Devil's Fruit (21+)

Malam Ini Giliran Siapa?



Malam Ini Giliran Siapa?

0Fruit 533: Malam Ini Giliran Siapa?     

Pulang dari rumah Revka, rombongan Andrea berpisah dengan keluarga Myren, dan mereka pulang ke arah rumah masing-masing.      

Myren dan keluarganya sekarang sudah pindah rumah yang lebih besar di daerah Kichijoji, area perumahan khusus orang-orang berada setelah sebelumnya mereka tinggal di daerah Denenchofu yang biasanya dihuni para ekspatriat.      

Mobil Andrea kini sudah masuk ke garasi. Dante yang menyetir.      

Kemudian, disusul oleh mobil milik Kenzo.      

Setelah itu, semuanya sudah berada di dalam mansion. Anak-anak mulai naik ke kamar mereka masing-masing di lantai atas yang memang khusus untuk kamar semua penghuni mansion.      

Shelly dan Andrea masih berada di dapur untuk membuat cemilan ringan dan minuman hangat yang akan mereka bagikan ke anak-anak dan para suami.      

Sedangkan suami-suami duduk bersama di ruang tengah sembari mengobrol dan menonton televisi.      

Ketika Andrea menyodorkan segelas susu hangat ke Dante dan Giorge, Tuan Nephilim maju untuk bertanya pada istrinya, "Sayank, malam ini kau tidur denganku, kan?"      

Andrea terdiam beberapa detik lalu melirik Giorge.      

Giorge langsung tersenyum sambil menyahut. "Iya, ini sepertinya malam giliran Dante. Aku akan tidur dengan Ivy."      

"Tidak, biar saja kami tidur di kamar tamu yang aku tempati." Dante lekas berkata. Ia masih merasa canggung dan belum siap untuk tidur di ranjang yang sudah digunakan lelaki lain bersama istrinya. Dia butuh waktu mengenai itu.      

"Ohh, oke." Tuan Vampir lebarkan senyumnya yang mempesona. Giorge memang terbiasa tersenyum. Dia orang yang ramah dan pandai membawa diri.      

Berlawanan dengan Dante yang jarang mau tersenyum. Bahkan Dante termasuk orang yang irit bicara. Ia juga terkesan lebih dingin pada orang lain selain Andrea dan Jovano.      

Dante juga masih kesulitan menjalin komunikasi dengan Ivy, anak kedua istrinya dari lelaki lain. Apalagi Ivy sendiri juga sama dinginnya seperti Dante, dan hanya bisa luluh pada ayahnya dan Jovano.      

Namun, Dante berjanji pada dirinya sendiri agar dia bisa mengakrabkan diri dengan semua orang yang ada di sekitar Andrea.      

Dante ingin bisa tampil sebagai suami terbaik bagi Andrea. Meski dia sudah mulai akrab dengan Giorge, namun namanya sesama lelaki itu tentu ada aroma persaingan jika menyangkut wanita yang sama-sama dicintai.      

Pasti Giorge juga demikian.      

Yang penting, mereka bersaing secara sehat.      

Dante baru saja keluar dari kamar putranya sebelum masuk ke kamar yang dia huni. Kamar tamu itu besar dan luas, dengan perabotan yang mewah dan tidak memalukan karena akan digunakan untuk menyambut tamu.      

Di kamar tamu tersebut, Andrea sudah berbaring miring bertumpu pada satu siku menunggu kedatangan Dante.      

Mata Dante berkilat ketika melihat sang Istri sudah mengenakan lingerie warna merah tipis menerawang dan memikat.      

"Kuharap ini bukan lagi mimpi seperti di alam Pangeran Djanh, sayank..." seloroh Dante sambil menghampiri istrinya yang tampil menggoda malam ini.      

"Coba aja lewati dulu malam ini, kalo besok kamu bangun aku gak ada di sebelah kamu, yah mungkin aja ini mimpi." Andrea tersenyum nakal sembari naik-turunkan kedua alisnya.      

Dante mengerang, terlebih ketika tangan Nyonya Cambion justru meremas payudaranya sendiri yang membayang di balik lingerie minim tersebut. "Andrea... kamu sangat nakal sekarang."     

"Beruntunglah kamu suamiku, karena aku cuma mau nakal ke suami aku aja..." Andrea makin menggoda dengan memilin putingnya sendiri di depan Dante, kemudian mendesah ringan sembari naikkan dagunya.      

