Devil's Fruit (21+)

Sentuh Aku di Sana (21+)



Sentuh Aku di Sana (21+)

0Fruit 514: Sentuh Aku di Sana (21+)     

"Hnghh…" Hanya itu sahutan dari Andrea ketika suaminya membisik lirih di dekat telinganya sembari tangan Tuan Nephilim kian memberikan remasan seduktif di pantatnya.      

"Apa kau juga kangen aku, sayank?" Dante masih saja berbisik sambil menatap lekat wajah memerah istrinya yang tampak menggemaskan.      

"D-Dante..." Andrea mendesah lirih ketika tangan suami pertamanya justru terus berkeliaran di berbagai penjuru area sensitif dari tubuhnya. Apa daya Andrea jika dia sudah kian distimulasi di titik-titik bahayanya?     

"Kenapa, Andrea? Apa kau tak suka aku menyentuh di sini?" tanya Dante sembari jarinya sudah merambah ke area selatan sang istri, membelai sesuatu di bawah sana. "Kau masih saja mesum seperti biasanya, sayank... basah~" bisiknya nakal.      

"Dan~ hnghh~ ernghh... akuuuhh... aku gakkhh... mes-suummhh... anghh!" Andrea terpekik.     

Sreett!      

Dante menghadapkan tubuh istrinya sehingga membelakangi dia, dan tangannya makin menggila di selatan Nyonya Cambion.      

"Daannnhh~ haaanghh..." Nyonya Cambion menutup matanya sembari terus rasakan sensasi yang dihasilkan oleh geliat jemari suaminya. Suaranya kian memenuhi ruang pribadi itu tatkala jemari sang suami berlabuh di area paling peka miliknya.      

"Ayo, sayank... katakan kamu kangen aku... katakan kamu... ingin kusentuh, semuanya!" Dante memberikan penegasan pada kata terakhir.      

Andrea menoleh ke belakang disertai pandangan sayu. "Iyaahh... iyaaahh Daannhh~ akuuhh... ngaahh... akuuhh kangen... kangen kamu sentuuhhh~ hhaaanghh... plis, Daaannhh..."     

"Plis apa, Andrea? Bicara yang jelas dan komplit." Dante terus tatap sang istri seraya jarinya masih menggila mengusap-usap benda istimewa Andrea yang tersembunyi di antara lekukan labia mayora.      

Jika ini adalah Andrea beberapa tahun silam, mungkin dia takkan sudi jika harus berbicara apa adanya sesuai dengan kata hati. Namun, ini adalah Andrea kini, Andrea yang telah melalui kepahitan berpisah lama dari sang suami, kepahitan kehilangan suami tercinta.      

Mana bisa dia mempertahankan ego dan segala bentuk keras kepalanya?     

"Hngghh~ Danteeee~ sentuh akuuhh... sentuh aku teruusss... iyaahh... di sanaahh... hnghh... itu enak... enaakkk, Daaannhh..." erang Andrea sambil ia rebahkan kepalanya pada dada sang Nephilim. Matanya kembali terpejam.      

Tak mau pasif, Andrea pun julurkan tangan ke belakang, merayap di selangkangan Dante dan meraih gundukan milik Tuan Nephilim yang mulai mengeras.      

"Hee? Kau sudah bisa belajar binal begitu, sayank?" goda Dante. "Siapa yang mengajarimu? Apakah si-"      

"Ssstt~" potong Andrea cepat-cepat sebelum suaminya bisa melengkapi kalimat. "Jangan bicarakan orang lain selain kau dan aku aja, ngerti?" Gemas, Andrea meremas gundukan keras di balik celana bermuda sang suami.      

Dante antara meringis dan merasa darahnya berdesir ketika istrinya meremas di bagian terpenting dia. "Baiklah... maaf..."      

Kali ini, Andrea sudah berbuat hal yang sangat tepat. Lebih baik mereka tidak perlu membicarakan siapapun yang bisa menurunkan mood mereka sendiri. Andrea tau persis Dante masih belum menerima mengenai Tuan Vampir dan pernikahan mereka.      

Tapi, mau bagaimana lagi? Semua sudah terlanjur terjadi, waktu tak bisa diputar ulang, meski mungkin ada iblis yang bisa memutar balikkan waktu. Hanya... konon itu sangat langka dan konsekuensinya terlalu berat dan besar.      

Maka, yang bisa dilakukan Andrea dan Dante hanyalah menerima apa yang sudah ada dan menjalaninya dengan sebaik-baiknya.      

"Haanghh... umrrcchh... mcchh..." Andrea tolehkan kepala agar dia bisa bercumbu lembut dengan suaminya, suami yang tak pernah berhenti dia rindukan tiap saat.      

Sembari bercumbu, tangan Andrea mulai masuk ke celana Dante dan meremas-remas benda tegang di sana.      

