Devil's Fruit (21+)

Akhir Menuju Awal



Akhir Menuju Awal

0Fruit 405: Akhir Menuju Awal     

Andrea duduk termenung di balkon kamarnya. Jovano tenang di pangkuan. Bayi tampan itu kini sudah bisa duduk, meski masih harus dijagai.     

"Ndre..."     

Andrea menoleh ke suara yang menyapa. "Ya, Shel?"     

"Makan, gih!" Shelly mengambil Jovano untuk digendong. "Ouwgh... Dedek Jo sekarang makin berat aja nih." Kemudian Shelly sudah asik mengajak ngobrol dengan Jovano meski dengan bahasa antah berantah. Toh sang bayi bisa tergelak geli.     

"Iya, nanti aja." Andrea senyum sebentar, lalu kembali tatap ke jauh sana.     

"Dedek Jo udah hampir setahun yah? Waahh~ bentar lagi ada yang ultah nih!" Shelly mengangkat tubuh Jovano sehingga bocah itu tertawa lucu. Shelly ikut tertawa.     

"Woeehhh, jangan sering angkat dia, ntar kandunganmu bermasalah, loh!" Andrea mengingatkan.     

Shelly senyum simpul. "Abisnya~ gemes ama Dedek Jo." Si bocah pun diturunkan dan kembali digendong biasa.     

"Puteri, makanan sudah siap dari tadi. Tolong Tuan Puteri makan." Sekarang ada Kenzo muncul di dekat mereka.     

"Nih loh, Ken... bini lu, kemaren udah sempet masalah ama perutnya, ini nekat angkat anak gue. Kasi tau, gih!" Andrea tuding Shelly, alih-alih menghindari topik soal makan.     

"Iya, nanti saya tegur dia, Puteri. Yang penting sekarang Puteri makan dulu." Kenzo paham anak majikannya ingin alihkan pembicaraan.     

"Tck!" Wanita Cambion itu pun berdecih kesal, tak berhasil mengelabui pengawalnya. "Iya, deh~ iya~ gue makan, deh... biar kalian hepi." Andrea akhirnya bangkit dari duduknya dan bersiap menuju ruang makan.     

"Jangan melewatkan jam makan, Puteri. Ingat pesan Tuan Dante, ia tak mau Puteri dan Jovano sakit." Kenzo lega karena Andrea mau beranjak dari balkon.     

Mendengar tutur Kenzo, Andrea berhenti seketika, teringat akan suaminya yang amat jauh di atas sana, terbelenggu. Ia menggigit bibirnya.     

Dante... Andrea segera membayangkan suaminya malang. Ia bertanya-tanya, sedang apa sang suami di penjara Nirwana sana? Sudahkah suaminya makan? Apakah dia makan teratur? Apakah makanan di penjara Nirwana layak? Apakah dia dipukuli di sana? Apakah dia tersiksa?     

Andrea terus saja memikirkan Dante hingga tak sadar dia sudah melamun terdiam beberapa belas detik lamanya.     

Shelly langsung saja menyodok pinggang suaminya. "Gak usah diingatkan yang itu!" Ia setengah berbisik seraya mendelik ke Kenzo yang meringis.     

"Gakpapa, Shel. Toh emang itu kenyataan, ya kan?" Andrea memaksakan diri tersenyum. "Thanks, Zo elu udah ingetin gue soal pesan dari Dante."     

"Maaf, Puteri." Sang Panglima buru-buru menunduk hormat.     

"Gakpapa, lagi! Dibilangin gakpapa, kok! Ayok makan, dah! Laper juga, nih!" Istri Dante berjalan ke ruang makan. "Bokap edan gue belum ke sini?"     

Kenzo dan Shelly mengekor di belakang Andrea. "Belum, Puteri. Paduka bilang dia sedang banyak urusan di Underworld. Tapi Paduka pasti akan datang di hari ulang tahun Tuan Muda Jovano."     

"Ahh~ yodah kalo gitu," sahut Andrea.     

Mereka bertiga sudah tidak di Underworld lagi. Andrea bersikeras ingin tinggal di dunia manusia saja seperti dulu. Meski Zardakh keberatan, tapi keras kepala anaknya susah dibendung. Persis ibunya.     

Namun, Andrea tak mau tinggal di rumah Opa. Dia masih trauma jika mengingat rumah itu adalah tempat pembunuhan keji Oma dan Opa. Andrea belum bisa menghapus bayang-bayang pembunuhan itu meski dia tidak menyaksikan langsung.     

