Devil's Fruit (21+)

Hamil Lagi



Hamil Lagi

0Fruit 507: Hamil Lagi      

Kehidupan Andrea makin terasa damai dan sejahtera. Semuanya terasa lebih harmonis dan tenang. Ini meliputi kehidupan pekerjaan Andrea, dan juga kehidupan rumah tangga dia bersama Giorge dan kedua anaknya.     

Ia lega melihat putra sulungnya sangat menyayangi adiknya meski berbeda ayah. Bahkan, sepertinya Jovano tampil protektif untuk adik perempuannya.     

Ivy kecil tumbuh begitu menawan. Dia sangat manis, imut, seperti boneka yang mempesona sekaligus menggemaskan. Tak akan ada yang menyangkal mengenai itu.     

Setiap Andrea membawa anak bungsunya ke tempat publik, banyak orang yang akan menoleh, dan para wanita akan berseru memuji Ivy.     

Nyonya Cambion tidak lagi memperlakukan Ivy, si bungsu, seperti dia memperlakukan Jovano dulunya. Ia tidak mengurung Ivy hanya karena rasa takut dan khawatir akan para vampir yang akan menyerang sewaktu-waktu.      

Andrea mempercayai bahwa kerabat di sekitarnya pasti akan membantu dia untuk menjaga anak putrinya yang bagaikan boneka Jepang.      

Meski Andrea tak terlalu suka anaknya dipegang orang asing, tapi dia tak tega menolak setiap ada ibu-ibu yang sangat terpukau dengan imutnya wajah boneka Ivy dan ingin menyentuh sedikit pipinya.     

Terkadang, jika mereka sedang bepergian berempat, Ivy akan menjadi pusat perhatian orang-orang, terutama kaum ibu. Mereka akan terpikat oleh pesona imut Ivy dan sibuk memujinya.     

"Aduh, imutnya!"     

"Lihat, wajahnya mirip boneka!"     

"Ough... Pipinya sangat menggemaskan! Kuharap putriku memiliki pipi montok imut seperti ini!"     

"Ah, dia benar-benar sangat cantik!"     

"Yah, wajar saja. Lihat, ibunya pun sangat cantik. Itu sudah menjadi genetik mereka, hihi!"     

"Ah, ya! Kau benar! Ibunya pun sungguh cantik. Pantas saja anaknya semanis ini!"     

"Ya! Kau benar! Nyonya, apakah kau asli orang Jepang?"     

Andrea gelagapan ketika sedang menggandeng Ivy yang kini sudah berusia tiga tahun. "Ah, anu... Saya asli dari Indonesia."     

"Indonesia? Benarkah?"     

"Wah, tidak disangka perempuan Indonesia secantik ini!"     

"Tapi bukankah perempuan Indonesia biasanya berkulit coklat?"     

"Ah, kau ini terlalu melihat ke Bali, ya kan? Mentang-mentang kau biasa ke sana untuk berlibur!"      

Andrea cuma bisa tersenyum canggung. Kebetulan kulit tubuh dia memang tidak secoklat wanita Indonesia pada umumnya. Kulitnya sangat putih mirip orang Korea.     

Jovano dan Giorge yang biasanya menyingkir ke samping, hanya bisa saling pandang ke arah ibu-ibu yang mengerumuni Andrea dan Ivy.     

Mereka berdua sudah terlalu biasa melihat kejadian seperti itu.     

"Poppa, haruskah lain kali kita kerudungkan paper-bag ke Ivy?" Jovano berujar putus asa.     

Giorge terkekeh mendengar celetuk dari putra tirinya. "Jangan ngawur, jagoan. Bukankah dulu kau juga sering menjadi pujaan para ibu-ibu di sekolah Kindergarten kamu?"     

"Ah, Poppa... Rupanya kau sudah tau pesonaku saat itu." Jovano berlagak narsis. Giorge makin tergelak.     

Tak lama, Andrea berhasil keluar dari kerumunan ibu-ibu usai mendaftarkan Ivy ke sebuah Kindergarten yang tidak terlalu jauh dari area rumah.     

Keduanya berhasil mencapai ke spot Giorge dan Jovano yang menunggu di dekat mobil. "Wuih! Emang susye yee kalo anak gue artis!" Andrea terkekeh sambil menggendong Ivy.     

"Asal kau tidak memanfaatkan Ivy untuk kepopuleran kamu sendiri, Mom!" Jovano menimpali sambil masuk ke mobil.     

Andrea sudah mendelik ke putranya, tapi Jovano cuma julurkan lidahnya dengan ekspresi menggoda sang ibu.     

Saat ini, usia Jovano sudah mencapai sembilan tahun lebih. Ia berjarak enam tahun lebih dengan adiknya, Ivy.      

