Devil's Fruit (21+)

Lanjutkan! (21+)



Lanjutkan! (21+)

0Fruit 400: Lanjutkan! (21+)     

"Belum ingin bangun kah, sayankku?" Dante mengecup pipi istrinya usai dia mandi dan sarapan serta sisihkan sebagian jatah makan paginya untuk sang istri.     

Lenguhan segera muncul dari bibir Andrea. "Mmnghh~"     

"Makan dulu, yuk. Atau mau makan yang lain?" bisik Dante.     

Mata yang tadinya terpejam rapat, langsung membuka lebar demi ucapan sang suami. Andrea langsung duduk dan memukul pelan lengan suaminya. "Mesum."     

"Ehh? Memangnya aku ngomong apa?" Dante pura-pura bingung. Tapi Andrea tak tertipu menjawab pertanyaan itu. Sangat bernuansa jebakan bagi si Cambion.     

"Gosah mancing. Gue bukan makhluk lugu." Andrea naikkan selimut sampai batas leher karena baru tersadar dia masih bugil.     

"Oh, jadi sekarang istriku sudah tidak lugu lagi? Syukurlah kalau begitu."     

"Danteee!"     

"Iya, sayank. Iya... Aku di sini terus, jangan kuatir." Dante terus saja menggoda istrinya yang gampang merona kalau menyangkut kemesuman sang suami. "Mandi, gih! Atau perlu aku mandikan?"     

"Gue bisa sen—" Andrea hentikan kalimatnya begitu dia teringat sesuatu yang penting. Bahwa bisa saja ia takkan bisa bertemu Dante lagi setelah ini. Menahan lelehan air mata, ia pun mengulum senyum. "Oke, ayo. Pokoknya lu yang mandiin gue! Karena... karena..." Ia kesulitan mencari kata-kata yang tepat. Tak mungkin katakan karena ini pertemuan terakhir mereka. "Karena lu terlalu lama pergi dan enak-enak di sini. Huft!"     

Selimut disingkap Nyonya Cambion, tanpa perduli telanjang, dia melangkah ke kamar mandi di barat kamar.     

Dante menahan nafas menyaksikan tubuh 'apa adanya' sang istri.     

Andrea sadar Dante belum bergerak dari tempatnya. Ia menoleh ke belakang ketika kaki nyaris mencapai pintu kamar mandi. "Ayo, suami bodoh. Mau sampai kapan lu membeku di situ? Sampai gue berubah pikiran?"     

Tersadar, Dante pun beranjak dari tempat berdiri, langkahkan kaki menghampiri istrinya. "Ayo, sayank..."     

Hup!!     

Tuan Nephilim serta-merta membopong istrinya masuk ke kamar mandi besar di kamar itu. Andrea sudah ingin protes tapi buru-buru katupkan mulut, teringat pada janji pada diri sendiri. 'Gunakan momen yang ada sebaik mungkin bersama Dante'.     

Andrea di dudukkan di depan Dante di dalam bathtub. Air hangat sudah sebatas dada bawah.     

Dante meraih payudara Andrea. Nyonya Cambion diam saja tidak memukul tangan Dante seperti biasanya. Ia akan membiarkan sang suami berbuat apapun padanya.     

"Ermmghh..." Andrea mendesah seraya sandarkan kepala pada bahu sang suami.     

Dante tak mengira respon Andrea begitu permisif. Di luar dugaan. Padahal dia sudah menyiapkan godaan apabila istrinya malu-malu sebal tapi mau juga seperti biasa.     

"Airnya tidak dingin kan? Kurang hangat kah?"     

Andrea menggeleng lemah dengan kepala masih di bahu Dante. "Udah pas."     

Pria itu pun makin berani mengaktifkan tangan menjelajahi tubuh molek istrinya. Rasanya tak bisa bosan pada tubuh Andrea. Namun, bukan berarti Dante hanya cinta sebatas raga saja. Dia juga jatuh cinta pada apapun watak Andrea meski itu unik dan nyentrik.     

Yang pasti~ Dante merasa damai dan nyaman di sisi Andrea.     

Jemari kanan Dante sudah meremas bongkahan di depan. Lenguhan lirih mencuat dari Andrea. Puting pun dipilin serta diusap lembut. Terkadang ditarik pelan hingga lenguhan terdengar lebih keras.     

Jari kiri punya peran sendiri. Tugas yang diberikan adalah merayap turun ke bawah, menggapai benda paling sensitif dari tubuh istrinya.     

"Haanghh~" Andrea tak malu-malu meloloskan desahan keras ketika pusaka sensitif dia disentuh lalu digesek pelan. "Da-Danteee~ rnnghh~" Andrea mulai menggelinjang geli. Apalagi kalau dua jari suaminya mulai masuk ke lubang spesial dan mengaduk di dalam air.     

Dante mengecupi belakang telinga Andrea. Tentu saja itu menambah kadar libido sang Cambion.     

"Ha-aanghhh~ Daannhh~" lenguh Andrea manja, kemudian menoleh ke suaminya disertai pandangan sayu. Satu tangan menggapai kepala Dante dan mendamba cumbuan sang Nephilim. "Ourmch... mmccpphh..."     

Mereka saling lumat, saling pagut dengan mata terpejam, menghayati berahi yang beranjak naik dan kuasai seluruh sendi tubuh.     

Pinggul Andrea gelisah, bergerak ke kanan dan ke kiri seraya satu tangan terus meremas gemas helai raven suaminya.     

Kini dua tangan Dante sudah ada di kewanitaan istrinya. Tangan kanan membuka labia mayora, sedangkan tangan kiri sibuk menggesek klitoris.     

