Devil's Fruit (21+)

Sia-Sia Sudah



Sia-Sia Sudah

0Fruit 397: Sia-Sia Sudah     

"Oh, eh, iya. Hahaha... sepertinya begitu, Nona Revka. Hahah!" Penjaga tertawa canggung. Mimpi apa dia sampai dadanya dielus salah satu primadona Antediluvian? "A-apakah Nona akan lama di sini?"     

"Oh, iya. Tentu. Kau tau, aku dan sepupuku ini akrab sejak kecil. Banyak yang ingin aku obrolkan dengannya. Jadi, sepertinya akan lama. Kau bisa tinggalkan kami, tampan..." Revka belai tulang rahang pria penjaga itu lalu kedipkan satu mata dengan gaya genit.     

"I-iya, baiklah, Nona!" Penjaga itu pun mengangguk dan menunduk hormat lalu beranjak pergi.     

"Kau harus menerima hukuman dobel sesudah ini, Kitty..." bisik Pangeran Djanh di telinga istrinya.     

"Ouwgh shut up, Djanh!" Revka berteriak tertahan.     

Revka menghembuskan nafas lega. Ia pun masuk lebih dalam ke ruangan cukup luas tersebut. "Dante? Dante, apa kau di sini?" panggilnya seraya edarkan pandangan.     

"Revka?" Sebuah suara menyeru kaget.     

"Dante!" Air muka Revka seketika cerah, ia menghambur ke sepupunya yang berdiri di dekat peraduan. "Dante, astaga..." Ia peluk sang sepupu penuh haru.     

"Apa kau mau hukuman untukmu tiga kali lipat, kitty sayank?" Pangeran Djanh menggeram.     

Dante tersentak dan jauhkan Revka seketika. "Suara apa itu barusan?! Ada siapa di sini?!" Dante berseru.     

Revka terpaksa bekap mulut sepupunya. "Ssshhh! Jangan keras-keras! Itu Djanh bodoh."     

Dante mengernyitkan dahi. "Djanh? Pangeran Incubus?"     

"Memangnya ada berapa Djanh di dunia ini, hah? Tentu Pangeran bodoh itu." Revka pijit pelipisnya. Lalu dia pun merapal mantra dan Pangeran Djanh muncul secara utuh di mata Dante.     

Dante sampai mundur terduduk di kursi saking kagetnya. "Kau— Rev, kau pakai mantra terlarang!"     

"Yeah, demi kau. Dan tunggu sampai kau lihat ini. Pasti kau akan terjengkang langsung, Sepupu." Revka merapal mantra lagi dan meniup ke sebuah spot di dekatnya.     

Muncullah Andrea.     

Dante terbelalak. "A-Andrea?! Apa itu benar-benar Andrea?!"     

"Memangnya lu berharap siapa, suami tolol?" Andrea menyahut.     

Dari situ, Dante pun yakin itu sungguh-sungguh istrinya. Ia memeluk erat tubuh Andrea. "Kau... kau seperti Nephilim." Dante renggangkan pelukan demi mengamati penampilan Andrea.     

Kemudian satu persatu orang yang diserbuki Revka pun dimunculkan. Dante terperangah.     

"Rev, kau yakin melakukan sihir itu? Bukankah sihir transparan sudah musnah dan dilarang?" Dante pandangi para Iblis yang sudah muncul.     

"Yeaahh... kau tau, kan... aku ini suka penasaran. Dulu aku sering ke perpustakaan Antediluvian dan membaca banyak naskah kuno. Dan... tak sengaja menemukan mantra sihir transparan." Revka duduk jumawa di sofa kamar. Pandangannya berkeliling mengamati ruangan bernuansa timur tengah ala negeri 1001 malam. "Jadi... Ratu busuk itu menyembunyikan kau di sini?"     

Dante sedang asik mengelus-elus wajah istrinya yang merona. "Iya, dia menaruh aku di sini."     

"Kupikir kau disekap di kamar dia."     

Revka, tolong jangan menyalakan kompor.     

Andrea menggigit bibir. Mendadak dia jadi berpikiran buruk.     

"Nah, ayo sekarang aku serbuki kau, Dan. Lalu kita buruan keluar dari istana." Revka mempersiapkan diri.     

Dante menggeleng. "Tidak semudah itu, Rev."     

"Maksudmu?" Revka picingkan mata.     

"Voira sudah memantrai aku dengan mantra kuat agar aku tak bisa keluar dari sini." Dante tertunduk lemah usai perlihatkan segel mantra besar di punggungnya.     

"Apa?! Ratu setan itu—aarrghh! Sialan! Ratu laknat!" Revka ingin mengamuk rasanya.     

"Kitty, suaramu terlalu keras, sayank..." Pangeran Djanh mengingatkan.     

Revka terengah-engah karena emosi. "Bedebah memang dia! Lalu... bagaimana caranya agar mantra itu bisa hilang?"     

"Mungkin jika Voira mati?" Dante asal jawab. Siapa tau benar.     

Revka melirik ke suaminya. "Bisakah kau bunuh dia sekarang?!"     

"Kitty, bukankah aku ada di sini? Bagaimana caranya ke Underworld?" Pangeran Djanh angkat kedua bahu.     

