Devil's Fruit (21+)

Penjelasan Dante



Penjelasan Dante

0Fruit 510: Penjelasan Dante     

Setelah Andrea puas menangis, ia mulai tenang dan tak mau lepas dari dekapan Dante.      

Giorge yang sudah kembali ke mansion, hanya bisa menggigit lidahnya menyaksikan istrinya dalam dekapan lelaki lain. Tapi, bisa apa dia? Ia tak mungkin menyalahkan Andrea, apalagi merebut tubuh sang istri dari lelaki itu.      

"Nah, sekarang, ceritakan kenapa kau bisa ada di sini dan ke mana saja kau selama ini?" King Zardakh mengulangi pertanyaan yang tadi sempat terinterupsi oleh putrinya.      

"Saat itu… ketika terjadi pengeboman di penjara Nirwana… si pengebom memang menargetkan aku. Aku sendiri tak tau apa dendam yang dia miliki sehingga dia melemparkan sebuah bom berkekuatan tinggi ke selku." Dante mengawali ceritanya.      

"Kau masih ingat wajahnya?" tanya King Zardakh pada menantunya yang kini kembali.      

Dante menggeleng. "Dia memakai topeng kain yang menutupi sebagian wajahnya. Yang aku tau, dia seorang pria dewasa, mungkin usianya tidak jauh dariku."      

"Lalu… bagaimana kau bisa selamat dari pengeboman itu?" Sekarang Myren yang bertanya.      

Tuan Nephilim menoleh ke Myren untuk menjawab. "Saat itu, sebelum bom meledak, tiba-tiba saja Erefim muncul di dekatku dan dia langsung menggunakan sihirnya untuk mengirimku ke tempat lain."      

"Tempat lain?" King Zardakh mengerutkan keningnya.      

"Lebih tepatnya… dunia lain." Dante menambahkan.      

"Apa itu?" King Zardakh mengejar.      

"Dunia para peri." Dante menyahut ayah mertuanya.      

"Nimphidia?" King Zardakh mengonfirmasikan.      

Menantu Nephilim-nya menggeleng. "Bukan. Melainkan Avalonia."      

"Oh, ternyata yang itu." King Zardakh memberikan wajah seolah dia memahami apa yang sudah disebutkan Dante.      

"Apa itu Nimphidia atau Avalonia?" Myren mengernyitkan dahi, ingin tau. "Setahuku… Nimphidia itu dihuni peri perempuan saja, benar?"     

King Zardakh mengangguk. "Betul. Dunia Nimphidia memang berisi para Nimfa, meski di dunia di luar Nimphidia juga ada banyak para Nimfa."      

"Apa itu… Nimfa?" Kini, Andrea memunculkan suaranya setelah terdiam sejak tadi.      

"Nimfa itu peri perempuan yang biasanya dianggap roh dari alam. Dia perwujudan roh dari tumbuhan, atau sungai, atau gunung." Myren menjawab pertanyaan adiknya.      

"Dan mereka sangat cantik, senang bernyanyi dan menari…" King Zardakh menambahkan.      

"Huh! Dasar kau lelaki mesum yang hanya tau hal-hal itu saja!" Myren menatap penuh hinaan ke ayahnya. "Aku yakin istrimu ada yang berasal dari bangsa Nimfa, ya kan?"      

King Zardakh yang ditatap tajam oleh Myren hanya bisa terkekeh canggung, membuktikan kecurigaan sang putri.      

"Aku dilempar ke Avalonia oleh Erefim, tepat sebelum bom meledak di dalam selku." Dante lekas melanjutkan ceritanya sebelum sang ayah mertua dihakimi oleh kedua putrinya yang galak.      

"Avalonia?" Andrea menatap suaminya, Dante. Mungkin pria Nephilim itu bisa disebut suami pertama.      

Dante membalas tatapan istrinya dan mengangguk. "Iya. Avalonia. Itu suatu negeri yang sangat indah dan hijau. Banyak peri dan liliput, juga elf. Ada satu peri yang merawatku selama aku di sana. Namanya Binx."     

"Peri perempuan?" Andrea menatap penuh selidik.      

Lagi-lagi Dante mengangguk. "Benar, dia perempuan. Dia peri pohon ceri hutan. Dia sangat baik. Saudara-saudara elf dia juga baik padaku."     

Andrea seketika cemberut. "Alangkah senang sekali kau bisa dikelilingi makhluk-makhluk cantik, yah!"      

"Kami semua berteman baik di sana, Andrea. Jangan berpikir macam-macam terlalu jauh. Justru aku yang patut marah karena…" Pandangan Dante melayang ke arah Giorge yang sedari tadi duduk diam di sudut sofa.      

