Devil's Fruit (21+)

Keputusan Dari Dua Pria



Keputusan Dari Dua Pria

0Fruit 512: Keputusan Dari Dua Pria      

Dante melirik ke Giorge, dan Giorge juga melirik sekilas ke Dante. Keduanya saling melirik dan berkedip beberapa kali.      

"Aku… aku akan menerima apapun keputusannya asalkan Rea bahagia. Karena aku tak suka melihat Rea sedih." Giorge menjawab lebih dulu. Rupanya dia bisa merasakan dilematis Andrea bukan karena sang Cambion mencintainya begitu besar.      

Giorge sudah mempersiapkan hatinya berkeping-keping seandainya nanti Dante akan memberikan jawaban sesuai dengan ego lelaki pada umumnya.      

Semua orang terdiam mendengar jawaban dari Giorge. Kini mereka menantikan suara dari pihak Dante.      

Dante yang tau dirinya tengah ditunggu, mulai bicara setelah mendesah singkat. "Hahh~ baiklah." Ia menjeda bicaranya beberapa detik. "Pastinya aku akan menjadi pria super egois jika bersikukuh menginginkan Andrea hanya untuk diriku saja. Iya, kan?"      

Semua masih diam menunggu kelanjutan dari Dante meski mereka sudah mulai menebak apa kalimat Dante selanjutnya.      

"Aku akan terima jika memang poliandri adalah solusi terbaik untuk kita semua. Maksudku… kami bertiga." tegas Dante.      

Andrea menatap tak percaya ke suami pertamanya. Benarkah itu Dante? Dante yang biasanya posesif? Dante yang akan mengamuk jika Andrea disentuh lelaki lain?      

Nyonya Cambion masih ingat bagaimana posesifnya Dante sewaktu mereka berdua berada di dalam alam pribadi milik Pangeran Djanh. Bagaimana murkanya Dante saat Andrea dilecehkan oleh siluman babi.      

Bahkan Dante sanggup membantai siapapun yang berniat mesum tak senonoh pada Andrea di alam tersebut.      

Kini, pria posesif itu… bersedia berbagi Andrea dengan pria lain?      

Andrea dan semua yang di ruangan itu tidak mengetahui jika Dante sebelumnya sudah mendapatkan transmisi suara dari King Zardakh yang menceritakan berbagai perjuangan Giorge dalam melindungi Andrea.      

Berdasarkan cerita dari transmisi suara King Zardakh, Dante mulai berpikir jernih dan akhirnya sampai pada konklusi bersedia Andrea menjalani poliandri.      

Betapa pun Dante tidak bisa menerima Giorge, nyatanya… lelaki Vampir itu telah berkali-kali menyelamatkan Andrea. Mana mungkin Dante bisa mengabaikan fakta itu?      

Maka, dengan hati teriris, Dante pun mengijinkan Giorge turut mencintai dan memiliki Andrea bersama-sama dengan dia.      

"Yeah!" King Zardakh bersuara memecah keheningan usai keputusan dari Dante. "Karena semua masalah sudah terselesaikan dan semua pihak sudah saling menerima keputusan dan sama-sama bahagia dengan keputusan itu, maka tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi, bukan?" Sang Raja Incubus menatap kedua menantunya bergantian.      

Dante dan Giorge sama-sama mengangguk meski mungkin dalam hati masing-masing masih ada ganjalan yang kurang memuaskan. Namun, mereka berusaha menahan diri demi Andrea.      

"Sudah waktunya Ivy keluar dari kelas." Giorge menoleh ke jam di pergelangan tangannya. "Aku akan menjemput dia dulu." Tuan Vampir lantas menoleh ke istrinya.      

Andrea mengangguk memberikan persetujuan.      

"Kapan Jo selesai jam sekolah?" tanya Dante ke Andrea.      

"Dia… biasanya dia langsung ikut kegiatan klub begitu jam sekolah kelar." Andrea menyahut suami pertamanya.      

Astaga… kini Andrea benar-benar memiliki dua suami dalam kurun waktu bersamaan!      

"Setiap hari? Apakah Jo setiap hari mengikuti kegiatan klub?" Dante kembali bertanya ke istrinya.      

Sang istri mengangguk mengiyakan. "Dia sudah macam gila klub. Apapun klub olah raga dan bela diri akan diikuti oleh anakmu itu. Huft! Apalagi sekarang dia begitu pintar menjawab omelanku!" Andrea seolah sedang curhat dengan sang suami.      

Dante terkekeh. Kemudian dia mengecup kepala istrinya.      

Jika dulu Andrea curhat melalui media gelang Malachite, kini tidak perlu lagi karena sudah bisa mengatakan langsung di depan orangnya.      

Giorge sempat melihat adegan manis keduanya ketika dia hendak pergi keluar dari mansion. Hatinya perih, namun dia sudah bertekad akan melakukan apapun asalkan Andrea bahagia.      

