Devil's Fruit (21+)

Paket Kostum Cosplay



Paket Kostum Cosplay

0Fruit 547: Paket Kostum Cosplay     

Waktu sebulan itu ternyata terasa begitu singkat tanpa dirasa. Dan hari ini adalah persiapan untuk pesta ulang tahun Jovano yang ternyata sekalian dirayakan bersama dengan Gavin karena tanggal kelahiran mereka berdekatan.      

"Bentar, Mom. Aku sedang bicara dengan ol-shop luar," potong Jovano ketika ibunya menanyakan mengenai pesta. Sang putra sulung itu pun segera melanjutkan pembicaraan dia di telepon dengan pihak yang dikatakan sebagai online shop luar negeri.      

Andrea hanya bisa mengulum bibirnya dan cemberut. Benar saja, Jovano sudah menjauh sambil berbicara dalam bahasa Inggris fasih.      

"Kenapa, sayank?" tanya Dante ketika melihat istrinya tampak menahan diri dan hela napas.      

"Ini loh, Dan. Mo nanya ke Jo, butuh kursi taman berapa lagi? Aku mo buruan suruh tukang untuk ambil di gudang. Kalo kurang juga bisa langsung aku cari di toko." Andrea menatap suami pertamanya.      

Dante mengangguk-angguk paham. "Aku yakin Jo maunya kursi taman itu ditata di sudut-sudut saja, bukan seperti penataan ruang kelas. Paham, kan? Dia ingin suasana pesta yang sealami mungkin seperti ala kerajaan."      

Kemudian, Tuan Nephilim pun mulai menjelaskan detilnya ke sang istri yang menyimak.      

"Ndrea, makan intinya jadinya apa, nih?" Shelly datang bergabung dengan Andrea dan Dante yang sedang berdiri di dekat balkon ruang tengah.      

"Tetap aja seperti rencana kemarin, beb. Soto tauto daging, rendang, dan ayam kremes tulang lunak." Andrea menjawab.      

"Oke." Shelly pun berlalu untuk menyiapkan yang disebutkan Andrea tadi.      

Jovano memang ingin makanan di pestanya ini mengambil kuliner dari Indonesia, karena itu adalah kesukaan ibunya yang asli berasal dari Indonesia. Sedangkan untuk makanan ringan dan pendamping lainnya, Jovano menetapkan beberapa menu dari Kafe Tropiza.      

Para chef sudah mulai sibuk di dapur sejak jam 7 pagi. Mereka jumlahnya ada 10 orang dan dari Indonesia semua agar citarasa makanan Indonesia tetap terjaga. 5 chef bertugas mengurusi hidangan berat, dan 5 chef sisanya menangani makanan ringan.      

Sedangkan untuk minuman, Shelly yang menangani bersama dengan 3 asisten dari Tropiza.      

Untuk hari ini, Kafe Tropiza ditutup sehari penuh karena para chef dan pelayannya bekerja di mansion Andrea untuk pesta Jovano.      

"Gimana, Mom? Apa yang mo ditanyakan tadi?" Jovano menghampiri ibunya yang masih berbincang dengan sang ayah. Rupanya dia sudah selesai bertelepon.      

"Kagak, kagak jadi, dah!" ucap Andrea sambil kibas-kibaskan tangannya.      

"Aku tadi sedang mengucapkan terima kasih dengan penjual kostum cosplay langgananku yang ada di Amerika, Mom, karena dia mau mencarikan kostum-kostum yang aku inginkan dalam waktu cepat. Nanti siang paketnya datang." Jovano memaparkan agar sang ibu tidak salah paham mengira diabaikan.      

"Oke, oke, Mama percaya aja ama pengaturan kamu." Andrea menggusak rambut putra sulungnya. Ia tidak lagi marah atau kesal karena merasa bahwa anaknya bisa diandalkan untuk ikut memikirkan mengenai pesta ini.      

Andrea memandang Jovano yang berada di depannya. Pria kecil ini sekarang sudah setinggi dagu ibunya. Termasuk jangkung juga hingga sering dikira murid Junior Highschool (SMP) oleh karyawan-karyawan kantor keluarganya.      

"Bocah ini..." Andrea tersenyum kecil. "Gak nyangka udah setinggi gini. Mirip bokapnya. Bagus, deh! He he..." Ia terkekeh sendiri lalu menoleh ke Dante.      

Dante merengkuh istrinya dalam dekapan dan mengecup puncak kepala Andrea. "Bocah yang dulu cerewet sekali sewaktu di perutmu, yah sayank?"      

"Ha ha ha, iya bener!" Andrea melemparkan memorinya kembali ke masa kehamilan dia dulu, betapa Jovano sering berceloteh dari perut dan hanya bisa didengar oleh Andrea dan Dante saja. Bahkan Jovano di perut juga kadang menyarankan hal-hal vulgar yang membuat ibunya malu setengah mati.      