Andrea langsung tertunduk. Ia memang bersalah. Wajahnya mendadak muram.      

"Kau tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Andrea, Dante." Myren berbicara untuk adiknya. "Kau harus tau, istrimu nyaris gila setelah depresi beberapa bulan karena berita kematianmu."     

Dante ternganga mendengar penuturan Myren. Ia menatap sang istri yang masih tertunduk dalam dekapannya. Kemudian, dagu Nyonya Cambion pun dia angkat. "Maaf, maaf karena sudah menyusahkanmu, sayank…" Lalu ia kecup singkat bibir Andrea.      

Andrea jatuhkan wajahnya ke dada Dante kembali dan terisak lirih. Ia tidak bersedih, melainkan sebaliknya. Seakan semua mimpi yang pernah dia rajut bersama Dante, kini mulai terhampar di depan mata sekali lagi.      

"Kenapa kau tidak lekas kembali ke Andrea begitu kau terhindar dari bom?" Myren menanya.      

"Aku memulihkan diriku dulu selama beberapa bulan di sana." Dante menyahut.      

"Bulan?" Myren dan yang lainnya berseru.      

"Kau sudah bertahun-tahun pergi tanpa kabar, Dan!" Shelly tak kuasa menahan suaranya.      

"Ahh, aku lupa kalau perbandingan waktu di dunia ini dan Avalonia berbeda lumayan jauh." Dante teringat akan hal itu.      

"Tunggu dulu," seling Andrea. "Tadi kamu bilang… mulihin diri dulu di sono? Emang kamu kenapa ampe harus mulihin diri?"      

Dante menatap sejenak istrinya. "Sebelum bom diledakkan, pelakunya sempat melemparkan jarum beracun ke aku, sayank. Mungkin dia ingin aku tidak bisa bergerak atau lunglai sembari dia melempar bom. Tapi, tak disangka-sangka… Erefim muncul dan mengejutkan dia, dan lekas membuka portal untuk melempar aku ke Avalonia dan bom meledak. Aku masih sempat mendengar sedikit bunyinya di belakangku ketika aku masuk ke portal ruang."      

"Jadi… maksudmu… abu yang ada di selmu di Nirwana… itu sebenarnya adalah milik Erefim?" Myren picingkan mata, curiga.      

"Ya, benar. Itu pasti milik Erefim. Hghh… dia… dia begitu setia hingga akhir hayatnya. Erefim…" Dante tertunduk sedih mengingat asisten kepercayaan dia selama ini.      

"Apa dia yang sering bareng ama kamu itu, Dan?" tanya Nyonya Cambion pada suami pertamanya.     

"Benar, sayank. Dia yang biasa bersamaku di dunia manusia, yang sering mencegah aku jika aku akan meladeni Kenzo yang menjagamu." Dante tersenyum kecut mengingat hal tersebut.      

Erefim memang sudah menyertai dia semenjak dia kecil. Asisten Tuan Nephilim tak pernah henti memperingatkan Dante jika sang majikan akan mengeluarkan kekuatan besarnya di saat bertarung dengan Kenzo dulunya.      

"Kita bisa buatkan tugu untuk mengenang Erefim di mansion ini." King Zardakh kembali berbicara.      

"Tidak, tidak usah, Ayah Mertua. Jangan repot-repot mengenai itu." Dante menolak. "Meski dia sangat berjasa padaku, namun tak perlu dirikan tugu untuknya. Cukup… dia aku kenang dalam benakku saja."      

"Ohh, baiklah kalau kau ingin begitu." King Zardakh mengangkat bahunya secara santai.      

"Apakah… apakah para Tetua Nirwana akan mengejarmu jika mereka tau kamu masih hidup, Dan?" Andrea menatap suami pertamanya dengan pandangan sayu. Ia sangat tidak berharap dirinya dipisahkan lagi dari Dante.      

"Kalau mereka ingin membuat masalah pada menantuku, maka sama saja mereka ingin membuat masalah padaku!" King Zardakh menggelegarkan suaranya hingga menggema di ruangan luas tersebut.      

"Tsk, tumben kau bersikap ksatria begitu." Myren mencibir pada ayahnya.      

"Ayolah, putriku sayank… ayah kalian ini tidak seburuk yang kalian pikirkan selama ini…" erang King Zardakh dengan nada putus asa. "Ayah juga takkan berdiam diri saja jika anak-anak tercintaku diusik."     

"Sekarang… bagaimana dengan Andrea, Dante, dan Giorge?" tanya Shelly kemudian, membuat semua orang terdiam.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.