Devil's Fruit (21+)

Rencana Bisnis



Rencana Bisnis

0Fruit 544: Rencana Bisnis     

"Ba-Babeh kapan di sini?!" Ujung-ujung mata Andrea sampai berkedut saking menahan keki. Bahkan Dante dan Tuan Vampir pun heran karena mereka tidak bisa merasakan aura dari ayah sang Cambion.      

Apakah kekuatan King Zardakh begitu hebatnya?      

"Hm... Ayah sudah duduk di sini semenjak kau dua menantu Ayah menghilangkan pakaiannya dengan bantuan Dante." King Zardakh masih asik dengan majalah di tangannya. Sama sekali tidak menoleh ke sang putri.      

"Itu... itu bisa dibilang... kita di ronde awal, ya kan Dan?" tanya Tuan Vampir secara lugas.      

Tuan Nephilim mengangguk. "Benar. Sepertinya itu babak awal permainan kita. Berarti... Ayah sudah lama di sini."      

"Krrgghh..." Andrea menggertakkan gerahamnya menahan amarah. "Kenapa kagak manggil kalo emang udah nyampe sini dari tadi, heh? Babeh sompret?!" Padahal dia tadi bersuara keras, melenguh dengan nada maksimum. Dan itu didengar ayahnya? Oh tidak... mana ada seorang anak yang tenang-tenang saja ketika ayah mereka mendengar suara intim mereka bersama pasangan?      

"Yeaahh... Ayah kan tidak mungkin setega itu mengganggu keasikan kalian bertiga." King Zardakh menjawab santai sambil angkat paha kiri dan topangkan ke paha kanan lalu membalik halaman majalah. "Kalau Ayah bersuara, kalian pasti akan terhenti dan kau akan merasa kesal karena itu, Nak. Ayah paham rasanya jika harus berhenti mendadak."      

Saat ini Andrea sangat berharap kekuatannya kembali dan dia bisa... setidaknya melemparkan meja besar Giorge ke sang ayah untuk melampiaskan kekesalannya.      

Dante sudah memeluk Andrea, berusaha menenangkan istrinya yang mudah panas kepala.      

Sedangkan Tuan Vampir, dia maju mendekat ke ayah mertuanya untuk bertanya, "Ayah Mertua pasti ada urusan penting jika sampai datang ke ruanganku. Ada apa, Yah?"      

Setelah mendengar ucapan menantu Vampirnya, barulah King Zardakh tengadahkan pandangannya untuk menatap Giorge. "Ada beberapa teman Ayah dari Underworld yang ingin membeli mansion di Jepang. Ayah sudah merekomendasikan kamu pada mereka."      

"Kenapa Babeh kagak ladeni sendiri tuh mereka?" Andrea sudah cukup tenang sekarang dan lipat dua lengan di depan dada membusungnya.      

King Zardakh mendecak remeh ke putrinya. "Ckckck... Putriku sayank... jika Ayah yang meladeni mereka, maka Ayah takkan memiliki kesempatan untuk memamerkan menantu Ayah." Senyum penuh arti sudah mengembang sempurna di wajah tampan King Zardakh.      

"Dasar tukang pamer!" ketus Andrea sambil menatap tajam ke sang ayah.      

"Tapi, Gio..." King Zardakh masih ingin menambahkan. "Mereka ini sekelompok kantung lapuk yang kuno. Mungkin mereka akan sedikit susah ditangani. Kau bisa bertahan, kan?"      

Tuan Vampir mengangguk mantap. "Ya, Ayah Mertua, serahkan saja itu padaku. Aku akan membuat mereka bertekuk lutut pada kekuasaan kita sehingga mereka tidak akan bisa meremehkan kita, Yah!"      

"Bagus..." King Zardakh mengangguk-angguk lega. Urusan bisnis begini memang paling bisa mengandalkan Giorge yang sudah lama mengetahui seluk beluk tentang properti.      

King Zardakh sudah mempelajari asal usul Giorge. Dulunya, Tuan Vampir merupakan seorang tuan tanah di daerah pedalaman Britania Raya. Itu sekitar beberapa ratus tahun silam. Bahkan Giorge berstatus Duke saat itu dan memiliki tanah yang sangat luas.      

Maka, tidak salah jika Tuan Raja Zardakh menyerahkan bisnis tanah kepada sang menantu yang sudah terbiasa berurusan dengan itu beratus tahun silam.      

Kemudian, Baginda Raja Zardakh menoleh ke Dante yang berdiri bersama Andrea. "Dante, Ayah bermaksud ingin membangunkan sebuah restoran untukmu. Apa kau bersedia mengelolanya? Kulihat kafe kalian akhir-akhir ini menjadi sebuah tren di Tokyo. Bahkan sampai keluar Tokyo. Bagaimana menurutmu?"      

Dante terdiam sejenak memikirkan kalimat penawaran dari ayah mertuanya. Restoran. Si ayah mertua hendak memberikan sebuah restoran untuk dia kelola. "Lalu... bagaimana dengan Kafe Tropiza?"      