"Haaangh~ aarnghh~" Andrea tak tahan. Ia lepaskan pagutan dan pejamkan mata erat-erat merasakan seluruh kenikmatan yang diberikan sang suami. Sesekali dia meraih kepala Dante untuk melumat bibirnya, dan tak lama dilepas ketika dia ingin bebaskan lenguhan.     

Seperti itu berkali-kali hingga sebuah erangan keras Andrea mengudara memenuhi ruangan lembab tersebut. Sungguh, Nyonya... berharaplah tak ada penjaga di dekat situ atau mereka bisa terangsang dan masturbasi di tempat.     

"Arkh—arrrghhhh! Harrgh! Dante—aarrkkhh..." Cairan spesial Andrea bercampur dengan air bathtub. Namun itu tak dijadikan sebuah masalah bagi keduanya. Kegiatan bercinta bukanlah kegiatan bersih.     

Tangan Andrea terulur ke belakang, ternyata pusaka suaminya sudah tegak entah sejak kapan. "Nephilim cabul."     

Dante terkekeh. Ia tau istrinya tidak bermaksud menghina. Justru itu ungkapan sayang ala Andrea padanya. Ia paham.     

Karena niat Andrea sudah teguh, maka ia singkirkan semua ragu dan malu. Naikkan tubuh sedikit sambil pegangi penis sang suami, perlahan ia masukkan benda tegang berurat itu ke vagina tanpa dia berganti posisi. "Aannghh~"     

"Hrrmmhh..." deram Dante ketika penisnya ditelan kemudian dijepit kuat hingga pangkal oleh liang surga istrinya. "Luar biasa, sayank."     

Andrea merespon kalimat suaminya dengan bergerak naik turun pelan, mengocok sang penis menggunakan vaginanya. "Ermmghh... mmghh..." Dua tangan berpegangan pada tepi bathtub sambil ia terus bergerak.     

"Orrghh! Damn! This is so damn great! Orgghh!" deram Tuan Nephilim. Dante, language please! Kau ini anak Malaikat! Namun, sepertinya Dante lebih suka menyuarakan nikmat dengan kalimat-kalimat ajaib. Ya sudah, anggap saja itu bahasa surgawi.     

Yeah~ bahasa syuurr-gawi.     

Tak mau kalah dengan istrinya, Dante juga ikut bergerak meski pelan mengikuti irama pinggul Andrea.     

Sang istri mencoba binal. Ia gerakkan secara erotis pinggulnya dalam posisi membelakangi Dante. Dua lutut ditekuk lurus sebagai tumpuan tubuh di air seolah berlutut, ia menggerakkan pantatnya bagai sebuah gelombang.     

Ketika penis Dante ditarik sewaktu Andrea bergerak maju, tuan Nephilim menggeram jelas. Sudah pasti itu karena rasanya super nikmat. "Orrghh... Andrea! Luar biasa! Aarghh... kau nakal sekarang, heh?"     

Dante gemas. Ia cengkeram pinggul istrinya, gerakkan lebih erotis bagai sedang terombang-ambing. Gerakannya bergelora. Keduanya sama-sama melenguh dan juga mengerang. Memenuhi ruangan dengan suara vulgar masing-masing.     

"Hagkhh! Dantee~ arkhh!" Andrea sudah letakkan dua tangan di kaki suaminya saat Dante kian mempercepat gerakan.     

"Iya, sayank. Iya. Aku tau ini memang enak sekali. Ermmghh! Andrea! Ayo keluar bersama."     

Andrea terus luapkan suara-suara erotis tanpa ragu. Terkadang ia harus menggigit bibir bawahnya agar bisa teredam sedikit daripada terdengar hingga keluar ruangan.      

Tak sampai lima belas menit, keduanya sama-sama menyerah dan saling bertukar cairan. Kemudian terengah-engah mengatur nafas.     

Di menit kedua, Dante mengubah posisi menjadi di atas tubuh Andrea yang rebah di bathtub. Air sudah dialirkan sehingga kini tinggal setengahnya saja.     

Andrea belitkan dua lengan ke leher suaminya saat Dante tenggelamkan penis di vagina. Keduanya bergerak satu irama. Dante bertumpu pada dua tangan sementara ia tanpa jeda menghentak-hentak memompa cepat vagina istrinya.     

Di menit kedua puluh tujuh, mereka sama-sama klimaks. Kemudian bercumbu sebelum akhirnya Dante mencabut keluar pusaka kebanggaan.     

"Aku mencintaimu, Andrea. Selalu dan pasti selalu," bisik Dante di depan wajah istrinya.     

Andrea mengangguk lemah. "Iya, tau, kok. Gue juga~ juga gitu." Sekuat tenaga ia mengucapkan meski pipi terasa hangat. 'Oh shit! Gue pasti lagi nge-blush, nih!' seru benaknya. 'Bomat deh, ah!'.     

Ketika mereka akan bangkit dari bathtub, tiba-tiba...     

"Apakah kalian sudah selesai?" Sebuah suara ada di depan pintu.     

Dante karuan keluar dari bathtub dan sambar dua jubah mandi. Satu diberikan ke Andrea. Ia tak mungkin merelakan tubuh molek istrinya di lihat siapapun meski oleh Zardakh sekalipun!     

Keduanya keluar dari kamar mandi, Dante di depan dengan Andrea mencoba sembunyi di belakangnya, dan mendapati sosok yang tak disangka-sangka.     

"TETUA HEAVEN!" seru Dante kaget. Andrea mendelik kaget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.