Devil's Fruit (21+)

Terminal Khusus di Maldives



Terminal Khusus di Maldives

0Fruit 513: Terminal Khusus di Maldives     

Andrea sudah bersiap dengan baju kasualnya pagi ini meskipun ini masih hari kerja. Tak lupa dia juga memakai topi lebarnya dan kacamata yang hampir menutupi setengah wajahnya.      

Ada Dante dan juga King Zardakh di dekat Andrea.      

Dandanan Tuan Nephilim pun sama kasualnya dengan sang istri. Hanya memakai kaos oblong warna biru cerah dan celana Bermuda warna coklat muda.      

Keduanya telah menenteng koper masing-masing yang berukuran tidak terlalu jumbo. Hanya besar biasa.      

"Kalian sudah siap?" tanya King Zardakh yang berdiri di antara keduanya.      

Dante dan Andrea mengangguk kompak. Kemudian, tangan mereka saling berpegangan dengan tangan King Zardakh. Tak lama dari itu, kilasan cahaya berwarna putih samar muncul dari bawah kaki mereka, membentuk pusaran bagai tornado.      

Walaupun begitu, ketiga orang itu tidak takut meski tubuh mereka ditelan tornado cahaya tersebut hingga baju dan rambut mereka berkibar bagai cahaya di bawah kaki mereka benar-benar membawa angin topan.      

"Ndrea, have fun yah kalian berdua di sana!" seru Shelly ketika Andrea bersiap untuk 'lepas landas'.      

"Iya, Beb! Titip anak-anak, yah!" pekik Andrea menjawab seruan sahabatnya.      

Detik berikutnya, ketiga orang dalam pusaran cahaya tornado itu pun lenyap dari pandangan Shelly dan Kenzo.      

Di belahan bumi lainnya, ketiganya muncul di sebuah tempat yang asing.      

Perlahan, kemunculan mereka juga dibarengi dengan pudarnya cahaya putih dan pusaran angin tadi.      

"Ini di mana, Beh?" tanya Andrea sambil menatap sekelilingnya.      

"Terminal khusus." King Zardakh mulai melepaskan pegangan tangan mereka.      

Mata Andrea berkeliling untuk memandangi tempat yang lumayan luas, mirip seperti sebuah kebun namun seakan ini tempat liar. Banyak vegetasi yang membuat mata terasa nyaman dengan semilir angina menyegarkan paru-paru.      

"Terminal khusus?" Dante mengulang ucapan ayah mertuanya dengan menggunakan nada tanya. "Apakah ini terminal yang secara khusus dipakai ras iblis untuk bepergian?"     

"Semacam itu." King Zardakh pun melangkah ke arah sebuah rumah yang ada di sana.      

Dante dan Andrea mengikuti Tuan Raja Incubus.      

Akhirnya Andrea pun paham tempat macam apa ini.      

Terminal khusus ini benar-benar berfungsi seperti terminal pada umumnya. Hanya, bedanya, di sini bukan bis atau armada transportasi apapun yang datang, melainkan seseorang secara utuh.      

Benar, ini memang digunakan ras iblis untuk mendarat tanpa memerlukan sarana transportasi apapun seperti pesawat terbang, ataupun kereta dan bis.      

Para iblis dan keturunannya yang ingin berlibur di sini, bisa memanfaatkan terminal ini untuk muncul tanpa diketahui manusia biasa.      

Lalu, sesudah mereka muncul di terminal tersebut, akan ada armada transportasi lainnya yang sudah disediakan pemilik terminal agar mereka bisa mulai muncul di dunia manusia secara wajar dengan menggunakan kendaraan manusia.      

"Dari sini, kalian sudah paham apa dan bagaimana caranya menuju ke resor kalian, kan?" tanya King Zardakh pada keduanya.      

Dante mengangguk. Dia sudah mempelajari rute dan arah.      

"Oke, kalau begitu, Ayah bisa tinggal kalian. Bersenang-senanglah di sini selama seminggu atau terserah kalian. Jangan khawatirkan rumah, ada Ayah dan yang lainnya yang akan menjaga." King Zardakh menepuk lengan menantunya.      

"Terima kasih, Ayah Mertua." Dante tersenyum tulus akan bantuan sang mertua yang mau repot-repot mendaftarkan sebuah resor secara mendadak untuk liburan dia dan Andrea.      

King Zardakh menawarkan cara kilat untuk pergi berlibur, tanpa repot-repot memakai pesawat terbang.      

Hei, mereka ini memiliki kekuatan melebihi manusia biasa! Apa salahnya memanfaatkan hal demikian untuk beberapa keuntungan?      

Setelah King Zardakh berkata demikian, ia pun mulai menghilang dari hadapan putri dan menantunya.      

"Ayo." Dante memimpin berjalan sambil menggandeng istrinya.      