"Sayank, kamu terlalu kejam..." Dante pun tak sabar dan menyergap tubuh istrinya yang molek sempurna.      

Andrea terpekik ketika diserang sang suami yang sudah tak tahan. Ia membiarkan Dante menindih dan mengeksplorasi segala sudut tubuhnya. Ia hanya mengerang dan menggeliat binal selama permainan pertama.      

Di permainan kedua, Andrea mengambil alih dan bergerak lebih dominan pada tubuh Dante. Ganti Tuan Nephilim yang banyak melantunkan desahan dan deraman atas kebinalan sang istri.      

Mereka bermain penuh semangat hingga menjelang pagi. Entah sudah berapa ronde berlalu semalaman itu, Andrea sudah lupa akan hitungannya dia mengalami orgasme.      

Keduanya baru bangun ketika mentari sudah begitu hangat menyinari bumi Roppongi.      

Ketika Andrea bangun lebih dahulu, dia menjumpai Shelly yang sudah mulai bersiap-siap untuk ke Kafe Tropiza bersama Kenzo.      

"Anak-anak udah pada berangkat, beb?" tanya Andrea sambil menuang jus sayur buatan Shelly ke gelas.      

"Pasti udah, dong. Lah ini aja udah jam sembilan lebih, kan?" sahut Shelly sambil tersenyum. "Aku maklum kok yang mainnya gila-gilaan menggantikan tahun-tahun menjomblo, hi hi hi..." goda Shelly.      

"Haiihh, bebeb dah pinter godain aku aja." Nyonya Cambion meneguk dulu jus sayur dingin nan segarnya sebelum menjawab selorohan sang sahabat.      

"Gak apa, kok Ndre..." Shelly menepuk ringan lengan sahabatnya. "Kita-kita bisa ngertiin rindu kamu dan Dante, kok! Tenang aja. Dah mendingan kamu santai-santai aja hari ini."      

"Lah, trus? Aku kan musti ngantor, beb." Andrea mencomot timun potongan yang disediakan di meja makan. Shelly biasa menghidangkan itu bersama sambal terasi karena kadang Andrea ingin makan lalapan. Sang Cambion ini kurang cocok dengan namanya salad ala bule.      

"Kenapa tidak berikan saja kantor ke Giorge?" Tiba-tiba King Zardakh sudah muncul di dapur mansion anaknya.      

Andrea mengelus dadanya. "Gue kirain setan, ternyata demit."      

King Zardakh terbahak santai. "Demit? Enak saja! Ayah jauh lebih berkelas ketimbang demit, Nak." Ia pun duduk di salah satu kursi meja makan.      

Shelly buru-buru membuatkan secangkir kopi putih untuk ayah Andrea. Dia sudah hafal akan minuman kesukaan sang baginda Raja.      

Andrea mau tak mau ikut duduk juga di seberang ayahnya. "Emang babeh gak apa kalo kantor properti aku minta Giorge yang tangani?"      

"Apa salahnya? Toh, dia menantu Ayah juga. Dan kulihat cara kerja dia sangat cemerlang di bidang itu." King Zardakh menerima kopi putihnya dari Shelly dan mengucapkan terima kasih pada istri panglimanya.      

Segera saja Andrea paham makna ucapan sang ayah. Itu karena Giorge mampu melakukan hipnotis pada klien sehingga mereka akan patuh pada ucapan Giorge dan uang pun mengalir ke perusahaan. Itulah kelebihan Giorge sebagai vampir yang memiliki ability umum para vampir.      

"Ayah malah masih memikirkan kira-kira kantor apa yang bisa Ayah berikan ke Dante." King Zardakh pun mulai menyesap kopi putihnya pelan-pelan.      

"Aku tidak membutuhkan mengelola kantor atau perusahaan dari Ayah Mertua." Ternyata Dante sudah ada di ambang pintu. Rupanya dia mendengar ucapan sang Raja baru saja.      

King Zardakh menoleh ke menantu pertamanya. "Kenapa? Bukankah biasanya lelaki senang memimpin sebuah instansi atau perusahaan?"      

Dante mengambil duduk di sebelah ayah mertuanya. Bau after shave menguar dari wajahnya. Rupanya dia sudah mandi sebelum keluar kamar. "Aku justru tertarik ingin mengelola kafe atau restoran saja jika memang diberikan kesempatan."      

"Heh?!" King Zardakh, Andrea, dan Shelly sama-sama terperanjat akan ucapan Dante.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.