Devil's Fruit (21+)

Di Toko Boneka Figurin



Di Toko Boneka Figurin

0Fruit 530: Di Toko Boneka Figurin     

Dante pun mengikuti sang anak ke bagian rak yang berisi Nendroid. Akhirnya dia paham seperti apa tampilan mainan jenis itu.      

"Lihat nih, Dad. Ini Nendroid terbaru dari Demon Slayer." Jovano mengambil sebuah kotak yang berisi Nendroid yang dia sebutkan baru saja.      

Kemudian, Jovano mulai menerangkan apa itu anime Demon Slayer dan beberapa tokoh sentralnya. Dante mendengarkan dengan penuh minat. Ia tersenyum melihat sang anak yang sedang bersemangat bicara mengenai mainan kesukaan dia.      

Sedangkan di bagian lain toko itu, Gavin sedang bersama dengan sang ayah sambil sibuk berceloteh mengenai figure anime mecha.      

"Yang ini aku belum punya, Pa. Belikan, yah! Ini agar sesuai dengan seri koleksiku, Pa." Gavin menatap penuh harap ke Kenzo sambil memegang boks berisi figurin mecha.      

 Kenzo memandang isi figurin dalam boks. Sebuah mainan terbuat dari plastik keras berbentuk robot. "Coba sini Papa lihat." Ia mengambil boks setinggi 35 sentimeter dan membaca label di sana. "Moderoid... Mazinkaiser. Apakah ini ada serial animenya? Ini anime khusus tentang robot?"      

Gavin mengangguk tegas. Wajah imutnya berbanding terbalik dengan kesukaan dia akan tontonan dan game yang berkaitan dengan robot. "Aku sudah punya Mazinkaiser SKL dan Liger. Ini yang mode Infinitism belum aku punyai."      

Kenzo mengangguk saja dan kembalikan boks itu ke anaknya. "Beli saja kalau gitu. Ayo, lengkapi koleksimu." Ia tersenyum memberi semangat ke sang anak.      

Gavin melonjak senang dan masukkan boks itu ke dalam keranjang belanjanya.      

Sementara, Kenzo masih tersenyum. Ia jadi teringat dengan wujud aslinya sendiri yang hampir menyerupai figurin-figurin robot koleksi anaknya.      

Ronh mendekat pada Kenzo. "Anakmu sepertinya suka robot, Panglima Kenz."      

Kenzo tertawa kecil. "Ha ha, iya benar, Panglima Ronh. Mungkin dia paham wujud ayahnya tidak jauh berbeda dengan para robot yang dia koleksi."     

"Hanya... kita lebih terlihat ganas dan mengerikan, bukan?" imbuh Ronh yang disusul kekehan dari Kenzo, sesama Panglima Incubus milik kerajaan King Zardakh.      

"Bagaimana dengan Vargana?" Kini Kenzo balik bertanya.      

"Dia mengidolakan Lara Croft dan mengoleksi beberapa figurin-nya."      

"Anakmu yang sulung itu memang terlihat seperti ibunya, bukan?"      

"Yeah, benar. Mereka mirip. Sama tangguh dan keras."      

Kemudian, kedua panglima itu pun mulai membayangkan betapa hebat dan gagahnya Myren di medan perang sebagai jenderal kebanggaan Tuan Raja mereka.      

Bahkan mereka yang panglima pria pun bisa kalah jika bertarung one on one dengan Myren. Kekuatan Myren yang ganas berasal dari darah Centaur-nya. Ditambah dengan darah sang ayah, maka Myren menjadi sosok jenderal yang ditakuti semua lawannya di medan perang.      

"Kalian lihat Giorge?" tanya Dante tiba-tiba, muncul di dekat Kenzo dan Ronh yang sedang mengobrol.      

Kenzo mengedarkan pandangannya ke sekeliling toko. "Sepertinya tadi... hei, bukannya tadi Tuan Muda Gio bersama Nona Ivy ada di bagian boneka Barbie?"      

"Sepertinya mereka sudah berpindah tempat." Ronh menimpali.      

"Ada apa, Dad?" tanya Jovano sambil mendorong kereta belanjanya sendiri yang sudah berisi beberapa figurin berbagai jenis dan ukuran. Gavin juga ada di sebelahnya dengan kereta belanja yang lebih kecil.      

"Adikmu kemana, yah Jo?" Dante mencari-cari. Ia tak enak bila melupakan Giorge dan Ivy.      

"Sepertinya tadi aku lihat mereka di bagian boneka lolita." Kini Vargana muncul tanpa belanjaan apapun. "Itu, loh! Bagian paling sudut sana." Telunjuknya terarah di sebuah sudut tenggara toko besar itu.      