"Aarrgghh! Ini menyebalkan!" Revka rasanya ingin mencabik-cabik Voira setelah ini. "Ingatkan aku untuk membakar Voira jika sudah pulang ke Underworld! Grrghh! Rasanya usaha kita sia-sia saja di sini."     

"Enggak." Andrea bersuara lirih bagai tercekat. Ia pandangi sang suami. "Kagak sia-sia, kok. Setidaknya gue bisa liat suami gue. Paling nggak, gue tau dia baek-baek aja di sini. Kagak kurus kering. Dikasi makan bergizi, terawat meski jauh dari anak bini." Ndre, ini kamu sedang menyindir atau bersyukur, sih?     

Dante elus sayang pipi Andrea. "Maaf. Maaf aku meninggalkan kamu dan Jovano. Apakah anak kita baik-baik saja?"     

Mata Andrea mulai basah. "Tentu aja, bodoh. Dia tambah gembul, tambah lucu, dan udah bisa manggil gue Mama."     

"Lalu ini bagaimana?" Kini Myren bersuara. "Tak bisakah kau tanyakan ke Tetua di sini cara menghilangkan segel Dante?" Myren menatap Revka penuh harap. Rasanya sungguh ironis jika seperti ini.     

Revka menggeleng lemah. "Tak tau. Entah apakah mereka paham cara hilangkan itu."     

"Kita tak mungkin pulang tanpa Tuan Dante," ucap Kenzo sambil lirik Dante yang sedang mengusap air mata istrinya.     

"Ya tapi gimana lagi? Aku benar-benar tak tau cara—" Revka terdiam seketika. "Sshh! Sepertinya ada yang datang!"     

Secepat kilat Revka kembali mantrai para Iblis, dan tepat setelah selesai, pintu kamar terbuka.     

"Revka!"     

"Pa-Paman Nexos!" seru Revka agak gugup. Tak menyangka akan kemunculan pamannya. "Paman kenapa ke sini?"     

Nexos mengecup pipi ponakannya. "Penjaga memberitahu aku bahwa kau berkunjung kemari. Ahh~ Dante..." Ia beralih ke Dante dan mengecup pipi ponakannya satu itu. "Maaf, baru ini aku sempat menjengukmu." Pria tua itu tersenyum miring.     

"Oh, tak apa, Paman." Dante mengulum senyumnya. Sudah maklum jika dia dan Nexos tidak pernah cocok sedari dulu.     

"Ah, Paman! Apakah kau bisa hilangkan segel mantra di punggung Dante?" Revka lekas putar Dante dan hadapkan punggung sepupunya ke arah Nexos. "Ini, Paman."     

Nexos mengernyitkan dahi, mengelus jenggot putihnya mengamati bentuk segel di punggung Dante. "Ini segel yang kuat. Rasanya aku belum mampu ke taraf itu. Siapa yang menyegel?"     

"Voira keparat, Paman." Revka geram. "Paman, kumohon tanyakan pada Tetua lainnya cara hilangkan itu. Dante sudah seharusnya dibebaskan. Dia tak punya salah apapun di sini. Dia ditangkap hanya karena ambisi gila ratu busuk Voira!"     

Nexos manggut-manggut. "Aku tau itu, Revka sayank. Aku tau. Tapi aku harus rundingkan dulu hal ini dengan Tetua lainnya lalu menanyakan ke pihak Nirwana."     

"Astaga, Paman! Tak bisakah Antediluvian memutuskan sendiri tanpa perlu campur tangan Nirwana?" Revka jadi gemas.     

"Harus sesuai prosedur, sayank." Nexos elus pipi ponakannya. Jangan sampai Pangeran Djanh cemburu atau hukuman bisa berkali-kali lipat nantinya, Revka.     

"Huh! Nirwana sialan! Voira bedebah!" rutuk Revka.     

"Sudah, sudah. Percuma kau mengumpat. Takkan mengubah apapun. Lebih baik kita keluar dari sini, biarkan Dante istirahat. Juga tak baik kalau anak gadis jam segini bertandang ke kamar lelaki, walau sepupu. Ayo, Revka."     

Tak bisa menolak, Revka pun terpaksa patuh ketika digiring Nexos keluar dari kamar dan berpamitan dengan Dante.     

"Ya, ayo kita keluar dari sini. Kita!" seru Revka seolah itu kode ke semua tim agar mereka juga ikut keluar. Mereka akan pikirkan cara lain bebaskan Dante esok pagi.     

Dante hela nafas, sedih tentunya. Padahal mereka sudah susah payah datang untuk dirinya, namun terasa sia-sia.     

Penjaga pun kembali menggembok pintu kamar Dante.     

Pria malang itu duduk terpekur di kursi. Dua siku di meja dan rambut diremas. "Kenapa?! Kenapa harus begini?! Di saat Andrea sudah datang, malah aku tak bisa keluar! Hghhh... aku merindukanmu, Andrea. Sangat rindu. Andai kau ada di sini..."     

"Tentu aja gue di sini, bodoh."     

Dante menoleh cepat ke sumber suara. "Andrea!" pekiknya tertahan begitu melihat istrinya keluar dari salah satu pilar besar kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.