Devil's Fruit (21+)

Tetap Berhasrat



Tetap Berhasrat

0Fruit 501: Tetap Berhasrat     

Apalah daya Andrea yang kini sudah dikurung oleh hawa napsu dia sendiri yang mulai bangkit perlahan dan pasti akibat kelakuan nakal suaminya.     

Tak perlu waktu lama hingga semua pakaian mereka berdua sama-sama menghilang dari tubuh mereka walaupun itu bukan karena sihir, namun karena renggutan Giorge.     

Andrea tak habis pikir, Giorge sungguh tetap bernapsu padanya meski dia kini sudah sebuncit ini perutnya. Seks mereka masih saja hampir setiap hari. Itu pun Andrea sudah menolak dengan alasan kadang kurang mood.     

Yah, ibu hamil itu sangat moody.     

Kini, setelah keduanya telanjang, Giorge pelan-pelan sisipkan dua bantal di bawah pinggang belakang Andrea agar dia bisa lebih leluasa menenggelamkan penisnya di liang sang istri.     

"Urrfhh..." Andrea mendesah ketika benda panjang tegang itu melesak masuk.     

Tak perlu menunggu bermenit-menit bagi Giorge untuk mulai memacu penisnya meski tidak bisa seberingas biasanya. Walau dia punya keyakinan janin di dalam perut Andrea kuat, namun ia tak tega dan kuatir Andrea tak nyaman jika terlalu agresif.     

Maka, Giorge lebih banyak main soft saja. Lebih lembut dan perlahan walau tetap intens.     

Selain menstimulasi G-Spot Andrea menggunakan ujung penisnya, Giorge juga menggoda klitoris sang istri dengan usapan jarinya.     

Tentu saja itu membuat Nyonya Cambion mengerang keras dan terus merintih sebelum akhirnya menyerahkan cairan miliknya membasuh batang pusaka suaminya di dalam sana.     

Setelah itu, Giorge tak mau berhenti. Ia belum merasa apa-apa. Perjalanan masih jauh.     

Giorge pun miringkan tubuh Andrea, sedangkan dia sendiri juga berbaring miring di belakang Andrea.     

Selanjutnya pasti sudah bisa ditebak, penis itu ditenggelamkan kembali ke vagina melalui belakang.     

Satu kaki Andrea di angkat agar lebih memudahkan penis Giorge menghujam dalam-dalam di vagina meski dengan ritme santai dan lembut seperti sebelumnya.     

Untung saja penis Giorge tergolong panjang atau lupakan saja gaya seperti itu.     

Dan tangan nakal Giorge kembali menyerang klitoris Andrea. Sang Nyonya sungguh paling menyerah bila area itu disentuh.     

Dengan satu kaki diletakkan di pinggul Giorge, Andrea terus merintih keras ketika klitorisnya terus diusap-usap hingga lagi-lagi dia menyerah.     

Wajahnya memerah. Tenaganya mulai menipis.     

"Gio... haaghh... aaghh... capek. Capek..." Andrea mengatur napas sebaik-baiknya.     

"Tahan sebentar Rea honey..." bisik Giorge di belakang telinga Andrea. "Aku belum keluar."     

"Dasar kampret!" rutuk Andrea antara kesal dan takjub. Tapi mau bagaimana lagi? Dia harusnya paham, ras vampir itu sex maniac, sama seperti Incubus.     

Akhirnya, Andrea pasrah ketika dia dibantu Giorge bangun dan bertumpu pada lututnya di kasur, lalu dua tangan berpegangan pada kepala ranjang, membelakangi Giorge.     

"Aaangghh..." Andrea tak sadar mengerang erotis ketika penis besar panjang itu sudah ditenggelamkan kembali ke liang spesial miliknya.     

Tubuh Andrea kembali berayun-ayun pelan dan damai. Dua tangan Giorge terkadang bertengger di tepi pinggang Andrea, kadang pula bercokol di payudara montok istrinya.     

"Anghh! Dasar... kamuuhh! Aangghh...!" Andrea agak menoleh ke belakang untuk melirik suaminya dan mengumandangkan protes.     

"Sshh..." Bisikan Giorge membelai telinga Andrea dari belakang. "Ini aku sedang memberikan nutrisi bergizi untuk anak kita..."     

Andrea meneguk ludah, terdiam. Rasanya... dia pernah mendengar ini...     

Dante...     

Seketika, rasa rindunya menyeruak seenaknya saja di benak Andrea. Air matanya nyaris jatuh jika dia tidak lekas alihkan pikiran ke hal lain.     

Dante sudah selesai. Ia adalah masa lalu dari Andrea. Sekuat apapun Andrea menolak kenyataan, tetap saja Dante sudah tak mungkin ada lagi.     

Menghapus cepat air mata di pelupuk mata, Andrea memfokuskan diri pada apa yang tengah terjadi saat ini.     

