Devil's Fruit (21+)

Friksi Mulai Hadir



Friksi Mulai Hadir

0Fruit 535: Friksi Mulai Hadir     

Kehidupan sudah berjalan selama sebulan lebih. Andrea dan keluarga ajaibnya juga melaluinya dengan hal-hal seperti biasanya.      

Hanya sedikit perbedaan saja di beberapa hal.      

Giorge yang mengurus kantor Zean Property menggantikan Andrea sebagai CEO. Kemudian, ada Dante dan Kenzo yang berhasil melejitkan popularitas dari Kafe Tropiza dikarenakan tampang rupawan mereka yang menarik minat pengunjung, wanita maupun lelaki. Juga... Andrea dan Shelly yang mulai lebih banyak berada di rumah ketimbang sebelumnya.      

Dan... yah... sedikit juga di bagian malam hari.      

Bagaimana pun juga, namanya ego lelaki itu tak bisa ditahan lebih lama. Mulai muncul sedikit friksi-friksi mengenai siapa yang akan menemani Andrea tidur di malam hari.      

Meskipun telah diatur sebuah jadwal untuk kedua suami, namun terkadang ada saja salah satu yang merasakan lonjakan birahi di hari yang bukan merupakan gilirannya tanpa bisa dibendung. Dan itu terkadang menimbulkan perdebatan antara mereka.      

"Bukannya kemarin kau sudah bersama dengan Rea, Dan?" Giorge bertanya ketika Dante menggandeng tangan Andrea menuju ke kamarnya sendiri.      

"Sori, Gio. Kali ini aku minta ini jadi jatahku saja, besok kau bisa dapat dobel." Dante rupanya sedang tidak ingin mengalah.      

Giorge menarik napas sebentar untuk kemudian menyahut, "Ini bukan pertama kali kau meminta begitu, Dante." Ia menatap tajam Tuan Nephilim.      

"Gio, tolong mengerti aku. Kau tentu sudah tau aku dan Andrea sudah berpisah nyaris sepuluh tahun. Tidak bisakah kau mengalah sedikit untuk kali ini?" Dante tak mau surut. Apalagi dia merasa dia terlebih dahulu memiliki Andrea, maka ia seakan berhak lebih banyak memiliki sang istri ketimbang Tuan Vampir.      

"Aku sudah berkali-kali mengalah sebelumnya, Dante. Tidak bisakah kau juga mengerti aku? Malam ini aku ingin tidur bersama Andrea. Dan ini juga malam giliranku. Tolong lebih bertanggung jawab pada aturan yang sudah ditetapkan." Tuan Vampir sekarang sudah tidak bisa lagi mentolerir sikap egois Dante.      

Dua pria itu sudah siap bertarung.      

"Dasar gak ada akhlak!" teriak Andrea kesal sambil tetap berdiri di antara dua suaminya. Dante dan Giorge langsung terbungkam. Sang Cambion menatap pedas pada keduanya bergantian. "Enak banget kalian ngoceh ini itu kayak gue ini benda mati, heh? Emangnya gue angin? Kentut?" Ia mulai memakai elu-gue kembali.     

"Sayank..."     

"Rea..."     

"Udah! Diem semua!" pekik Andrea masih bertiga berdiri di lantai atas di depan kamar Dante. "Gue bosen berkali-kali ngeributin hal-hal receh macem gini mulu hampir tiap malem akhir-akhir ini."      

Dante dan Giorge tidak menyangka Andrea marah. Baru kali ini istri mereka meneriakkan amarahnya ketika keduanya berdebat mengenai sang Cambion.      

"Gue mo tidur sendiri!" teriak Andrea sambil berjalan tegas menuju ke kamar Dante dan lekas mengunci pintunya sebelum dua lelaki itu sadar dan mengejar dia.      

Meski diketuk berpuluh kali pun, Andrea tetap menulikan telinga dan mulai rebahkan tubuh lelahnya untuk tidur. Ia kesal bukan main.      

Dua lelaki itu sudah diberi peringatan untuk rukun dan tidak perlu saling berebut perhatian Andrea karena Andrea sudah memberikan jadwal giliran pada mereka berdua.      

Dante dan Giorge saling berpandangan di luar pintu.      

"Ini salahmu."      

"Enak saja! Memangnya siapa tadi yang memaksa Rea?"      

"Aku suami pertama dia!"     

"Tapi ini hari giliranku!"     

"EHEM!"      

Dua lelaki yang sedang bertengkar di depan pintu pun segera menoleh ke sumber suara yang tiba-tiba muncul di antara mereka.      

King Zardakh.      

"Ayah..."     

"Ayah Mertua..."     

