Devil's Fruit (21+)

Tuan Putri Ivy



Tuan Putri Ivy

0Fruit 508: Tuan Putri Ivy     

"Ivy sayank, ayo buruan dipake seragamnya, yah!" Suara Nyonya Cambion mulai mengalun tidak sabar karena sedari tadi anak bungsunya masih saja bermanja-manja di gendongan ayahnya, Giorge.      

"Sudah, sudah, sini Papa saja yang pakaikan seragam hime-chan." Giorge mengambil seragam luar yang berupa terusan tanpa lengan sepanjang lutut dari tangan Andrea.      

"Gio, jangan membiasakan manggil dia hime-chan!" protes Andrea pada sang suami yang malah ditanggapi tawa kecil Giorge.      

Tangan Ivy dengan patuhnya terjulur ke atas sembari Giorge memasukkan seragam itu dari atas kepala.      

"Tak apa lah sesekali aku memanggil dia dengan panggilan special begitu, Rea honey. Aku yakin Ivy-hime suka. Iya, kan, hime-chan?" Giorge menoleh ke putrinya sembari berikan senyuman terhangat yang mampu dia pasang di wajah tampannya.      

Ivy mengangguk beserta senyum balasan untuk ayahnya.      

"Astaga, Gio! Kita kan udah sepakat kagak perlu perlakuin dia segitunya, ampe manggil hime segala ke dia! Nanti jadi keterusan, gak baek!" Andrea masih memburaikan protesnya seraya mengamati betapa patuhnya si putri jika ayahnya yang bicara.      

"He he he… yah, mau bagaimana lagi?" Giorge masih membantu putri tersayangnya untuk mengikatkan ikat pinggang di seragam yang sukses dipakaikan barusan. "Lihat, bukankah dia sangat mirip dengan para putri sesungguhnya?"      

Giorge menghadapkan Ivy ke ibunya setelah semua seragam selesai dipakaikan.      

Ivy patuh dan berdiri diam menghadap Andrea. Dia sekarang sudah bersekolah di Kindergarten yang dulu Jovano bersekolah juga, K-Space.      

Bocah perempuan itu, Ivy, wajahnya memang sangat menyerupai boneka imut dari Jepang. Rambutnya hitam kelam, mengkilat dan lebat menutupi punggungnya. Tak lupa poni tebal bagaikan tirai hitam menghiasi dahinya tanpa menutupi keindahan mata bulatnya yang berbulu lentik nan panjang.      

Tubuh kecil Ivy begitu sangat menggemaskan bagai Lolita cantik tanpa tanding meski mulutnya jarang memyuarakan kalimat panjang dan senyum yang sangat minimalis pula.      

Oleh karena itu, Giorge mantap memanggil putrinya hime, sebuah panggilan yang berarti Tuan Putri dalam bahasa Jepang sederhana.      

Padahal dia dan Andrea sudah sepakat tidak akan terlalu mengistimewakan Ivy. Jovano juga sudah memperingatkan itu semenjak awal Ivy lahir.      

Namun, kasih sayang Giorge terlalu besar hanya karena Ivy adalah buah cinta yang sudah dia perjuangkan sekian waktu. Yah, betapa dia sebelumnya mengejar Andrea tanpa lelah, bahkan rela dijadikan alat pelampiasan Andrea di saat sang Cambion merindukan Dante.      

Maka, ketika Ivy hadir, Giorge tidak bisa membendung rasa bahagianya dan mengakibatkan dia terlalu berlebihan memperlakukan sang putri.      

"Hghh…" Andrea menyerah jika suaminya terus kukuh menganggap Ivy segala-galanya. "Ya sudah, sana gih ajak dia makan pagi, jangan kelamaan. Dia pasti nurut kalo ma elu." Nyonya Cambion memilih berlalu dari kamar putrinya untuk pergi ke lantai bawah, mengurus hal lainnya.      

Giorge menatap putrinya yang masih berdiri tenang. "Yuk, sekarang hime-chan harus sarapan dulu sebelum ke sekolah." Ia menggandeng Ivy turun ke bawah.      

Tetapi, Ivy malah ulurkan dua tangan ke arah ayahnya tanpa sepatah katapun.      

Meski begitu, Giorge paham dan ia pun mengangkat Ivy dalam gendongan satu lengan, kemudian keduanya mulai menuju ke lantai bawah untuk memasuki ruang makan.      

"Eh? Ivy kenapa masih minta gendong, sih? Kan udah sekolah…" Shelly masih menyuapi bayinya yang berumur satu tahun, Kirana. "Kan Ivy udah 4 tahun. Yuk sini turun, sarapannya udah disiapkan ama Mama, tuh." Senyum Shelly terkembang tulus pada anak perempuan sahabatnya.      

"Biar saja begini, Shelly." Seperti biasa, Giorge memberi pembelaan halus untuk putrinya.      

