Devil's Fruit (21+)

Kelepak Sayap Kenistaan



Kelepak Sayap Kenistaan

0Fruit 390: Kelepak Sayap Kenistaan     

Di Istana Berlian, Andrea baru saja memandikan Jovano. Senyum terkembang terus karena sang anak yang tertawa lucu tampak menikmati acara mandinya.     

"Nah, sekarang ayo Mama keringkan badanmu, sayank." Andrea mengangkat Jovano keluar dari bak mandi bayi dan membungkus tubuh sang anak dengan handuk putih besar.     

"Lihat, kamu tampan banget. Pasti besok banyak cewek antri minta jadi pacarmu." Andrea masih berceloteh pada anaknya sembari diiringi gelak tawa kecil Jovano.     

Andrea lekas keringkan tubuh anaknya dan pakaikan baju lucu ke Jovano.     

"Tapi gak boleh jadi playboy, yah! Jangan mesuman seperti papa kamu." Andrea mengulum senyumnya. Lagi-lagi teringat Dante. Matanya mendadak panas. Ia terpaksa kerjap-kerjapkan kelopaknya agar bisa menghalau genangan air di pelupuk.     

Jovano menjulurkan dua tangan mungilnya sambil bersuara lucu yang tak dipahami Andrea. Seolah sang anak ingin menyentuh wajah ibunya dan menenangkan sang ibu.     

Andrea merunduk, sentuhkan pipinya ke tangan mungil itu. Dia menangis sambil tersenyum pada Jovano. "Kamu kangen ama Papamu juga? Kangen, gak? Jangan-jangan cuma Mama doang nih yang kangen. Hahah." Lalu ia menyusut ingusnya.     

"Puteri," panggil Meowth di belakang Andrea.     

Andrea menoleh ke arah suara. "Ya?" Ia sudah mengusap air mata di kelopak mata sebelum menoleh ke anak buah sang ayah.     

"Bubur untuk Pangeran Jovano sudah siap." Rupanya Meowth membawakan bubur untuk si pangeran cilik.     

"Beli di dunia manusia, kan?" Andrea menatap penuh selidik ke Succubus cantik itu.     

"Iya, Puteri."     

"Beli, kan? Bukan nyomot? Bukan maling?"     

Meowth mengangguk dengan senyum dikulum.     

"Bohong."     

"Tidak, Puteri. Tadi pagi Panglima dan Nona Shelly yang berbelanja di minimarket manusia."     

"Ceh!" Decihan lolos dari mulut Andrea mendengar cerita Meowth. "Mereka asik kencan rupanya."     

"Maklum, Puteri. Pasangan yang sedang mabuk asmara." Meowth nyengir.     

Andrea menyusut ingus terakhirnya lalu tersenyum. "Ya udah. Bawa sini aja buburnya. Aku bakalan suapi Jo di sini aja."     

"Tuan Puteri tak ingin suapi di taman?" tanya Meowth.     

"Kenapa harus di taman?" Mata Andrea menyipit, heran.     

"Mawar kuning sudah bermekaran. Indah sekali." Meowth menjelaskan alasan kenapa dia menyarankan membawa Jovano sarapan di taman.     

"Ouh, benarkah? Wah, aku harus melihat mereka semua." Andrea sumringah. "Ayo, sayank... kita sarapan sambil melihat mawar kesayangan Nenekmu." Mendadak ia merasa mood-nya naik. "Meowth, tolong bawakan buburnya."     

"Siap, Puteri!" Meowth tersenyum riang sambil berjalan mengikuti Andrea yang menggendong Jovano.     

-0-0-0-0-0-     

Kepakan sayap Voira yang kini sudah dilucuti kekuatan dan juga kekuasaannya, sudah sampai di Antediluvian. Namun rupanya kabar hukuman dia sudah menyebar di negeri para Nephilim begitu kilat. Terbukti dengan tidak diijinkannya dia masuk ke istana.     

"Tetua keparat!" seru Voira kesal. Sang mantan Ratu Antediluvian pun mengepakkan sayap menjauhi istananya. Tempat dulu dia terbiasa bisa bebas mengumbar nafsu.     

Perutnya lapar. Ia pun mendatangi salah satu rumah penduduk terdekat.     

"Berikan aku makan. Aku... lapar." Dia memegangi perut karena memang lapar.     

Sang empunya rumah yang kebetulan sedang berada di luar pun memandang risih ke Voira. "Kau... kau pembunuh anakku!" seru Ibu pemilik rumah sambil lemparkan keranjang kosong yang dia pegang ke Voira.     

"Brengsek! Pembunuh apaan?!" Voira balas berteriak sembari tangkis keranjang tersebut. Matanya melotot seolah dia masih memiliki kekuasaan.     

"Kau sudah membunuh anak perempuanku satu-satunya! Pembunuh! Enyah kau!" jerit Ibu itu yang segera mengundang perhatian Nephilim di sekitarnya. Beliau sudah mendengar akan pelucutan gelar dan kekuatan Voira, oleh karena itu di tidak segan lagi meneriakkan kemarahannya pada sang mantan ratu Antediluvian.     

Beberapa orang berbisik-bisik sambil tatap sinis ke Voira, dan sebagian lainnya ikut mencemooh.     

