama sekutu Iblisnya." Tetua yang ini tampak tidak menyukai ras Iblis dan tidak ragu menampakkan itu.     

"Tenangkan dirimu, sahabat." Tetua lainnya menepuk-nepuk bahu temannya yang pahit ke Iblis.     

"Ya, kau harus bisa kendalikan dirimu, Roxon. Kita ingin ini mejadi pembicaraan kepala dingin." Satunya ikut menenangkan.     

Tak sampai lima menit, Revka sudah datang dengan seluruh tim. Kali ini mereka tidak perlu memakai bubuk apapun. Tetua Nirwana sudah menjamin mereka lancar jaya masuk ke istana menemui ketiganya.     

Revka langsung bersujud di hadapan Tetua Nirwana. "A-ampuni hamba! Ampuni hamba, Tetua Agung! Hamba mohon..." Ia sampai hampir menangis saking takutnya. Tadi pagi dia tak menyangka mendapat pesan visual hologram dari Tetua Nirwana.     

Revka sudah mulai gemetaran usai mendapat pesan tersebut sampai-sampai Pangeran Djanh harus terus membujuk agar istrinya tenang. Toh Tetua ingin mereka datang dan bicara baik-baik.     

Ketika semua sudah berkumpul di kamar Dante yang luas, pembicaraan dimulai.     

"Tunggu sebentar." Tetua Greory yang tampaknya paling senior di antara ketiganya, mengangkat tangan, dan seketika ruangan tersebut berganti wujud menjadi sebuah hall mewah dengan kursi-kursi empuk yang pastinya nyaman. Tapi dijamin takkan ada yang betah berlama-lama meski empuk.     

Ruangan itu seolah bagai setengah lingkaran. Bagian bidang lurus terdapat tiga sofa besar dengan meja yang juga besar untuk para Tetua. Nuansa keemasan banyak tersebar di sekeliling ruangan.     

Bagian bidang lengkung terdapat tujuh kursi empuk seolah ruangan itu khusus diciptakan untuk tempat persidangan ketujuh makhluk beda ras.     

Lantainya tertutup seluruhnya oleh karpet bernuansa emas tua dengan motif ala mandala India yang cantik.     

Sebenarnya itu adalah ruangan ciptaan Greory. Mereka tidak lagi di kamar Dante. Itu mirip dimensi khusus ciptaan Iblis. Namun ini ciptaan Angels.     

"Silahkan," tutur Greory mempersilahkan para 'tamunya' untuk mengambil tempat duduk masing-masing. Ketujuh makhluk saling mencari spot yang disuka.     

Sedangkan sofa tengah ditempati Greory, di sebelah kiri ada Roxon. Dan di kanannya ada Tritus.     

Dante dan Andrea bersebelahan. Begitu pula Djanh dan Revka. Paling ujung ada Kenzo yang tak punya pasangan. Poor Kenzo.     

"Dante putra Mikhael." Tetua Tritus memulai sidang. "Apakah kau paham apa alasanmu tetap ditahan di Antediluvian meskipun Voira sudah lengser sebagai ratu?"     

Semua pandangan tertuju pada pria Nephilim, suami Andrea. Mereka diam menunggu jawaban dari pria itu.     

Dante menarik nafas perlahan sebelum mulai berikan jawaban. "Kupikir, itu karena Nirwana sedang sibuk pasca turunnya Voira sebagai ratu. Anda semua pasti menunggu keadaan tenang dan stabil dulu di Antediluvian sebelum fokus pada hamba."     

Greory manggut-manggut. "Tidak sepenuhnya salah." Ia tatap santai Dante sambil duduk penuh jumawa di sofanya. "Lalu... Dante putra Mikael, apakah kau tau apa yang membuat kau dibawa kemari?"     

"Karena... Voira menghendaki hamba untuk ambisinya sendiri?" Dante picingkan mata berusaha menebak. Memang itu tujuan Voira menculik Dante, bukan?     

"Maksudku... dosa-dosa penyebab kau ada di sini?" Greory menyambung kalimatnya agar lebih detil.     

Hening sejenak sebelum Dante kembali bersuara setelah meneguk ludah. Ia tak mau salah ucap. Menghadapi ketiga Tetua utama Nirwana bukanlah ide bijak. Pangeran Djanh sekalipun takkan bisa mengimbangi satu Tetua. Myren masih jauh di bawah Tetua di hadapan mereka.     

Intinya, mereka semua maju pun belum tentu bisa kalahkan ketiganya. Hanya Raja Iblis level tinggi yang pantas jadi lawan ketiganya.     

"Hamba~ karena hamba..." Dante melirik ke istrinya. "Menikahi seorang Cambion yang seharusnya kami musnahkan? Dan juga, ternyata anak kami menjadi ancaman bagi Nirwana. Itukah?"     

"Tidak sepenuhnya benar, wahai Dante putra Mikhael." Sekarang Tritus yang menyahut. "Kau ingin tau?"     

Dante paham tak ada gunanya melawan. Maka dia mengangguk pasrah.     

Greory memainkan jemarinya dengan gerakan penuh wibawa. "Putra Mikhael, benar bahwa dosamu adalah menikahi Cambion dan memiliki anak yang membahayakan dunia kami. Dan juga benar kau dibawa kemari karena ambisi pribadi Voira. Pun kau masih benar ketika berfikir kami masih sibuk mengurus hal lainnya pasca Voira lengser. Namun masih ada satu lagi dosa besar yang melebihi dosa kau menikahi Cambion."     

Dante miringkan kepala. "Apa itu, Tetua?" Rasanya semua sudah dia sebutkan. Apa lagi yang kurang? Bahkan disebut sebagai dosa yang paling besar di antara semua dosanya?     

Brakk!!!     

"Karena kau membunuh Angels dan kaummu sendiri sebagai sekutu Iblis di medan perang!" Roxon menggebrak meja besar di depannya hingga nyaris meretakkan meja kuat itu.     

"Saudaraku..." Greory menoleh ke Roxon. "Kendalikan dirimu."     

Roxon pandang tegas ke Greory, kemudian tatap sengit Dante. "Karena aku benci pengkhianat seperti dia!" serunya memenuhi ruangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.