Devil's Fruit (21+)

Hokkaido Winter Vacation



Hokkaido Winter Vacation

0Fruit 497: Hokkaido Winter Vacation     

"Yang koper biru udah masuk?" Andrea bertanya sambil keluar dari mansion. Satu tangannya memegangi pinggang belakang, mirip kelakuan wanita hamil besar.     

"Iya, sudah, Rea. Koper merah kamu juga sudah aku masukkan ke bagasi, kok." Giorge memberikan jawaban ke istrinya sambil menutup bagasi mobil mereka.     

Akhirnya diputuskan bahwa mereka akan berlibur musim dingin di Hokkaido, di vila milik King Zardakh.     

Tidak hanya Andrea dan Giorge saja yang akan pergi, tapi juga mengajak Shelly, Kenzo dan anak-anak semua.     

King Zardakh tidak ikut karena masih banyak urusan bisnis di Tokyo. Ia serahkan penjagaan putrinya pada Kenzo dan Giorge.     

"Good, pret! Lu emang bisa gue andalkan," puji Andrea sambil acungkan ibu jari ke suaminya yang tersenyum girang. Jarang-jarang istrinya mau memuji begitu.     

Shelly keluar sambil menggandeng Gavin. Lalu Jovano juga keluar berbarengan dengan Kenzo. "Kak Myren jadi ikut, kan?"     

Andrea menoleh ke sahabatnya. Lalu mengangguk sambil berkata, "Ho-oh. Katanya ntar ketemuan di sana aja. Ini dia masih ada rapat di Shibuya." Andrea menyambut Jovano dan mengarahkan pria kecil itu ke jok belakang dan tak lupa memasangkan safety belt.     

Mereka memakai mobil masing-masing.     

Setelah Kenzo memastikan semua pintu dan jendela terkunci rapat, ia pun membuat segel khusus agar mansion tak bisa dimasuki Iblis manapun.     

Sesudah memberikan perlindungan ke mansion, Kenzo adalah yang terakhir masuk ke mobil. Kemudian kedua mobil beriringan keluar dari area hutan buatan yang mengelilingi mansion menuju ke jalan raya.     

"Ini kita ke mana, pret?" tanya Andrea sambil menoleh ke suaminya yang sedang menyetir. Ia masih memegang ponsel untuk memeriksa email-email yang datang.     

"Mom, don't call him like that anymore. It's unrespect and disgusting." Tiba-tiba Jovano bersuara dari arah belakang.     

Andrea menoleh kaget ke anaknya. Tidak dinyana dia akan mendapatkan teguran demikian dari sang anak. Giorge terkekeh senang mendengar pembelaan dari anak tirinya.     

"Tumben jagoan Mama bisa ngomong gituan." Andrea putar badannya ke arah Jovano meski susah karena perut buncitnya. "Kenapa emang kalo Mama manggil gitu?"     

"He's your husband. Give respect, please. Jangan ajari aku dengan hal-hal yang tidak sopan, Mom. Please, it's my sensitive age."     

"Ulu... Uluhhh..." Andrea gemas dan julurkan satu tangan ke belakang untuk mengacak gemas rambut anaknya.      

Sudah pasti Jovano mengerang protes seraya membetulkan rambutnya. "Mom, stop. Don't be so childish."     

Andrea terbahak keras. Anaknya ini memang paling top untuk urusan bicara. Dari jaman di perut saja dia sudah pintar ngomong, pintar membuat Andrea speechless. "Ya udah, kalo gitu apa dong panggilan yang pas?"     

Jovano mengangkat bahunya, acuh tak acuh. "Dunno. Maybe... Honey? Or babe... Or... Sayank? I don't know! You must think it yourself, oh God please!" Ia memutar bola matanya ke sang ibu yang tergelak lepas.     

"Dasar bocah jaman now! Untung di belakang. Kalo di sebelah Mama, udah abis pipimu, Jo!" Andrea memandang gemas ke anaknya.     

"Thanks God! Lucky me then!" Lalu Jovano kembali menekuni ponselnya sendiri, bermain game online.     

"Ya udah... Mama ulangi, deh. Ini kita mau ke mana, Gio dear?" Andrea sambil lirik ke suaminya lalu ke anaknya.     

"That's better," sahut Jovano. "Keep it up!"     

Giorge terkekeh bahagia. Satu tangannya terjulur ke belakang. "Give Daddy a high five, hot-shot!"     

Jovano menepuk telapak tangan Giorge yang terulur padanya. "No, not Daddy. But Poppa."     

"Not Daddy? Poppa?" Giorge agak bingung.      

Baru kali ini Jovano menolak panggilan Daddy pada Giorge. Dia biasa memanggil Pop atau Poppa ke Giorge.     

"Aku sudah punya Daddy, jadi kau adalah Poppa." Jovano memandang Giorge, lalu kemudian ganti menatap ibunya. "Dan kamu Momma Mommy, whatever." Selanjutnya, ia kembali fokus ke layar ponselnya.     

Andrea dan Giorge tertawa lepas bersama. Jovano memang ajaib bila bicara.     

