Devil's Fruit (21+)

Liburan Keroyokan



Liburan Keroyokan

0Fruit 499: Liburan Keroyokan      

Pelayan juga membimbing Kenzo dan Shelly ke kamar mereka berdua. Memang tidak seluas kamar Andrea karena bukan kamar utama. Tapi tetap saja bisa dikatakan nyaman dengan pemandangan hamparan salju dan Gunung Yotei di kejauhan sana.     

"Silahkan..."     

Shelly langsung duduk di tepi ranjang, kemudian Pelayan pamit undur diri.     

Kenzo masuk ke kamar mandi. Sedangkan koper-koper mereka sudah dibawa masuk oleh para pelayan.     

Shelly kagum karena para pelayan di Vila ini sungguh hebat kerjanya. Mereka bisa mengenali siapa-siapa saja tamu yang datang. Dan sigap membawakan koper ke kamar sebelum tamu masuk.     

Apakah King Zardakh memberikan foto-foto Andrea cs. kepada para pelayan sehingga mereka tidak salah sapa? Hebat.     

Saat Kenzo keluar dari kamar mandi, ia mengikuti istrinya ke ranjang dan rebahkan tubuh di sana. "Dingin?"     

Shelly menggeleng. "Nggak begitu, sih. Mungkin karena belum malam." Ia berikan senyum terbaiknya ke sang suami yang lekat menatap. "Ken, apakah para pelayan tadi semuanya Iblis?"     

Kenzo menggeleng. "Hanya yang membawa koper saja. Dua yang menyambut kita di depan, mereka manusia asli."     

"Jadi... Dua Iblis dan dua manusia, yah?" Shelly merenung.     

"Iya. Kemarilah..." Kenzo menarik tubuh istrinya agar makin dekat dengannya.     

"Ih, Kenzo apaan, sih?" Shelly mencubit lembut punggung tangan suaminya. "Ini kan masih sore." Pipi Shelly merona. Suaminya seakan tak ada habisnya dalam hal gairah.     

"Salah siapa istriku ini cantik sekali?" Kenzo berdalih dan mulai menggerayangi tubuh sintal Shelly.     

"Kenzo ih~ nanti, ah~" tolak Shelly secara halus. Suara semerdu simfoni mengalun. "Nanti kalau Gavin masuk, gimana? Atau Ndrea masuk mo tanya sesuatu?"     

Kenzo terkekeh. Kadang Shelly masih saja bersikap malu-malu saban Kenzo menginginkan keintiman. Tapi memang itu daya tarik Shelly yang susah dilupakan Kenzo.     

Kenzo mengakui awalnya dia tidak terpikat pada Shelly, justru ke Andrea. Namun, setelah menyadari bahwa Andrea takkan berpaling dari Dante saat itu, Kenzo cukup tau diri. Apalagi dia hanya berstatus pengawal Andrea.     

Maka, ia tak menampik lagi pesona Shelly yang perlahan menyusup masuk ke benaknya dan bertahan hingga kini.     

Sejak bersama Shelly, Kenzo tidak lagi membutuhkan wanita manapun selain sang istri. Ia benar-benar menjelma menjadi suami setia, tidak mencerminkan tabiat Incubus sama sekali.     

Bagi Kenzo, Shelly tak pernah berhenti memberikan daya pesona yang memabukkan untuk dia reguk terus dan terus tanpa henti.     

"Istriku..." panggil Kenzo dengan suara mesra ketika ia memeluk Shelly. "Tempat ini sepertinya cocok untuk berkembang biak."     

Shelly seketika menoleh ke suaminya dan mencubit agak keras pinggang Kenzo hingga lelaki Incubus itu mengaduh pelan. "Apaan, sih, Kenzo..."     

"Hahaha... Tuh, pipi kamu langsung merah gitu. Tandanya kamu mau, iya kan?" goda Kenzo sambil elus pipi Shelly.     

Istrinya segera menunduk malu. "Ini... Merah karena dingin, kok..."     

"Ya sudah, sini aku beri kehangatan biar istriku ini nggak kedinginan dan memerah. Haha..."     

"Ken!" Shelly memekik ketika suaminya langsung saja mengurung tubuh dia lalu berikan cumbuan demi cumbuan memabukkan hingga kesadaran Shelly mulai lenyap perlahan-lahan akibat buaian Kenzo yang ahli.     

Dengan sekali lambaian, pintu sudah terkunci oleh kekuatan Kenzo.     

Tak lama, desahan tertahan menguar dari Shelly ketika suaminya terus menjelajah ke segenap lekuk tubuhnya seraya ia mengejang akibat terjangan badai libido yang bangkit bagai tsunami.     