Ia lebih memilih tinggal di negara lain, di tempat yang tidak terlalu ramai. Kenzo dan Shelly terus ingin menyertai dia, dan itu disetujui Zardakh.     

Dengan 'bantuan' Zardakh, ketiganya mendapatkan rumah yang nyaman dan tabungan gemuk pula, terutama milik Andrea. Walau awalnya Andrea menolak, namun ia sadar dia memang membutuhkan banyak biaya untuk memulai hidup baru di negeri rantau.     

Ada beberapa hal yang mengejutkan bagi mereka.     

Ternyata kekuatan Andrea tidak sepenuhnya hilang. Dia masih bisa menaklukkan makhluk apapun dengan senyuman maut. Masih bisa gerakkan benda dengan pikiran dan kibasan tangan, meski itu hanya keluar dalam kondisi tertentu saja. Tapi, untungnya ability pheromones ajaib dia tidak muncul lagi, sehingga dia akan aman-aman saja.     

Karena Andrea ingin hidup santai, dia memilih di tempat lumayan terpencil. Sebut saja seperti Yukon atau Alaska. Seperti itu lah. Di mana pemukiman masih tergolong belum padat, dan masih banyak hamparan bukit dan gunung serta lembah cantik di sekelilingnya.     

Tadinya para Soth dan Roxth bergantian datang untuk membantu memasak atau bersih-bersih. Tapi Andrea akhirnya menolak mereka dan ingin menangani semua pekerjaan rumah.     

"Zo, kuda udah dikasi makan?"     

"Sudah, Puteri."     

"Sapi dan Alpaca jangan lupa bersihkan kandangnya."     

"Tentu, Tuan Puteri."     

Andrea sudah duduk menghadap makanan buatan Shelly. Semur jengkol, kesukaan Andrea. Dia sedang ingin makan itu, makanya Kenzo melesat ke negara asal Andrea untuk mengambil dua kilo jengkol sebagai persediaan.     

"Enak, gak?" Shelly memangku Jovano yang asik mengunyah biskuit bayi.     

Andrea mengangguk-angguk. "Mayan, walo asin banget ini. Hahaha! Kamu tuh, kan udah kesampaian merit ama Kencrut, kok masih aja asin mulu masakanmu? Pengen nambah bojo?"     

"Iihh, Andrea!" Shelly gembungkan pipi, memasang tampang sebal. "Ya enggak, lah! Aku~ aku kan masih newbie banget urusan masak. Tau gitu mendingan Soth aja yang masak kayak kemarin."     

"Heleh, gitu aja baper. Hahaha!" Andrea masukkan sesendok penuh nasi semur jengkol ke mulut. "Tavi ennyak, kok! Sumvahh!"     

"Kunyah, telan dulu, Ndre! Jangan ngajarin hal jelek di depan Dedek Jo, dong!" Shelly mengingatkan. Andrea tertawa.     

Kehidupan ala country mereka terasa damai dan nyaman. Mereka punya lahan peternakan luas di sana. Dan Andrea berencana untuk membuka klinik hewan, sebagai penyaluran bakat. Pfftt! Anggap saja demikian.     

Toh, dia yakin dengan kemampuan menaklukkan hewan apapun, ia bisa menghasilkan uang dari ability tersebut.     

Pagi hingga siang, Andrea sibuk di peternakan bersama Kenzo. Shelly mengasuh Jovano. Dan menjelang sore, Andrea habiskan waktu dengan anaknya sampai pagi lagi.     

-0-0-0-0-     

Hari istimewa itu pun tiba. Ulang tahun Jovano. Mereka sudah menyiapkan kue tart sederhana bikinan Andrea dan Shelly ala kadarnya. Jangan bandingkan dengan buatan Christina Tosi, salah satu juri di acara Master Chef US. Terlalu jauh.     

Ini hanya perayaan bertiga saja tanpa mengundang tetangga, karena jarak antar rumah tergolong jauh.     

Andrea tidak berekspektasi tinggi, seperti datangnya sang ayah, karena ia tau Zardakh sibuk. Terlebih~ hari kelahiran Jovano juga merupakan hari berkabung bagi mereka. Paham, kan?     

Oleh karena itu Andrea akan memaklumi jika ayahnya tidak berminat datang.     

Pagi ini Andrea tidak ke lahan. Dia sengaja menikmati hari spesial sang putra.     

"Hayok tiup lilin, yok!" Andrea sudah dudukkan putranya ke kursi kecil khusus bayi. Kue sudah dihias sebatang lilin berwarna merah dengan uliran putih.     

"Tentu kau tak melupakan ayahmu, kan?" Sebuah suara muncul dan juga si empunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.