Devil's Fruit (21+)

Pecah!



Pecah!

0Fruit 504: Pecah!      

Jovano sudah duduk di sofa ruang tengah, dikelilingi para orang dewasa. Gavin di sebelah dia duduk santai sambil menggoyang-goyangkan kaki kecilnya sembari meminum susu instan yang diberikan ibunya.     

"Sejak kapan kamu punya kekuatan kayak gitu, Jo?" tanya Andrea penuh selidik.     

Jovano melirik ibunya sebentar. Menghela napas sebentar, lalu angkat bahu acuh tak acuh. Inilah yang tidak dia sukai jika dia memperlihatkan kekuatan dia di depan ibunya. Hasilnya sudah bisa ditebak, Andrea akan ribut menanyai dia.      

Terbukti, kan?     

"Jo!" Andrea gemas. Super gemas. Dia tak menyangka mendapati lagi kekuatan Jovano yang baru. Atau... dia saja yang tidak tau selama ini akan berbagai kekuatan milik sang anak?      

Giorge sentuh lengan istrinya agar tenang. "Jangan terlalu didesak begitu, Rea. Nanti Jo malah tak mau menjawab."     

"Trus gue musti gimana cara nanyanya?!" Nyonya Cambion pelototi suaminya sebagai pelampiasan. "Apa gue sambil pijitin kaki dia, lalu nanya dengan suara merdu merayu mengiba-iba ala loli Jepang, getoh?"     

"Jo ternyata punya kekuatan yang hebat, yah!" Suara lembut Shelly langsung menginterupsi ketegangan dari suara Andrea.     

"He-em." Jovano tersenyum ke Shelly. "Makasih, Aunty."     

Andrea mendelik.     

"Sejak kapan tuh kamu bisa sehebat itu, sayank?" Shelly masih menanya, ditambah dengan senyum hangatnya terkembang manis di wajahnya.      

"Sejak lama, Aunty." Jovano lancar menjawabnya. Ia merasakan nyaman dan tenang hanya dari menatap senyum sang bibi, sahabat ibunya. Dalam hati, Jovano berharap sang ibu bisa selembut Shelly jika bertanya.      

Andrea mendelik dan ternganga. Ia memijit pelipisnya. "Dia anak gue bukan, sih? Kenapa kagak mau jawab gue?!" raung Andrea kesal.     

"Mungkin karena Shelly pakai pertanyaan yang tepat, Rea."     

"Pertanyaan bebeb sama persis ama gue, kampret!" sembur Andrea ke Giorge yang tertawa canggung. Ia sudah lupa pada janji untuk memanggil yang sopan pada suaminya.      

"That's because you didn't ask me nicely and properly, Mom." Jovano menyahut santai.     

"Bedanya apa, Jo?!" Andrea masih tak terima.     

"Use a nice tone, please. I am a vurnerable and sensitive guy. Hatiku ini lembut, Mom. Be gentle to me, please," imbuh Jovano.     

Andrea makin mendelik tak percaya. Ia tak tau harus menjawab apa. Baru kali ini dia mati kutu. Ya, dia kerap mati kutu jika berdebat dengan Jovano.     

"Mungkin Jovano memang sukanya nada kalem, Ndre..." Shelly jadi tak enak hati sendiri.     

Andrea putar kepalanya lalu memijat tengkuknya. "Ya udah, kalian yang tanya-tanya ke dia aja, gih! Gue capek, mo istirahat." Ia pun melenggang ke arah kamarnya diikuti sang suami.     

Shelly dan Kenzo saling berpandangan. Andrea memang sedang masa sensitif dengan kehamilan besarnya. Dia jadi mudah tak sabar. Apalagi dari dasarnya juga Andrea sosok yang berbicara lantang dan lugas apa adanya.     

"Ma, Kakak Jo malah punya senter di tangannya, loh!" Gavin kecil menyeletuk. "Kak, Kak Jo, tunjukkin senter Kakak Jo."     

Jovano pun menengadahkan telapak tangan kanannya ke atas, lalu tak sampai dua detik di telapak tangan itu muncul seberkas cahaya putih terang walau hanya berbentuk seperti kumpulan halogen.     

Kedua pelayan Iblis langsung saja tiarap. Kenzo juga keluar keringat dingin.     

Shelly bingung memandang ketiganya. "Eh, ada apa? Kenapa kalian?" tanyanya heran.     

Jovano lekas hilangkan cahaya ala halogen tadi.     

"Itu... Itu..." Salah satu pelayan Iblis sampai tak bisa melanjutkan omongan.     

"Itu apa, sih?" Shelly makin penasaran.     

Suaminya pun menjawab, "Itu... Cahaya Surgawi, sayank."     