"Ayo, ikut aku turun ke bawah dulu. Sangat memalukan didengar anak-anak dari tadi." King Zardakh mulai melangkah turun ke lantai satu, ke ruang tengah yang sudah sepi.      

Dante dan Giorge tidak memiliki pilihan lain selain patuh dan mengikuti ayah Andrea. Ketiganya pun turun dan duduk di sofa ruang tengah.      

"Tidak perlu diceritakan pun aku sudah tau apa yang terjadi." King Zardakh mengawali. Ia menatap kedua menantunya bergantian. "Wajar jika Andrea marah dan mengabaikan kalian berdua malam ini."      

"Maaf, Ayah... aku-"     

"Kalian bukannya sudah paham situasi kalian dan Andrea? Kalian pasti juga sudah tau bahwa Andrea memilih kalian berdua dan berharap kalian saling rukun dan mendukung dia. Atau kalian ingin menambah pikiran anakku?"     

"Tidak, Ayah Mertua! Aku tidak bermaksud begitu!"      

"Aku tau, kalian sama-sama mencintai Andrea. Dan juga aku paham bagaimana lelaki. Karena aku juga lelaki, memiliki hasrat, memiliki ego... tapi jangan sampai memporak-porandakan apa yang sudah tercapai dengan susah payah hanya karena ego semata." King Zardakh menasehati keduanya tanpa memihak salah satu.      

Dante terdiam. Giorge pun demikian. Mereka merenungi ucapan dari ayah mertua mereka. Jangan sampai memporak-porandakan apa yang sudah tercapai dengan susah payah. Kalimat dari King Zardakh terus mengalun di otak keduanya.      

Dante... dia telah berjuang semenjak di alam ciptaan Pangeran Djanh hingga berkorban meninggalkan ras dia untuk membela Andrea dan putra mereka, hingga berujung ditahannya dia di Nirwana selama bertahun-tahun dan terpisah dari anak dan istri tercinta. Bahkan dia harus mengalami perpisahan lagi karena insiden bom di penjaranya dan menunda kepulangan dia ke Andrea.      

Sedangkan Giorge... dia menyukai Andrea sejak pertama melihat sang Cambion di hutan Cordova. Apalagi melihat sikap ketus dan keras Andrea, dia makin terpikat dan hasrat ingin menaklukkan Andrea makin berkobar. Bahkan dia harus rela menunggu dan dijadikan alat pelampiasan bagi sang Cambion yang sedang berduka karena kehilangan Dante. Namun, perjuangan Giorge berbuah manis dengan menikahnya mereka pada akhirnya.      

Kedua pria itu saling berpikir dan merenung sejenak.      

King Zardakh tidak mengganggu perenungan mereka. Ketiga pria di ruang tengah itupun saling hening dengan pikiran masing-masing.      

Dante memikirkan tentang mereka, dan dia bertanya pada dirinya sendiri, apakah jadinya jika Andrea masih marah dan bisa saja sang Cambion timbul keras kepala seperti biasanya dan akan mengambil keputusan yang merugikan Tuan Nephilim?      

Giorge juga sedang berpikir. Dia merasa cinta Andrea padanya tidak sebesar sang Cambion pada pria Nephilim itu. Dari awal, dia sudah kalah terlebih dahulu. Ia setengah yakin istrinya memilih dia hanya karena rasa tanggung jawab status saja, meski setengah lainnya dia berharap Andrea pun memiliki rasa cinta padanya meski sedikit, tidak mengapa.      

"Apa kalian sekarang mulai bisa berpikir jernih atas masalah ini?" King Zardakh menghentika keheningan itu. Ia menoleh ke dua menantunya yang juga menatap dirinya.      

"Ayah, aku ingin menjadi orang yang bisa membuat Andrea nyaman." Dante mencetuskan pemikiran dia terlebih dahulu.      

"Ayah Mertua, aku ingin terus berjuang untuk Rea dan mendukung dia dalam segala hal." Kini giliran Giorge yang bersuara.      

King Zardakh mengangguk puas mendengar ikrar keduanya. "Sebenarnya... ada solusi yang sangat mudah untuk masalah ini..."      

Dante dan Giorge membulatkan mata mereka mendengar itu. Solusi! Ayah mertua mereka memiliki solusi untuk keadaan ini!      

"Ayah, tolong katakan!"     

"Ayah Mertua, jangan sungkan memberi kami solusi!"      

"Tapi solusi ini akan tercapai bila kalian bisa menurunkan ego masing-masing. Bagaimana? Kalian sanggup?" King Zardakh menatap penuh arti ke dua pria di kanan dan kirinya.      

Dante mengangguk tegas. "Aku siap, Ayah!"     

Tuan Vampir tak ketinggalan mengangguk juga. "Apapun demi Rea!"     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.