Devil's Fruit (21+)

Mulai Menyelinap Masuk



Mulai Menyelinap Masuk

0Fruit 396: Mulai Menyelinap Masuk     

Begitu matahari mulai tenggelam di negeri Antediluvian, tim Andrea sudah bersiap akan misinya. Malam ini mereka akan menyusup ke istana dengan bantuan Revka.     

Sesuai rencana, istri Pangeran Djanh akan masuk istana dengan dalih menjenguk sepupunya. Ia akan menyelubungi semua anggota tim dengan bubuk spesial sehingga keberadaan mereka takkan terendus dan tak terlihat pula.     

Terima kasih pada Revka yang mempunyai bubuk tersebut. Itu adalah benda yang sangat susah di dapat. Entah dia memiliki dari mana.     

"Pokoknya, kalian harus selalu di dekatku. Jangan terpisah jauh, dan usahakan jangan sampai bersenggolan dengan pengawal di sana. Meski kalian tidak terendus serta tak tampak, tapi kalian bisa dipegang," jelas Revka secara rinci. Semua mengangguk paham.     

Andrea naikkan tangan.     

"Ada apa lagi? Kurang jelas?" Revka lipat dua tangan di depan dada.     

Nyonya Cambion menggeleng. "Cuma pengen ganti kostum. Pleaaassse?" Wajahnya memohon. Ia tak mau menemui Dante dengan dandanan konyol.     

Revka putar bola matanya. "Kau kurang memohon, darling~" Lalu menyeringai. Jelas bahwa dia serasa berada di atas angin saat ini.     

Kini gantian Andrea yang putar bola mata ditambah tepukan keras di lengan Kenzo. Yang ditepuk cuma bisa meringis. Sabar, Ken. Amalkan lenganmu untuk bahan pelampiasan kesal junjunganmu.     

"Revka cantik paling seksi~ bisakah aku ganti kostum yang lebih bagus dan tidak norak. Please very pleaaassseee?" Andrea ingin muntah sendiri mendengar ucapannya.     

Istri Pangeran Djanh terbahak senang. Alis diangkat, lalu jari digerakkan ke arah Andrea. Komat-kamit sebentar, lalu...     

Voila!     

Andrea sudah berganti penampilan.     

Andrea langsung berkaca di cermin seukuran badan di dekatnya. Jangan tanyakan kenapa benda itu tiba-tiba ada di sana.     

"Ini! Ini terlalu seksi!" Ia merona memandangi bagian dadanya yang terasa 'mengundang'. Apalagi Pangeran Djanh menyeringai pandangi Andrea. Jangan kuatir, Revka langsung palingkan wajah pangeran mesum dari Andrea.     

"Sekali lagi protes, aku kembalikan penampilan sebelumnya. Gimana?" Revka mengancam. "Kau pikir tak butuh tenaga besar untuk mengubah begitu, heh?!"     

"Oke! Oke!" Andrea terpaksa menyetujui daripada dia kembali berpenampilan kekanakan dengan kuncir dua. Bisa-bisa Dante akan terbahak-bahak kalau melihat.     

Dua tangan Andrea sibuk menarik ke atas cup payudara kostumnya. Ia malu.     

"Kita makan dulu sebelum pergi. Ayo kita ke restoran yang biasa aku datangi." Revka mengkomando. "Toh kita akan ke istana menjelang tengah malam nanti." Revka mengubah penampilannya ala wanita era abad pertengahan yang di-mixing dengan gaya steampunk.     

Tak ada yang berani memprotes karena di negeri ini, Revka lebih tau seluk-beluk semua tempat.     

Mereka berenam makan malam di sebuah restoran yang cukup elit. Beberapa Nephilim menyapa Revka. Ada yang mengajak ngobrol singkat pula.     

"Akhirnya kau kembali juga ke sini, Revka." Salah satu kenalan menjabat tangan Revka.     

"Ah, iya. Karena kudengar ratu busuk itu sudah tak ada di sini lagi, ya kan?" Revka santai menjawab.     

"Ya, benar. Untunglah ratu setan itu tidak lagi di negeri ini. Aku jijik pada kelakuannya." Kemudian mereka cekikikan sebentar.     

"Siapa mereka, Rev?" tanya salah satu Nephilim seumuran Revka menoleh ke tim Andrea.     

"Ohh, hanya Nephilim dari pelosok. Kuajak kemari biar mereka sesekali menikmati hidup modern. Kau tau kan betapa udiknya bangsa kita di belahan bumi yang itu?" Revka sok-sokan berbisik ke temannya dan mereka terkikik sejenak, lalu tidak menggangu lagi.     

Usai makan malam, Revka mengajak kembali ke apartemen. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lebih.     