"Oh, oke, Vargana. Terima kasih." Dante mengangguk dengan senyum samar ke putri sulung Myren. Kemudian, dia menoleh ke putranya sendiri. "Jo, mau menghampiri mereka?"      

Jovano mengangguk. "Sure, Dad. Let's do it."      

Dante pun pamit untuk menghampiri suami lain dari sang istri. Bersama dengan Jovano, mereka berjalan ke area yang disebutkan Vargana tadi.      

"Hai, kalian masih memilih boneka untuk Ivy?" Dante menyapa Giorge yang sedang berjongkok sambil melihat ke boneka lolita cantik yang ditunjuk putrinya.      

Tuan Vampir pun segera mendongak untuk mendapati Dante sudah berdiri di dekatnya bersama Jovano. "Helo, ha ha... iya. Kebetulan Ivy kurang begitu suka anime. Dia lebih suka boneka yang seperti ini untuk dikoleksi."      

Dante melihat ke arah kumpulan boneka-boneka yang berbentuk sangat feminim dan dandanannya bagai seorang putri bangsawan Eropa dengan style lolita Jepang.      

"Kak Jo..." Ivy segera menghambur ke Jovano. "Pilihkan..." rengeknya manja.      

Jovano mengelus pipi adiknya dan berkata, "Yosh! Sini Kakak pilihkan. Yang paling cantik, ya kan? Seperti Ivy!"      

Ivy tertawa senang. Dia suka dipuji oleh sang kakak. Hubungan mereka sangat dekat meski keduanya tergolong half-brother. Tidak bisa dikatakan saudara tiri karena masih beribukan yang sama.      

Jovano adalah figur idola bagi Ivy selain ayahnya. Gadis secantik boneka itu bisa sangat manja dan bergantung pada kakaknya.      

"Nah, yang ini persis Ivy." Jovano mengambil sebuah boneka princess yang sangat cantik, berwajah bulat menyenangkan dengan mata besar dan rambut kecoklatan tua dan poni tebal bagai tirai seperti milik sang adik.      

Ivy meraih karton boneka itu dan memeluknya senang. "Yang ini. Poppa, yang ini." Ia tersenyum gembira sambil goyang-goyangkan boks berisi boneka pilihan Jovano dalam pelukannya.      

Giorge tertawa ringan dan mengangguk. "Cuma itu? Ayo, penuhi keranjangnya dengan teman-teman baru Ivy!"      

Sang putri pun berseru tertahan dan mulai memilih boneka princess lainnya dibantu dengan Jovano.      

Sesudah semua anak mendapatkan apa yang mereka inginkan, para orang tua pun mengumpulkan mereka di dekat kasir sementara mereka membayar mainan yang dipilih anak-anak mereka.     

Hanya Vargana yang tidak berbelanja. Dia berkata sedang tidak mood untuk belanja apapun karena semua koleksi figurin Lara Croft sudah dia punyai semua dari toko itu dan belum ada model terbaru.      

"Kau tidak pilihkan boneka untuk adikmu? tanya Ronh pada putri sulungnya yang berdiri santai di dekat kasir, menunggu bersama anak-anak lainnya.      

Vargana menggeleng. "Voi lebih suka baju ketimbang boneka, Pa. Dia pasti sedang menumpuk belanjaan baju dengan Mama sekarang."      

Ronh tergelak kecil. Memang betul adanya. Dua putri mereka memiliki hobi dan kesukaan yang berbeda. Tapi disitulah ia merasa keluarganya sempurna. Meski awalnya Ronh tidak percaya diri saat nekat melamar Myren. Dia khawatir menjadi bahan olok-olok para prajurit jika memperistri jenderal kebanggaan mereka.      

Namun, rupanya Myren tau bagaimana bersikap dan membuat semua orang mulai menerima hubungan mereka dan Ronh pun mulai dihormati prajurit lainnya. Kini tak ada yang meremehkan Ronh hanya karena beristrikan Myren yang gagah dan kuat.      

Usai membayar semua mainan, Dante pun menelepon istrinya untuk memilih tempat berkumpul. Sebuah restoran keluarga pun dipilih. Itu ada di lantai 5 Mall tersebut. Mereka sedang berada di lantai 2, dan para istri ada di lantai 3.      

Di tempat para istri, Andrea baru saja menyimpan ponselnya setelah dihubungi sang suami pertama, ketika benda pintar itu kembali berdengung di tangannya ketika akan dimasukkan ke tas tangannya.      

Andrea kembali mengangkat ponsel tersebut dan menerima panggilan yang ditujukan untuknya. Dia sudah melirik sekilas siapa peneleponnya. "Ya? Halouw?"      

"Japrak! Pergi jalan-jalan kok kagak bilang-bilang?!" Suara menggelegar Revka sudah terdengar di ponsel, bahkan Shelly yang di samping Andrea pun bisa mendengarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.