"Rmmnhh... mmcchhh... hrrnghh..." Dante tak bisa menyembunyikan erangannya ketika sang pusaka terus saja dimanjakan tangan Andrea. Pinggulnya tanpa dia sadari sudah bergerak-gerak.      

Tak begitu lama kemudian, Andrea menghentikan semua kegiatan nakalnya dan berbalik seraya sedikit menjauh dari Dante.      

Tuan Nephilim terdiam sembari menunggu apa yang ingin diperbuat istri tercinta. Tangannya terulur ketika tangan Andrea menjulur padanya.      

Andrea membawa sang suami ke peraduan, menghempaskan tubuh Tuan Nephilim di atas tempat tidur besar yang nyaman di sana.      

Dante mempersilahkan Andrea melakukan apapun yang dimau. Dia ingin tau, seperti apa sang istri jika diberi kebebasan menuangkan hasratnya?      

Nyonya Cambion merenggut lepas celana suaminya hingga akhirnya Dante tidak dilekati kain apapun di tubuh atletis yang masih seperti dulu.      

"Arrnghh!" Dante tak berhasil menahan seruannya ketika mulut Andrea sudah mengurung batang pusaka kebanggaan dia. "Hrrghh... sayank... orrghh... enak, eennaakkk sekali, Andrea sayank..."      

Jarang-jarang Dante mendapati perlakuan demikian dari Andrea. Biasanya sang istri lebih pasif dan sebagai pihak penerima saja apapun aksi Dante. Namun, kini... Andrea ternyata bisa lebih agresif.      

Ini melemparkan memori Dante pada kebersamaan hari-hari mereka berdua tatkala sedang berada di alam ciptaan Pangeran Djanh, meski pun itu hanya terjadi di mimpi saja. Ke-agresifan dari Andrea.      

Memang, dulu di mimpi... Andrea banyak melakukan hal-hal agresif yang menggairahkan Dante. Hanya di alam mimpi, Andrea bisa berubah jadi iblis binal yang mempesona hasrat Dante.      

Kini... Andrea bisa menjadikan mimpi bagaikan kenyataan.      

"Slrrphh... mrrghh... mmrrffhh..." Mulut Andrea sibuk memanjakan batang pusaka sang suami tanpa ada sedikit pun keraguan atau malu. Dia sudah menepis itu semua semenjak dia menyadari bahwa dirinya harus bisa jujur akan apa yang dia rasakan.      

"Orrghh... sayaaank... hmmrrhh..." Dante melempar kepalanya ke belakang sesaat sembari pejamkan mata. Lidah istrinya terlalu binal ketika menggeliat ganas di kepala sang pusaka. Itu adalah titik kelemahan Dante.      

Greepp!     

Dua telapak tangan besar Dante merangkum kepala istrinya dan menggerakkan agar mulut Andrea bisa bertingkah bagaikan lubang pemuas sang pusaka.      

Andrea tidak menolak. Dia patuh bertindak bagaikan Succubus binal hanya untuk Dante, saat ini. Ia kerahkan semua pengetahuan mengenai cara memuaskan pria melalui oral, menggunakan jurus-jurus untuk felatio.      

Batang pusaka Dante kian membengkak kuat dan tegang secara tegas memenuhi mulut Andrea. Sesekali sang Cambion nyaris tersedak akibat besar dan panjangnya benda kebanggaan suaminya.      

Sreepphh!     

Dante lekas saja menarik pinggulnya sehingga batang pusaka kebanggaan dia terlepas dari kungkungan mulut Nyonya Cambion. "Haahh... aaghhh... kau... kaauuhh... hebat, Andrea sayank... aaghh..."      

Napas Tuan Nephilim tersengal-sengal setelah sebelumnya dia sibuk mengerang dan mendesah akibat ulah mulut nakal sang istri.      

Kini, Dante ingin membalas kebaikan dari istrinya. Ia bersiap akan membalikkan posisi keduanya ketika tiba-tiba saja Andrea sudah lebih dahulu bergerak merayap naik di atas tubuh Dante.      

"Sayank?" Dante tertegun beberapa saat ketika tubuh sang istri sudah berada di atas selangkangan dia dan mempersiapkan diri.      

Andrea tidak menjawab kalimat pertanyaan Dante dan justru sibuk menyibakkan helai celana dalam dia karena dia memakai rok pendek.      

Setelah kain itu berhasil ia sibak, Andrea mulai menurunkan pinggulnya sembari satu tangannya menggenggam batang besar milik Tuan Nephilim.      

"E-eerrnngghhh..." Andrea benamkan batang tegang milik Dante dalam-dalam ke lubang nikmatnya. Liang itu segera melahap serta mendekap sang batang pusaka.      

"Orrrgggghhhh... Andreaaaaa..." Dante ikut menimpali suara istrinya dengan erangan pula ketika liang ketat Andrea menenggelamkan pusaka dia.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.