Shelly tidak lagi berucap apapun dan membiarkan Tuan Vampir mengurus Ivy, meladeni Ivy penuh khidmat.      

Mata si ibu baru menatap sayang putrinya yang masih bayi sambil sesekali bercengkerama dengan baby Kiran dan memasukkan suapan bubur sambil Karin duduk tenang di kursi bayi khusus di ruang makan tersebut.      

Kehamilan ketiga Shelly termasuk sangat cepat, mirip dengan masa kehamilan ibunda Andrea, Nivria, hanya empat bulan lebih dan sang bayi sudah muncul di dunia.      

Meski Druana belum bisa memastikan apakah bayi Kiran merupakan Cambion Hera atau bukan, namun Druana bisa memastikan bahwa tingkat intelejensia dari baby Kiran cukup tinggi seperti Cambion pada umumnya.      

Saat ini Kiran juga tidak memiliki detak jantung. Hal itu tidak membuat kaget ibunya sewaktu melahirkan. Untung saja kelahirannya ditangani Druana, dan Shelly pun sudah mendapatkan pemahaman mengenai itu sejak dulu.      

Semua anak-anaknya lahir tanpa detak jantung, sama seperti Andrea dulunya. Namun, itu hanya berlangsung selama tujuh tahun awal saja.      

"Mommy, apakah kau menyimpan bola kasti milikku?" Suara dari arah tangga menginterupsi Andrea yang sedang memasukkan berkas-berkas pekerjaannya ke tas.      

Andrea menghentikan kegiatannya sejenak untuk mendongak ke anak tangga. Dilihatnya si putra sulung berdiri di sana sambil mencangklong tas sekolahnya. "Kagak. Mama ngapain ngurusin bola kasti bulukmu? Kayak kerjaan Mama kurang-kurang aja. Isshh~"      

Nyonya Cambion pun kembali berkutat dengan pekerjaan yang sebelumnya terhenti sejenak.      

"Itu karena kau sudah biasa menggeledah barang-barangku, Mom. Karena itu aku percaya kau pasti mengganggu bola kastiku, Mom." Jovano pun mulai melanjutkan langkahnya, turun ke ruang keluarga yang luas.      

Tahun ini, Jovano sudah berusia 10 tahun. Dia sudah tampak makin dewasa dan garis-garis ketampanan dia semakin muncul. Dia bersekolah di SD Laurus International School.      

Jovano yang supel dan mudah bergaul, tak heran jika dia memiliki banyak teman di sekolah. Maka, sudah biasa jika dia mempunyai banyak jadwal klub di sekolahnya.      

Baseball, basket, renang, kendo, judo, bahkan kyudo pun mewarnai hari-hari Jovano usai sekolah.     

Jika tadinya di sekolah taman kanak-kanak dia banyak tertarik dengan klub seni seperti menggambar dan alat musik, begitu masuk ke sekolah dasar, dia lebih memilih klub yang menitik-beratkan pada kegiatan fisik, seperti olah raga dan bela diri.      

Jika dia ditanya kenapa sekarang mulai giat pada klub bela diri, Jovano akan menjawab, "Untuk melindungi adik-adikku."      

Dia tidak hanya berbicara mengenai Ivy saja, tapi juga Gavin, Kiran, Vargana, Voindra, bahkan juga Shona. Semua yang berusia di bawah dia, dianggap sebagai adik oleh Jovano meski sebenarnya ia harus memanggil kakak pada anak-anak Myren.      

Jovano adalah Jovano. Dia lebih senang jika bertingkah layaknya kakak yang dewasa dan melindungi semua yang lebih muda.      

"Mom, nanti tak usah menjemputku. Aku mungkin akan pulang agak terlambat." Jovano sudah sampai di anak tangga terbawah, di dekat ibunya berdiri.      

"Mo ngapain emangnya?" tanya Andrea mulai mengancingkan tas kerjanya. Ia memandang sang putra sulung penuh selidik.      

"Aku sudah mendaftar klub baru di sekolah," jawab Jovano santai.      

"Apalagi sekarang?" Andrea lipat dua lengan di depan dada.      

"Aku masih bingung akan memilih klub Ninjutsu atau klub Kenjutsu." Jovano memeriksa seragamnya agar yakin dia sudah rapi.      

"Memangnya apaan itu, Jo? Ya ampun, bocah… sudah berapa klub bela diri yang kamu masuki tahun ini?" Andrea mengerang sedikit frustrasi. Itu karena sang anak jadi jarang berada di rumah.      

Semua waktu luang Jovano banyak dihabiskan di klub sekolah.      

"Ninjutsu itu bisa disebut Ninpo, Mom. Itu adalah seni beladiri dengan strategi dan taktik yang dilakukan di medan perang maupun untuk gerilya yang dilakukan oleh Shinobi. Mommy tau apa itu shinobi? Ninja, Mom. Ninja."     

Andrea putar bola matanya. "Kamu ngapain belajar kayak Naruto?!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.