Rupanya berita kejahatan Voira sudah tidak bisa dibendung. Dan kini setelah Voira ditanggalkan jabatannya, warga Antediluvian berani menyuarakan apa yang memang ingin mereka suarakan.     

"Bunuh saja dia!"     

"Cincang!"     

"Bakar sampai habis jadi abu!"     

"Penggal kepalanya seperti dia memenggal putri kita!"     

"Jangan beri ampun wanita kejam seperti dia!"     

"Ratu durjana!"     

"Mati saja kau!"     

"Perempuan laknat tak punya perasaan!"     

"Semoga karma lekas menghampiri kau, wanita terkutuk!"     

Voira menggeleng tak percaya. Warga yang biasanya tunduk dan takut padanya kini bisa beringas mengucapkan makian untuknya. "Bedebah kalian semua!"     

Karena warga kian panas, Voira terpaksa kepakkan sayap tinggi-tinggi sebelum ada yang menangkapnya. Ia lekas melesat keluar dari Antediluvian.     

Kini dia sampai di dunia manusia. Ia lapar. Dan daging manusia adalah makanan yang amat lezat bagi Nephylim. Terutama daging segar. Ia pun sembunyikan sayapnya dan berusaha memikat seorang pria hingga berhasil menggiring pria itu di sebuah gang buntu.     

Dia langsung menyergap pria malang itu dan lahap memakan dagingnya. "Awwrrkkhh! Groaarrhh... nyaammhh!"     

Namun, belum juga dia selesai memakan semua, tiba-tiba di dekatnya muncul dua Iblis yang menyeringai padanya.     

"Jadi ini mantan Ratu Antediluvian?"     

"Tidak buruk, bro! Hahaha!"     

Tidak dinyana, berita mengenai Voira pun sudah terdengar di telinga para Iblis! Memang benar adanya, mulut bisa lebih cepat dari cahaya.     

Voira mendelik sembari usap mulutnya yang belepotan darah segar. Ia tau ia dalam bahaya. Ia sudah tak punya kekuatan apapun selain terbang.     

Maka dari itu, ia pun gunakan satu-satunya kekuatan yang ia punyai.     

Terbang.     

Dua Iblis mengejar Voira. Keenam sayap Voira mengepak tiada henti hingga tinggi ke langit, lalu melesat ke sembarang arah demi lolos dari Iblis rendahan yang mengejarnya.     

Hampir setengah jam Voira berjuang terbang menyelamatkan diri. Dan agaknya usaha dia membuahkan hasil. Terbukti dengan tak adanya dua Iblis buruk rupa di belakangnya.     

Ia bernafas lega. Berhenti terbang sejenak karena lelah. Tenaganya langsung terkuras meski dia baru saja makan.     

"Wah, wah, waahh..."     

Voira menoleh ke suara yang sudah ada di dekatnya. "Kau!!!"     

"Ya, aku. Masih ingat?" Pangeran Djanh menyeringai licik. "Kudengar kau sudah menjadi mantan Ratu. Betul?"     

Voira merinding seketika. Ia tau ia bagai seekor kutu di hadapan Pangeran Djanh sekarang. Karenanya, dia tak menggubris pertanyaan sang Pangeran Incubus, dan melesat cepat, berharap Pangeran Djanh tidak bisa mengejarnya.     

Sreettt!     

Drepp!     

Sayangnya, keinginan Voira hanyalah angan-angan. Sang mantan Ratu Antediluvian sudah berhasil diraih oleh tangan Pangeran Djanh, dan tak menunggu bergantinya menit, Pangeran Djanh sudah melempar Voira ke sebuah dimensi.     

Bukan. Itu bukan dimensi seperti yang pernah dimasuki Andrea dan Dante. Beda. Dia Pangeran Incubus yang kaya raya, sehingga memiliki banyak dimensi dunia adalah hal yang tidak mengherankan.     

"Aawwrrghh!!!" Voira menjerit ketika jatuh ke dimensi ciptaan Pangeran Djanh. Untung saja tubuhnya terhempas di rerumputan.     

Voira berguling-guling sebentar sebelum akhirnya berhenti di tepi telaga. Ia susah payah bangkit, tertatih berjalan ke telaga itu dan melihat bayangan dirinya. Mukanya kacau dan tubuhnya kotor.     

Maka ia masukkan sayap dan mulai masuk ke telaga bening menyegarkan. Ia sudah lepas semua pakaiannya.     

Berendam dan bermain air di telaga itu sungguh menyenangkan. Seolah bisa membuat Voira melupakan kepahitan takdirnya sejenak.     

Namun, itu tidak berlangsung lama. Sekonyong-konyong, telaga tersebut dikelilingi oleh para Iblis yang melayang mengamatinya. Voira buru-buru ingin meraih bajunya, namun baju itu terbakar secara ajaib.     

"Pangeran Djanh benar-benar membawa barang bagus."     

"Ya, benar. Istimewa. Tak ada duanya, bukan? Hihihiii~"     

Tak lama, muncul Pangeran Djanh yang duduk melayang di sebuah singgasana di atas telaga. "Gentlemen! Bisa Anda lihat dengan jelas, siapa yang saya bawa kemari. Ratu Voira, pemimpin Antediluvian! Ahh~ atau... mantan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.