Meskipun Giorge secara samar bertanya-tanya di dalam hatinya apakah Andrea masih mengingat Dante saban mereka bercinta, namun ia kini sudah tidak perlu perduli lagi akan rasa penasaran itu.      

Yang kini harus dia pikirkan adalah… mengatakan kenyataan mengenai Dante pada putri kecil kesayangannya.      

Akankah Ivy marah jika mengetahui akan Dante?      

Tapi… Ivy masih sangat kecil. Tidak mungkin bocah manis itu marah jika tau ibunya punya suami lain selain ayahnya, bukan?      

.     

.     

.     

"Hoi, Cambion buluk, lo bilang ada hal penting nyuruh aku datang ke rumahmu, emang apaan sih hal pen—" Revka sudah datang ke mansion Andrea dan kalimatnya terhenti seketika saat mata indahnya mendapati sosok yang sangat dia kenali. "DANTE?!"      

Pangeran Djanh yang berdiri di belakang istrinya hanya bisa tertegun heran.      

Selanjutnya, hanya ada adegan Revka menangis tersedu-sedu di dada sang sepupu tanpa bisa dihalau Andrea. Bahkan Pangeran Djanh pun diam membiarkan saja itu terjadi.      

Toh, sang istri sudah tidak memiliki hasrat pada Dante lagi. Pangeran Djanh yakin Revka hanya memiliki hasrat padanya saja.      

Keyakinan diri Pangeran Djanh yang begitu besar memang patut mendapatkan acungan jempol karena itu memang benar seratus persen. Revka memang sudah tidak memiliki hasrat seksual pada Dante sedikit pun.      

Revka sudah lama move on dari Dante. Hati dan tubuhnya sudah ia persembahkan pada Pangeran Djanh saja.      

Usai Revka menuntaskan tangis bahagianya, mereka pun mulai bercerita satu sama lain.      

"Kamu harus liat anak-anakku, Dan!" ucap Revka penuh semangat. "Anak-anakku semuanya keren dan elit!"     

"Jadi lu mo bilang, anak gue kagak keren, kagak elit, gitu Mpok?" Andrea tunjukkan wajah kusut ke Revka.      

"Bukan aku yang ngomong gitu, loh yah!" Revka berkelit.      

"Tapi omongan elu kan mengarah ke sono, dodol!" seru Andrea tak mau kalah.      

Maka, beberapa belas menit harus terlewati dengan perdebatan tak jelas antara Andrea dan Revka.      

Dante hanya bisa tersenyum canggung melihat dua wanita yang duduk di sisi kanan dan kirinya sibuk bertengkar dengan dia berada di tengah-tengahnya.      

Pangeran Djanh terkekeh sembari berikan tatapan penguatan ke Dante. Seakan dia ingin berkata pada Dante bahwa dia sudah terbiasa mendapati posisi seperti Dante sekarang ini.      

Dante juga tidak mengira bahwa Andrea dan sepupunya bisa seakrab itu tanpa dia ketahui. Padahal dulu, Revka sempat berbuat jahat ke Andrea dengan mengumpankan Andrea pada sekelompok pria di sebuah klub malam saat Andrea berada dalam masa kritis menginjak usia tujuh belas tahun.      

Ahh… mengenang jaman itu… membuat Dante mau tak mau mengenang akan kebersamaan dia dengan Andrea sewaktu di alam pribadi Pangeran Djanh.      

"Astaga, ternyata masih ada pertengkaran anjing dan kucing di sini." Tiba-tiba saja King Zardakh muncul di ruangan itu.      

"Siapa yang anjing?"     

"Elu! Elu pantesnya anjing. Gue yang kucing!"     

"Cambion bedebah! Enak saja kau samakan aku dengan mukamu!"     

"Maksud lo… muka gue muka anjing, gitu?!"     

"Kau sendiri yang mengakuinya, loh! Hahaha!"      

"Nephilim sialan!"     

"Hoi, suamimu juga Nephilim, tolol!"     

"Iya, dan dia juga sama sialannya ama elo, kampret!"     

"Hoi! Kenapa kau samakan aku dengan suami keduamu?!"     

"Bacot!"     

"Ladies… ladies… bisakah kalian berhenti?" Pangeran Djanh terpaksa menginterupsi pertengkaran mulut kedua wanita tersebut.      

"Apa?!" Andrea dan Revka menyahut dengan nada gahar ke Pangean Djanh.      

Sang Pangeran Incubus tidak menjawab dan malah menunjuk ke arah King Zardakh.      

"Ada apaan, Beh? Ngapain kau ke sini lagi?" tanya Andrea masih kesal akibat adu mulut tak jelas dengan Revka.      

"Ayah… Ayah hanya ingin menawarkan bulan madu untuk kau dan Dante saja. Yah… anggap saja itu liburan menyambut pulangnya Dante."     

"Bulan madu?"     

"Berdua?"     

"Kenapa? Kalian tidak mau?"      

"MAU!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.