Dua pahanya melebar jauh ketika tangan sang suami menyentuh daerah paling peka miliknya usai Kenzo membebaskan kakinya dari celana dalam.     

Usapan lembut tangan Kenzo pada benda mungil itu membuat Shelly kian mengejang nikmat. Dua tangan wanita muda itu meremas seprei yang masih baru dan rapi, menjadikannya kusut seketika. Namun, Shelly tak peduli.     

Terlebih tatkala benda itu disesap mulut nakal Kenzo sekaligus lidahnya berputar-putar bermain di sana, Shelly merasakan dunia turut berputar pula. Hanya dalam waktu singkat, Shelly menyerah, memberikan cairan nikmatnya untuk diteguk Kenzo.     

Cairan itu sungguh nikmat bagi Kenzo sebagai seorang Incubus. Cairan Shelly mampu dijadikan daya energi untuk Kenzo.     

Meski begitu, Kenzo tau batasnya untuk tidak membahayakan Shelly dengan apa yang ia perbuat.     

Tak lama, erangan Shelly kian membumbung di udara saat liang hangatnya diterobos benda panjang berurat milik suaminya.     

"Haaangh... Keeenn..." Shelly tatap nanar sang suami di atasnya.     

Kenzo menjawab dengan hentakan membuai pada liang tersebut, mengakibatkan Shelly bagai melayang ke langit tertinggi.     

Makin lama, hentakan itu menghujam tegas, membuat tubuh Shelly terguncang-guncang sebelum akhirnya Kenzo pun menyerah memberikan benih cairnya ke dalam rahim Shelly.     

"Nanti malam lagi, yah!" bisik Kenzo sebelum mencabut batang jantan miliknya. Shelly merona parah dan palingkan wajah ke samping.     

--------      

Malam menjelang. Suasana sungguh damai dikelilingi salju dan pohon-pohon tinggi menjulang.      

Pelayan telah menghidangkan makan malam di sebuah ruangan khusus untuk bersantap.      

Ruang makan itu menyatu dengan ruang keluarga dan sebuah mini-bar di dekatnya. Ada meja panjang dengan enam kursi berbaris dua lajur berhadapan, dan dua kursi lainnya ada di kepala meja masing-masing.     

Sebenarnya ada ruang makan lainnya di Vila ini, dan bergaya ala Jepang tradisional. Memakai tatami, lengkap dengan meja pendek dan kursi tanpa kaki.     

Namun, kali ini mereka ingin makan di ruang makan terbuka itu saja.     

Suasana sungguh semarak dengan celotehan Gavin dan Jovano, sementara para orang tua berbincang sembari menyantap makanan mereka. Perapian dinyalakan karena ini sudah malam, dingin telah merambat ke tulang.     

Shelly pun sejak keluar kamar sudah memakai pakaian tebal. Hokkaido benar-benar daerah dingin!     

Ketika mereka usai santap malam dan duduk berkerumun di ruang keluarga yang hangat, tiba-tiba bel berbunyi.     

Pelayan segera membukakan pintu. Tak lama, pelayan mendatangi Andrea yang sedang duduk bersantai di sebelah Giorge. "Permisi, Nyonya Andrea, ada tamu untuk kalian semua."     

"Tamu?" Andrea hentikan obrolannya dengan Shelly dan tatap si pelayan. "Siapa?"     

"Aku!" Sebuah suara menerjang masuk, berikut pula dengan dirinya.     

"Heh? Ngapain lu dimari, Mpok?!" Andrea menatap takjub akan kehadiran Revka.     

Tak berapa lama, muncul Pangeran Djanh yang menggendong Shona yang bagai boneka blonde. Sedangkan sang kakak berjalan penuh kebanggaan di sebelah ayahnya.     

"Dih! Kita ini udah dari kemarin-kemarin di Hokkaido!" Revka seperti biasa, berbicara lantang penuh dominasi. Ia langsung saja mendaratkan pantat ke sofa di sisi Andrea. "Haus, nih! Ada wine?" Ia menatap ke pelayan terdekat.     

"Segera, Nyonya." Pelayan membungkuk lalu pergi.     

Andrea putar bola matanya. "Perasaan gue deh tuan rumahnya. Napa elu yang bossy ke pelayan gue?"     

"Halah, jangan baper! Pelit amat, sih? Cuma wine ini." Revka kibaskan tangan tak peduli pada Andrea.      

Yang lainnya cuma bisa terkikik geli karena sepertinya akan dimulai kembali adegan keributan antara dua ras tersebut.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.