"Kata papamu, kita ke Abuta, prefektur Hokkaido. Nanti pakai map untuk cari Vila Keyaki di daerah Ginto Residence." Giorge mulai mengaktifkan map agar mereka tidak salah mengambil jalan, karena jalan tol di Jepang itu banyak sekali.     

"Oke." Andrea kembali menekuni ponselnya juga.     

"Rea..." panggil Giorge.     

"Humm?" Andrea mengangkat lagi kepalanya untuk menatap sang suami.     

"Makasih banyak." Giorge tersenyum hangat.     

"Apaan, sih?" Andrea menunduk tersipu, pura-pura sibuk melihat layar ponsel.     

"Makasih sudah memberi kebahagiaan hidup padaku." Ia meraih kepala istrinya untuk mengecup pelipis Andrea penuh aura sayang.     

Andrea senyum tersipu tanpa memandang Giorge. "Udah, deh. Konsen aja ke depan, oi pr-Gio dear..." Ia nyaris memanggil pret lagi jika tidak ingat teguran Jovano.     

Giorge senyum senang melihatnya. Ia jelas tau istrinya sedang malu tapi mau.     

Setelah perjalanan beberapa jam, mereka berhenti sebentar untuk mengisi bahan bakar. Tak lupa memeriksa ban khusus untuk salju karena Hokkaido terkenal akan lebatnya salju di musim dingin.     

Kemudian, usai mengisi bahan bakar, Giorge melandaikan jok Andrea agar Andrea bisa lebih nyaman dengan kondisi perutnya. "Tidur saja, Rea. Aku takkan ngebut. Kita santai saja."     

Andrea menatap suaminya sambil menggumam pelan. "Hu-um." Kemudian dia mulai merilekskan tubuh dan pejamkan mata.     

Giorge menoleh ke jok belakang. "Jagoan Poppa mau tidur juga? Poppa sudah siapkan bantal untukmu di bagasi."     

"Nggak usah, Pop. I'm fine like this. Aku lagi pengin liat pemandangan," jawab Jovano. Dia memang tidak merasa mengantuk saat ini.     

"Oke." Giorge kembali melanjutkan perjalanan. Seperti janjinya, tidak ngebut dan berjalan santai saja agar tidak menggangu tidur istrinya.     

Sesampainya di Abuta, hari sudah sore. Giorge mencari di map lokasi Vila Keyaki yang dituju. Mobil Kenzo ada di belakang membuntuti.     

Andrea mulai bergerak menandakan bangun. "Urgh... Dah nyampe, yah?" Ia beringsut tegakkan punggung. Giorge membantu menaikkan jok Andrea.     

"Belum, dear. Sebentar lagi. Ini baru masuk ke Abuta. Harus cari Ginto Residence dulu." Giorge sambil sesekali melirik ke map di layar dashboard.     

Tak berapa lama, mereka pun menemukan Ginto Residence dimana tempat itu ada banyak winter house ataupun Cottage untuk liburan musim dingin. Di sekitarnya juga bertebaran Ryokan bagi para turis lokal dan asing yang biasanya dilengkapi Onsen umum.     

Akhirnya Vila Keyaki pun terlihat di pandangan mereka tak jauh di depan sana.     

"Eh, kalo yang itu Vila punya Kak Myren, yah?" Telunjuk Andrea menunjuk ke salah satu bangunan Vila tak jauh dari tujuan mereka.     

"Iya. Itu Vila Katsura, punya kakakmu." Giorge mulai mendekati Vila mereka. Dan memang mereka melewati sebuah Vila yang ternyata milik Myren.     

"Ternyata tetanggaan." Andrea menggumam sambil menatap Vila kakaknya yang ukurannya sedikit lebih kecil dibandingkan Vila milik sang ayah. "Kayaknya gue juga musti beli beberapa properti, nih!"     

"Haha, nanti aku urus itu, Rea. Biar aku saja yang beli." Giorge pun hentikan mobil di depan Vila tujuan mereka.     

Andrea menoleh ke suaminya. "Mo beliin gue? Ciyus?"     

"Kenapa tidak? Itu sudah sewajarnya, kan? Nanti kita lihat-lihat iklan properti, kamu bisa pilih mana yang kamu suka." Giorge membuka pintu mobil.     

Andrea mengulum senyum. Ternyata suaminya manis juga.     

Kemudian ia mengikuti keluar dari mobil disusul oleh anaknya. Ia pandangi Vila yang berdiri kokoh di depannya, berwarna coklat karena dinding kelilingnya menggunakan batu coklat kualitas tinggi. Desain dari luar terlihat sangat sederhana meski luas dengan bangunan 2 lantai.      

Salju sudah menutupi atap-atapnya dan juga jalanan sekeliling Vila. Pepohonan tinggi menjulang ada di sekeliling Vila bagaikan para penjaga yang berdiri kokoh dan dingin.     

"Yuk." Andrea menggandeng tangan Jovano meski sebenarnya bocah itu risih karena dia merasa diperlakukan seperti anak kecil.     

Jo, bukannya kamu memang masih pantas dikatakan anak kecil?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.