"Ayo, aku akan memulai berikan bubuk sihir ke kalian. Tutup mata kalian dan jangan bersin. Tahan nafas." Revka memberikan aba-aba terlebih dahulu sebelum memulai.     

Semua mengangguk. Dimulai dari Pangeran Djanh, lalu Kenzo, kemudian Ronh, selanjutnya Myren, dan Andrea paling akhir.     

Tenaga Revka lumayan terkuras karena ritual barusan.     

"Kau bisa bertahan, sayank?" tanya Pangeran Djanh menyentuh lengan istrinya, tampak kuatir.     

"Hah! Jangan remehkan aku. Menghadapi kau lima ronde pun aku masih kuat!" sombong Revka sambil usap kening yang berkeringat.     

Pangeran Djanh berbinar sembari tampilkan seringai di wajah tampannya meski tidak tampak. "Bagus. Kita buktikan nanti, sayank."     

Tepat setengah dua belas malam, semua bergerak keluar dari apartemen. Dalam visual penduduk Nephilim, hanya ada Revka saja yang tampak. Padahal dia dikelilingi beberapa orang.     

Sesampainya di depan gerbang istana, Revka kembali mengingatkan tim tersebut. "Ingat, yah. Jangan bersuara, jangan sampai bersentuhan dengan pengawal, dan jangan jauh-jauh dari aku."     

Penjaga gerbang melihat Revka dan mengenali. "Nona Revka! Anda pulang ke Antediluvian!"     

Revka terkekeh. "Ah, iya. Kudengar Ratu Voira sudah tak ada, makanya aku kembali. Aku ingin menengok sepupuku, Dante. Bolehkah?"     

"Oh, tentu, Nona. Sebentar saya buka gebang dulu."     

"Dia masih ada di dalam istana?"     

"Masih, Nona. Tuan Dante ada di kamar tamu. Tetua Nirwana belum menurunkan perintah untuk menindaklanjuti mengenai Tuan Dante."     

Penjaga pun menaikkan gerbang dan Revka santai melewati. Para Iblis ikut masuk tanpa halangan apapun.     

"Bisa antar aku ke tempat Dante ditahan?" tanya Revka ke penjaga tadi.     

"Oh, maaf Nona. Saya harus terus berjaga di gerbang. Tak boleh meninggalkan pos. Aku akan meminta penjaga lain mengantarkan Nona."     

"Yah, baiklah." Revka berikan senyum manis ke penjaga tadi yang berusaha hubungi rekannya.     

"Nona kenapa selarut ini datang ke sini?" Penjaga itu masih penasaran, sembari menunggu rekannya datang.     

"Ah, tadi aku habis berpesta dan teringat Dante di sini. Rasanya... tak sabar menemui dia. Hahaha!" Revka tertawa penuh gaya elegan.     

Begitu penjaga lain datang untuk mengantar Revka, mereka pun langsung menuju ke tempat Dante berada.     

Andrea yang berjalan di belakang Revka merasakan debaran jantungnya yang lebih cepat. Hanya dia yang berjalan, sedangkan para Iblis bisa melayang. Itu karena Andrea sudah tak memiliki kemampuan terbang lagi semenjak kekuatannya hilang.     

Perjalanan menuju ke ruangan tempat Dante ditahan membutuhkan waktu nyaris setengah jam. Untung Andrea memakai sepatu bersol karet sehingga tidak menimbulkan bunyi.     

"Nah, itu ruangannya, Nona." Penjaga itu menunjukan ke suatu tempat setelah mereka melewati kolam berjembatan buatan.     

"Ohh, ternyata di sana. Oke." Revka tersenyum manis ke penjaga yang tersipu malu. Kecantikan Revka sudah terkenal di Antediluvian. Siapa yang takkan senang diberi senyuman oleh Revka? Hanya Dante sepertinya.     

Penjaga merapalkan mantera sehingga gembok yang mengitari pegangan pintu ruangan itu bisa berputar bagai ular dan akhirnya terpisah.     

"Silahkan, Nona." Penjaga membuka pintu itu. Semua Iblis lekas melayang masuk melewati pintu yang terbuka. Gara-gara itu, penjaga mengernyit heran. Rambutnya tadi sempat berkibar singkat.     

Revka menyadari kecurigaan penjaga dan tertawa ringan. "Ahaha! Malam ini sepertinya angin berhembus lebih dingin. Pasti karena sebentar lagi musim dingin akan datang. Ya, kan, tampan?" Revka mengelus nakal dada sang penjaga sambil berlagak merapikan rambut sang penjaga. Pangeran Djanh sudah ingin ribut saja, tapi Iblis lain menggeleng, mencegah. Tahan cemburumu, Pangeran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.