Shelly miringkan kepala tambah bingung. "Kenapa Jo bisa punya kekuatan it—ahh! Bapaknya kan punya darah Malaikat!"     

Kini jelas sudah asal-usul kekuatan cahaya di tangan kanan Jovano.     

Dua pelayan Iblis termangu mendengar bahwa ayah Jovano memiliki darah Malaikat. Kenapa keluarga ini begitu ajaib?!     

Dalam hati dua pelayan itu, mereka saling berikrar satu sama lain bahwa mereka takkan sudi jadi musuh Jovano, apapun yang terjadi!     

"Emang kenapa dengan Cahaya Surgawi tadi, Ken?" Shelly masih butuh penjelasan.     

Kenzo tersenyum gemas ke istrinya. Ia cubit hidung Shelly. "Itu kekuatan langka yang dipunyai Malaikat, yang sangat ditakuti para Iblis. Hanya Malaikat tertentu saja yang mempunyai kekuatan itu."     

Dua pelayan Iblis yang masih syok dan berlutut di lantai menambahkan, "Bahkan kekuatan api hitam neraka milik Tuan Muda Jovano... Tidak sembarang Iblis bisa memilikinya."     

Shelly memekik pelan. "Heh?!" Ia menutup mulutnya menggunakan tangan, tak menyangka Jovano mempunyai dua kekuatan langka dari dua dunia yang sama sekali berbeda.     

Kenzo bertanya-tanya, apakah ini yang dahulu ditakutkan para Nephilim, sehingga memburu Jovano saat masih dalam kandungan?     

Kekuatan Cahaya Surgawi mampu melenyapkan makhluk apapun di dunia manapun. Itulah sebabnya hanya Malaikat tertentu di hirarki tertinggi yang memilikinya. Sedangkan api hitam neraka, itu pun kekuatan spesial milik Raja Iblis yang diberkahi.     

Dan Jovano memiliki keduanya.     

Astaga.     

Tak lama, muncul Myren bersama Ronh. Dan beberapa menit selanjutnya, Revka dan Pangeran Djanh juga hadir. Semuanya datang ke Vila Andrea.     

"Kami mencium aroma pertempuran beberapa waktu lalu." Myren siaga dan menatap sekeliling Vila.     

Rupanya tadi para vampir memblokir semua bau mereka dari pihak luar dan mengurung Vila dengan blokiran itu.     

Emanuela sungguh kuat karena blokiran itu sampai tidak terdeteksi Myren dan yang lainnya, sampai Emanuela dan anak buahnya berada jauh dari Vila, barulah blokiran itu terbuka dan bau para vampir dari bekas abu mereka di depan Vila Keyaki tercium oleh Myren dan lainnya.     

"Tadi kami kedatangan gerombolan vampir." Kenzo menceritakan semua, seluruh kejadian, termasuk dengan kekuatan Jovano yang sangat membantu mereka.     

Pangeran Djanh acungkan jempol ke Jovano. "Nice shot, Jo!"     

Jovano tersenyum girang.     

Myren mengelus dagunya. "Tak disangka, ponakanku bisa punya kekuatan sangat menakjubkan begitu." Ia pun tatap ke Jovano sebelum menghampiri dan berjongkok di depan sang ponakan. "Keponakan aku ini hebat sekali, aiihh!" Ia menggusak rambut Jovano, gemas.     

"Aunty, jangan mengacak rambutku. Aku sepagian ini susah payah mengaturnya dengan jelly!" protes Jovano yang kian membuat gemas Myren.     

"Memangnya kau mau pergi kencan, apa? Pakai jelly segala untuk rambut, hahaha!" Myren masih saja gemas pada keponakan istimewanya.     

Revka menatap haru ke Jovano. Ia lega semua di Vila ini selamat. Bahkan si bocah yang menyelamatkan nyawa ibunya. Itu sungguh melegakan dan mengharukan.     

Revka langsung menerawang ke langit-langit, seolah sedang menatap jauh di atas sana menembus langit-langit Vila. 'Dante, andai kamu liat betapa hebat anakmu. Andai kamu di sini... Hghh...'     

"Kira-kira Tuan Raja Zardakh mengetahui tentang kekuatan Tuan Muda Jovano tidak, yah?" Ronh berkomentar penuh tanda tanya.     

Myren menatap suaminya. "Aku akan menanyakannya kalau bertemu dia nanti."     

"Kurasa Beliau pasti sudah tau," celetuk Pangeran Djanh.     

"Grandpa cuma tau tentang api hitam," sahut Jovano. "Grandpa belum tau yang cahaya," imbuhnya.     

Semua pun manggut-manggut.     

Tiba-tiba, dari arah kamar Andrea, Giorge sudah membopong istrinya keluar kamar dengan sikap panik. "Air ketuban Andrea pecah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.