Semakin bertambah umur, Jovano makin pintar meledek ibunya dalam banyak kesempatan. Bahkan, kerabat mereka berseloroh bahwa yang bisa melawan Andrea hanyalah Jovano saja.      

"Apa setelah ini jadi berbelanja?" tanya Giorge sambil membantu Andrea masuk ke mobil dan memangku Ivy.     

Ivy suka di depan. Dia suka mengamati jalanan. Dia biasanya tidak tenang jika duduk di belakang walaupun memakai belt khusus balita. Maka dari itu, Andrea mengalah dan tetap di depan agar bisa memangku Ivy.     

Terkadang Jovano yang di depan bersama dengan Ivy jika perjalanan mereka tidak terlalu jauh. Giorge bagaimana pun tidak akan membahayakan anak-anaknya.     

Sekarang usia Ivy sudah tiga tahun. Jovano sudah sembilan tahun. Seharusnya mereka berjarak sekitar lima tahun saja. Namun, dikarenakan Ivy yang terlalu lama di dalam perut Andrea, maka keduanya pun memiliki jarak enam tahun.     

Mereka berempat berpuas-puas berbelanja harian sekaligus belanja untuk kebutuhan sekolah Ivy.     

Kegiatan berbelanja sangat menyenangkan bagi Ivy. Dia menyukai suasana hiruk-pikuk dan terang di sana sini, sekaligus udara sejuk di gedung perbelanjaan yang besar. Apalagi ia banyak menemukan benda-benda berwarna-warni cerah mencolok mata dan menarik perhatian Ivy yang sedang berada dalam Golden Age.     

Setelah puas belanja, mereka kembali ke mansion. Andrea dan Giorge mulai keluarkan barang-barang belanjaan dari dalam bagasi mobil, dan selanjutnya barang akan diangkut oleh butler Iblis yang dipekerjakan melalui ayah Andrea, Tuan Raja Zardakh.     

Kenzo pun selalu membantu jika mereka selesai berbelanja.     

"Ndreaaaa!" Shelly menyambut Andrea dengan wajah penuh sumringah.     

"Kenapa, Beb? Tumben amat segitu girangnya liat aku? Kayak kita gak ketemu seabad aja?" Andrea curiga setelah dia dipeluk Shelly. Pasti ini ada apa-apa.     

Kenzo hanya melirik penuh arti sambil menenteng belanjaan di kedua tangan.     

Shelly dekati telinga Andrea untuk berbisik, "Aku isi lagi!"     

"HUAPPAAHH?!" Andrea seketika menoleh kaget sambil tatap lekat wajah sahabat dekatnya. "Mlendung lagi?!" seru Andrea langsung saja dihadiahi cubitan gemas oleh Shelly pada pinggang.     

"Jangan keras-keras, napa?" Shelly protes. Dia masih terlalu malu untuk mengungkapkan kehamilannya. Wajahnya sudah merona malu.     

"Halah! Ngapain bisik-bisik, sih? Bikinnya aja kenceng-kenceng suaranya, giliran jadi malah ngasih taunya bisik-bisik."     

"Ndreaaaa!" Shelly makin gencar menyerang pinggang sahabatnya dengan cubitan lebih kejam.      

"Aduduuhh, ahaha!" Andrea malah terbahak.     

"Apaan, sih Mom?" Jovano menatap bingung ke ibunya sambil dia menggandeng adiknya sebelum masuk ke dalam mansion.     

"Ah, enggak. Anak kecil gak bakalan paham!" Andrea kibas-kibaskan tangan ke Jovano bermaksud mengusir bocah itu agar masuk segera ke dalam.     

"Apanya yang perlu dihebohkan dengan kehamilan Aunty Shelly?" Jovano berbicara enteng.     

"What?! Kok ini bocah udah tau?!" Andrea mendelik.     

Jovano memutar bola matanya. "Please, Mom. Aku sudah tau sejak usia dedek di perut Aunty sudah sebulan. Apa yang perlu dihebohkan tentang itu? Mom, kadang kau ini terlalu berlebih-lebihan kalau merespon sesuatu."     

Andrea dan Shelly tertegun. "Wait! Gimana bisa kamu udah tau sejak janin Aunty Shelly usia sebulan?" Andrea menatap penuh selidik ke sulungnya.     

"Hu-um! Aunty aja ini baru periksa pake alat setelah si dedek masuk ke bulan ketiga." Shelly tak kalah herannya dengan Andrea.     

Bagaimana bisa Jovano sudah mengetahui mengenai perut Shelly yang telah berisi kehidupan baru?     

"Uncle Ken tau juga kok sejak itu." Jovano menjawab dengan santai sambil melangkah masuk ke dalam rumah bersama Ivy, meninggalkan Andrea dan Shelly terbengong di teras depan.     

Segera Shelly tersadar. Ia mencari suaminya. "Keeenn!!! Awas kamu, yah!!!"      

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.