"Kita pake apa nih ke resor?" tanya sang istri sambil tangan satunya menyeret koper dia sendiri.      

"Kita sudah dipesankan mobil beserta sopir oleh ayahmu." Dante membalas senyuman dari petugas terminal dan melangkah keluar dari rumah tersebut untuk menuju ke sebuah mobil jenis APV yang sudah menunggu mereka di carport terminal.      

Mobilnya memang mobil milik manusia biasa, namun sopirnya masihlah dari golongan iblis juga. Pengelola terminal ini sungguh memberikan kemudahan pada para iblis untuk berlibur di dunia manusia tanpa menimbulkan kecurigaan manusia.      

Tidak memakan waktu lama, keduanya sudah diantarkan ke sebuah resor di Kepulauan Maldives.      

Resornya begitu indah dengan suasana pantai menakjubkan mengelilingi bangunan resor tersebut. Andrea bahkan bisa melihat banyaknya kerang dan pasir putih yang berada di bawah air sangat jernih di sana.      

"Berasa kayak di Surga..." desah Andrea sambil letakkan kopernya di sudut kamar.      

"Tidak, sayank. Kukatakan padamu, Surga tidak seperti ini, ha ha ha…" Dante menarik tubuh istrinya agar bisa dia dekap.      

"Oh ya? Lalu bagaimana sebenarnya suasana Surga itu? Atau… bisa kusebut Nirwana?" Andrea berhenti menggunakan bahasa gaul setelah dia bertemu Dante kembali. Itu menandakan dia benar-benar menghormati lawan bicaranya.      

"Kau tak perlu tau, sayank…" bisik Dante sambil membingkai wajah istrinya.      

Andrea mengerucutkan bibirnya. "Iya, sih. Kan aku gak bakalan nyampe di sana, yah! Aku kan banyak dosa."      

Dante malah menjawab dengan gelak tawanya sejenak sebelum menatap lekat Andrea dalam dekapannya. "Aku tak ingin kita terpisah lagi, Andrea… tidak ingin…"     

Nyonya Cambion merasakan pipinya menghangat hanya demi mendengar ucapan sederhana sang suami. "Me-memangnya aku kepingin begitu juga, apa?!" Gugup, Andrea memukul ringan dada Dante.      

Heh, sejak kapan pria itu bertelanjang dada? Kenapa Andrea tidak menyadarinya? Mungkin karena dia terlalu terpesona dengan suasana resor yang aduhai indahnya hingga tak sadar suaminya sudah melepas beberapa helai kainnya.      

"Se-semalam… kamu udah ngobrol puas ama Jo?" tanya Andrea sambil menghindari tatapan intens sang suami.      

"Iya, kami mengobrol sangat banyak. Tapi… tak ada yang namanya puas jika mengobrol dengan anak sendiri, benar kan? Dan semalam juga kami terus mengobrol sampai sama-sama tertidur, ha ha ha. Anak kita itu benar-benar pandai bicara."      

"Pasti… pasti menurun dari kamu, lah!" Andrea masih tak sanggup membalas tatapan Dante.      

Satu tangan Dante meraih dagu Andrea untuk menolehkan wajah Sang Cambion agar mereka bisa saling bertatapan. "Bagaimana dengan kamu sendiri, sayank? Apakah si vampire itu—"     

"Dia semalem tidur dengan Ivy. Aku beneran tidur sendiri tadi malam." Andrea seolah paham apa arah dari pertanyaan suaminya. "Gio sepertinya paham dan kasi aku waktu untuk sendirian dulu tadi malam, apalagi aku juga sibuk mengepak baju-baju untuk liburan ini."      

Dante tersenyum. Dalam hatinya dia sedang membangun rasa respek untuk Tuan Vampir. Sebagai lelaki tipe pencemburu dan posesif, tentu bukan hal yang mudah jika membiarkan istri dijamah lelaki lain.      

"Sepertinya dia bukan pria yang buruk." Dante mempererat dekapannya.      

Andrea mengangkat bahunya cepat seraya menyahut, "Entahlah…"      

"Kau yakin itu jawabanmu?" Dante meniup lembut telinga istrinya. Andrea menggelinjang kegelian. "Dia ganteng sekali, ya kan? Kau setuju, kan sayank?"     

Andrea menepuk dada suami pertamanya. "Dante apaan, sih?"      

Nyonya Cambion ingin membebaskan diri dari belitan lengan Dante, namun sang pria tidak mengijinkan.      

Alih-alih melepaskan Andrea, lengan itu justru melakukan hal lainnya. Tangan kanan Dante sudah merayap ke bongkahan kembar di belakang tubuh Andrea.      

Andrea berjengit kaget karena pantatnya diremas satu telapak tangan Dante.      

"Sayank… aku kangen kamu…" bisik Dante. "Semuanya…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.