Saat ini dia sedang dimanjakan suaminya. Dari awal hingga kini, Giorge terus memberikan kasih sayang luar biasa pada Andrea. Giorge selalu sabar dan menunggu Andrea untuk mau membuka pintu hati untuknya.     

Pria vampir itu sangat sabar dan telaten menyelipkan cinta sedikit demi sedikit terus-menerus tanpa henti ke Andrea hingga akhirnya Andrea sudi memberikan kesempatan pada Giorge.     

Bahkan semua kerabat dekat dan sahabat Andrea terus menyemangati agar Andrea tidak perlu takut jatuh cinta lagi. Terlebih mereka mulai percaya Giorge sungguh lelaki yang baik.     

Terlepas bahwa dia adalah golongan vampir.     

Tak apa.     

Kata King Zardakh, "Semarakkan keluarga besar kita dengan berbagai ras!"     

Ya, ya, semarak, yah? Lihat saja nanti kalau anaknya menikah dengan pohon bonsai atau siluman cacing. Iiiiyyuuhh~     

Tepat dua jam pergumulan mereka, Giorge pun melontarkan peluru cairnya banyak-banyak.     

Apakah pria itu perfeksionis? Sehingga harus tepat dua jam?     

Andrea sudah ingin pingsan saja.     

-0-0-0-0-0-     

Keesokan paginya, Andrea mengatakan pada pelayan bahwa mereka akan sarapan pagi di vila kakaknya, Myren.     

Myren juga sudah di hubungi dan menyatakan siap menjadi tuan rumah makan pagi.     

Meski begitu, mereka baru muncul di Vila Katsura milik Myren jam sembilan waktu setempat.     

"Sori, anak-anak susah dibangunin," kilah Andrea ke Myren.     

"Yang benar, nih? Anak-anak susah bangun atau orang tuanya pada sibuk semalaman?" Myren mengerling menggoda Andrea dan Shelly.     

Andrea masih bisa tergelak santai, namun tidak demikian dengan Shelly yang langsung merah padam.     

"Ke-Kenzo maksa..." Suara Shelly bagai bunyi cicitan saking lirihnya.     

Gavin, sang bocah pun menoleh ke ibunya, "Papa maksa apa ke Mama? Apa Papa jahat ke Mama?" tanya bocah itu lugu ke Shelly.     

Sang ibu kontan saja gelagapan. Karenanya, Gavin menatap sengit ke arah ayahnya yang bingung lalu menangis sambil memukuli kaki sang ayah.     

Para orang tua dilema, ingin tertawa atau terharu melihat Gavin.     

Shelly buru-buru menenangkan anaknya yang 'salah paham'. Kenzo juga turut membujuk sang anak dengan berbagai bahasa tersamar dan berbunga-bunga.     

Acara makan pagi pun terselamatkan. Gavin kembali ceria dan sibuk dengan bocah sebayanya. Dia asik bermain dengan Jovano, Vargana, dan Voindra yang masih sangat imut.      

Siang hari, para ayah membawa anak-anak ke tempat ski. Sedangkan para ibu menuju ke spa.     

Kegiatan hari itu sungguh menyenangkan.     

Ketika malam menjelang, keluarga Andrea dan Shelly ganti mengunjungi Pondok mewah milik Pangeran Djanh dan Revka. Mereka akan santap malam di sana.     

Suasana tetap saja meriah. Para bocah lelaki seperti biasa, saling berceloteh bermain bersama meski Shona si Puteri manis bersikeras tak mau ikut bergabung. Dia sudah terlalu lengket dengan ayahnya.     

Nak, semoga kau tidak tertular penyakit mesum akut ayahmu, yah!     

Semua menikmati waktu dengan baik. Berbincang, bercanda, saling meledek, hingga akhirnya ketika jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Andrea dan yang lainnya harus pamit pulang.     

"Kau besok siang temani aku belanja, yah jelek!" Revka tak lupa meneriakkan itu sebelum Andrea masuk ke mobilnya.     

"Iya, iya, Mpok ndut!" balas Andrea santai sambil masuk ke mobil dan turunkan kaca jendela.     

"Eh, aku nggak ndut, loh yah!" sangkal Revka sengit sambil melotot galak ke Andrea.     

Sang Cambion terbahak kecil. "Gendut, kok! Tanya aja lakik elo! Bubaaaiii!" Ia pun lambaikan tangan ke Revka yang kesal.     

"Enggak! Aku nggak ndut! Iya, kan Djanh?!" Ia tatap tajam suaminya.     

Pangeran Djanh tersenyum canggung.     

Revka makin curiga. "Aku enggak ndut, ya kan Djanh?! Jawab, dong!" Ia menghentakkan kakinya saking kesal karena sang suami tidak lekas menjawab.     

Pangeran Djanh hanya ingin mengutuk Andrea saja saat ini. "Enggak, baby hunny~ coba nanti aku periksa menyeluruh, oke?" Ia kedipkan satu mata genit ke sang istri.     

Revka mendengus, tau apa maksud suaminya.     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.