"Itu biar dikelola Kenzo saja. Sepertinya dia sudah mulai mahir berbisnis," sahut King Zardakh.      

"Hn..." Dante mempertimbangkan berbagai hal. "Sepertinya aku tetap kelola Tropiza saja, Yah. Justru aku ingin membangun Tropiza menjadi lebih luas lagi, atau... membuka cabang."      

"Tidak, tidak, tidak..." King Zardakh goyang-goyangkan telunjuknya menanggapi ucapan sang menantu. "Kafe itu menjadi hits dan terkenal karena ada kau dan Kenzo. Jika itu membuka cabang, siapa yang akan menunggui di sana? Kalau bukan kau, maka takkan selaris yang sudah ada. Percayalah."      

"Bagaimana kalo Tropiza yang di Izumi Garden biar aku ama Dante aja yang ngelola?" Andrea ikut bicara. "Lalu, kita bisa buka cabang di tempat lain dan ntar bebeb Shelly ma Kenzo yang kelola. Gimana?"      

King Zardakh menghela napas panjang. "Nak... apa kau lupa apa resep Kafe Tropiza bisa terkenal? Karena Dante dan Kenzo. Kalau harus dicampur dengan kau dan Shelly, yang ada... pelanggan akan kecewa dan mulai malas datang."      

"Maksudnya?" Andrea menyipitkan mata.      

"Pengunjung taunya Dante dan Kenzo itu masih single! Alias belum punya pasangan. Kalau kau dan Shelly ikut di sana, yang ada mereka pun tau kalau kalian pasangan. Dan itu bisa mempengaruhi bisnis Dante." King Zardakh terpaksa membuka itu.      

Andrea bagai menghirup udara dingin. Dia merasa seolah-olah suaminya sedang dijual demi kesuksesan sebuah kafe. Tapi... kafe itu adalah milik dia sendiri, bukan?      

"Babeh labil! Bukannya kau yang nyuruh gue pamerin dua suami gue ke orang-orang?" gertak Andrea dengan pandangan sebal ke ayahnya.      

"Itu beda, putriku sayank." King Zardakh berikan senyum lebar yang bagi Andrea itu tampak sangat menyebalkan. "Kau hanya memamerkan di lingkungan kantor saja. Itu lingkup kecil. Ini Ayah minta, semata-mata agar tidak berkembang sebuah gosip yang tidak benar mengenaimu. Kalau para karyawan sudah mengetahui bahwa kau memiliki dua suami sah, maka mereka takkan banyak mengoceh lagi, bukan?"      

"Huh! Belum tentu!" Andrea naikkan dagu, menolak pemikiran ayahnya. "Namanya manusia itu gak akan berhenti menggosip selama napas belum lepas dari raga. Mereka walopun ngerti aku punya dua suami sah, pasti tetep aja bakalan ngomongin macem-macem tentang aku."      

King Zardakh angkat bahunya, santai, sambil menjawab, "Yah, kalo dah dikasi tau tapi tetap bergosip, yah itu bukan salahmu lagi. Yang penting kau sudah memberi mereka informasi. Mereka menerima dengan baik atau tidak, itu sudah bukan urusanmu lagi."      

"Jadi, Ayah... kapan teman-teman Ayah Mertua akan datang ke Jepang untuk bertemu denganku?" Giorge mengembalikan topik pembicaraan ke hal awal. "Aku bisa menyediakan sarana hotel untuk menyambut mereka."      

"Ah, kebetulan! Kakak iparmu baru saja membeli sebuah hotel dan sedang merenovasinya. Ini sudah berjalan sebulan lebih. Pasti sebentar lagi akan jadi." King Zardakh menepuk telapak tangannya menggunakan kepalan tangan.      

"Siapa, Beh? Kak Myren?" tanya Andrea penasaran.      

"Ronh."      

"Kak Ronh?"     

"Waahh... dia sekarang punya hotel! Kak Ronh hebat!"      

King Zardakh mengangguk puas. "Tadinya aku ingin memberikan modal padanya, tapi dia menolak dan mengatakan ingin menggunakan tabungan dia selama ini untuk membangun hotel miliknya sendiri."      

"Rasanya aku jadi terpacu ingin membangun Kafe Tropiza dengan uangku sendiri juga," gumam Dante.      

"Memangnya kamu punya tabungan, Dan?" tanya Andrea pada suami pertamanya.      

"Hn... masih aku kumpulkan dari hasil Tropiza selama aku bekerja di sana." Dante menatap polos ke Andrea.      

Andrea hanya bisa tersenyum canggung. "Anu... kalo gitu, masalah perluasan Tropiza... aku aja yang bangun. Lagian, itu kan emang kafe milik aku. Jadi, udah semestinya aku yang keluar duit kalo mo diperbesar."      

"Pindahkan saja Tropiza di depan jalan raya di kawasan pertokoan yang ramai, Nak!" usul King Zardakh.      

"Ke daerah mana, Beh?"     

"Ginza."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.