Ohh... kenangan itu....     

"Oke, Mom, Dad, nanti kalau paket kostum cosplay-nya sudah datang, beritahu aku, yah! Aku akan ke kamar dulu untuk memastikan ke teman-temanku agar mereka datang. Gavin juga ada di kamar nantinya bersamaku andai kalian mencari kami." Jovano pamit ke lantai atas.      

Siang itu, ternyata paket yang dikatakan Jovano benar-benar tiba, diantar seorang kurir menggunakan mobil karena ada banyak paket.      

Andrea sampai heran bukan main. Kenapa ada banyak paket yang dipesan Jovano? Ragu karena takut kurirnya salah antar, sang Cambion pun memanggil putra sulungnya. Hari ini hari Minggu, semua orang ada di rumah.      

Jovano lekas meluncur dari lantai atas ke ruang tamu dan menyambut paketnya dan mengatakan bahwa jumlah paket itu sudah sesuai dengan yang dia pesan dari Amerika.      

Dante, Kenzo dan Giorge pun membantu membawa masuk paket-paket itu ke dalam rumah setelah Jovano membayar biaya kurir.      

"Jo, ini serius jumlahnya segini?" Andrea kernyitkan dahinya, heran.      

Anak sulungnya mengangguk. "Benar, kok Mom! Memang segini. Untuk aku, Mommy, Daddy, Poppa, Ivy, Vargana, Voindra, Gavin, Ran, dan aunty Shelly."      

"Tunggu! Tunggu!" Andrea berseru kaget. "Kok... kok sebanyak itu? Bahkan Mama juga?" Mata Nyonya Cambion membelalak bingung.      

Jovano tersenyum diagonal melihat kekagetan ibunya. "He he... ini termasuk bagian dari rencana aku, kok Mom. Kalian cukup patuhi saja arahan dariku, he he..."      

"Astaga anak ini..." Andrea tak berdaya bila Jovano sudah punya keinginan. Ia yang terkenal keras kepala, akan kalah telak jika melawan Jovano.      

"Jo... ini... ini pasti mahal, kan? Apalagi sebanyak ini..." Dante juga bingung karena dia ternyata diikutkan ke dalam rancangan putra sulungnya. Ia menatap bungkusan karton-karton yang baru saja diangkut ke ruang tengah.      

"Tenang saja, Dad. Ini semua sudah dibayar oleh Opa, he he... katanya untuk hadiah ulang tahun aku agar lebih berkesan." Jovano tersenyum lebar.      

"Tsk, ternyata si babeh," decak Andrea meski dalam hatinya lega karena Jovano tidak menghamburkan uangnya sendiri, melainkan dari kakeknya.      

"Ya sudah kalo emang dari opa kamu, gak apa, sih!" Andrea melanjutkan kalimatnya.      

Giorge berjongkok di depan kardus dan bertanya ke Jovano, "Jagoan, ini isinya apa saja? Boleh Poppa lihat?"      

Jovano mengangguk. "Ayo kita buka satu demi satu, tapi jangan sampai berceceran, yah! Bisa berabe nanti kalau kacau, karena itu kan ada bagian-bagiannya yang tidak boleh sampai tertukar."      

Semua yang di situ mengangguk dan mulai membuka kardus paket secara hati-hati.      

Kardus pertama dibuka dan terdapat sebuah kostum. Jovano menoleh dan berkata, "Ahh, itu kostum untuk Gavin. Nanti akan aku bawakan ke kamar."      

Lalu satu demi satu kardus dibuka.      

"Itu untuk Aunty Shelly. Nanti sore dipakai yah, Aunty."      

"Heh? Untukku? Ini? Duh, bagus sekali! Makasih, yah Jo. Tapi... apa ukurannya pas nanti?"      

"Aunty, believe me, pasti cukup, kok!"     

"Kok Jo bisa tau ukuran aku?"      

"Dari Uncle Kenz, dong! Ha ha!"      

Shelly segera melirik ke suaminya dan memukul ringan lengan Kenzo yang terkekeh.      

"Nah, yang itu untuk Mom!" Jovano menyerahkan kardus ke Andrea.      

Nyonya Cambion menaikkan kostum dari dalam kardus dan terbelalak. "Mama... Mama pake ini?!" Ia menatap kostum berwarna putih tanpa bahu yang menonjolkan bagian dada dan tampak feminim panjang hingga semata kaki.      

"Yeah! Mommy aku pilihkan itu, karakter anime Overlord, si Albedo yang seksi dan big boobs. Ehem! Pas, kan?" Jovano berdehem sedikit ketika menyebut mengenai ukuran dada ibunya. "Itu juga ada sayap hitam buatan dan juga tanduknya, Mom. It very suits you."      

Andrea tak bisa berkata-kata.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.