Devil's Fruit (21+)

Bantuan Tak Disangka-Sangka



Bantuan Tak Disangka-Sangka

0Fruit 418: Bantuan Tak Disangka-Sangka     

Ketiganya lekas tutup pintu sebelum para Vampir anyar itu mencapai rumah.     

Tiba-tiba dari luar terdengar suara tawa keras dari Vaux. "Hahaha!"     

"Bangsat lo!" seru Andrea sambil sibuk palangkan kayu besar seadanya ke pintu. "Lo penipu bangsat!"     

Vaux terbahak. "Hah! Bukankah aku sudah tepati janji untuk kembalikan mereka? Hahaha!"     

"Tapi kagak dalam bentuk Vampir, bajingan!" teriak Andrea, frustrasi. Apakah penduduk lainnya selamat, atau...     

"Bwahaha! Kau hanya ingin mereka kembali, kan? Tanpa menyebutkan dalam wujud apa! Wuahaha!" Vaux tertawa puas.     

Ini sudah benar-benar terlambat untuk meminta Kenzo membawa mereka ke Underworld. Nyonya Cambion pun pasti takkan mau jika dibawa pergi dari sana karena dia mengkhawatirkan keselamatan penduduk lainnya.     

Andrea rasanya ingin menangis. Apakah dia dan semua yang ada di rumah ini akan mati malam ini? Kini dia sungguh menyesali sudah membuang kekuatannya.     

Ternyata air mata sudah deras mengaliri pipinya. Dia panik seraya pandangi Shelly dan Jovano. Keduanya sangat rentan dan lemah. Jika dia masih bisa menggunakan kekuatan melempar, dan Kenzo bisa pakai energi Iblisnya, tapi Shelly dan Jovano tak bisa apa-apa. Lain kali dia harus pakai otaknya dibanding egonya.     

Kekuatan, memang dibutuhkan! Apalagi untuk melindungi orang-orang yang kita sayang. Andrea, betapa bodohnya kau waktu itu!     

"Hei, heiii... ternyata kau bisa mewek juga, heh?"     

Tiba-tiba terdengar suara di ruangan itu.     

"Revka!" Andrea segera usap air matanya saat mendapati ada Revka dan Pangeran Djanh yang sudah ada di ruangan tersebut secara ajaib. Ia langsung menerjang Revka, memeluk tanpa ragu. "Baru kali ini gue seneng liat elu, nek!"     

"Eh, setan! Berani-beraninya kau panggil aku 'nek'!" jerit Revka tak terima. "Aku pulang aja deh kalo gini!"     

"NOOOO!" Andrea makin mempererat dekapannya ke mantan musuhnya. "Iya, Revka cantik, paling cetar, paling mempesona! Lalala... lilili... di sini aja, jangan kabur!"     

"Enak aja kabur!" Revka masih kesal.     

"Lah, kan barusan mo pergi. Sama aja kabur, dong!"     

Revka mendorong dahi Andrea. "Kabur ama pulang itu beda jauh, goblok!"     

"Iya, deh iyaa~ gue goblok gakpapa, yang penting lu di sini! Djanh!" Andrea ganti memeluk Djanh yang baru saja bicara dengan Kenzo. "Jangan pergi, yah!"     

Nyonya Nephilim dengan kejam tarik Andrea agar terlepas dari tubuh suaminya. "Gak usah gatelin suami orang!"     

"Sudah, sudah, aku jadi tak enak diperebutkan begini..." Pangeran Djanh mencoba menengahi.     

"KAGAK!" Andrea dan Revka serempak meneriaki Pangeran Djanh.     

Brakk! Braakk!     

"Astaga, mereka benar-benar tidak memberi kita waktu untuk mengobrol sebentar, yah!" Pangeran Djanh terkekeh mendengar suara dobrakan di pintu depan akibat ulah para Vampir anyar ciptaan Vaux.     

"Anakmu mana, Cambion begok?" tanya Revka pada Andrea.     

"Di kamarnya. Aman, sih kalo di sana." Andrea tak keberatan dicemooh macam apapun oleh Revka, asalkan mereka bisa selamat malam ini.     

Malam ini saja.     

"Ayo, Kenz... kita bersenang-senang malam ini." Pangeran Djanh tersenyum diagonal pada Panglima milik Raja Zardakh.     

Kenzo mengangguk dan bersiap bila pintu dijebol dari luar.     

Bruaakk!!!     

Benar saja, pintu sudah ditembus oleh kekuatan para Vampir yang seakan kelaparan. Kenzo dan Pangeran Djanh maju menyerang.     

Andrea melindungi Shelly yang terus memegangi perut besarnya. Sedangkan Revka sudah maju pula menggunakan tenaga Nephilim-nya menghalau para Vampir ganas yang agresif.     

Vampir jenis ini bukan seperti yang anggun elegan di film-film. Karena mereka ciptaan dari Vampir tua berusia ratusan tahun seperti Vaux. Vampir baru yang dibangkitkan masih rakus dan seperti monster wujudnya, serta tidak punya kendali diri.     

Sebenarnya Andrea tak tega Pangeran Djanh dan Kenzo membantai para Vampir anyar. Bagaimanapun, Andrea mengenal baik mereka semua sebelum mereka berubah. Bahkan ketika Nyonya Grant maju hendak menerjang dia, Andrea hanya menutup mata saking tak teganya. Nyonya Grant sering memberinya makanan enak dan selalu ramah padanya dan Jovano.     

Swoosh!     

"Heh, tolol! Kau melamun apaan? Kalo emang pengen mati, mendingan aku tak ke sini!" Revka baru saja menyelamatkan nyawa Andrea, membakar habis tubuh Nyonya Grant yang sudah menjadi Vampir monster.     

Andrea mati-matian menahan air matanya. Ia sungguh tak tega melukai semua yang menyerang rumahnya. Walau ia tau hal demikian adalah bodoh. "Gue... mereka... mereka..."     

"Puteri! Mereka sudah kehilangan jiwa manusianya! Sadarlah dan kuatkan hatimu, Puteri!" Kenzo meneriaki anak junjungannya, berusaha menyadarkan Andrea.     

Revka paham sekarang apa yang menyebabkan Andrea ragu-ragu menyerang para Vampir. "Heh, goblok! Mereka bukan lagi manusia! Kagak bakal inget siapa kamu! Ngerti?!"     

Andrea usap cepat air mata dan mengangguk. Benar, dia harus kuatkan hati karena yang di hadapannya saat ini bukan lagi penduduk yang pernah berinteraksi dengannya namun monster yang berhasrat membunuh dia dan semua yang ia sayang di sini.     

Maka, ketika datang lagi satu Vampir beringas ke arahnya, Andrea bulatkan niat dan kibaskan tangan sehingga Vampir itu pun terbang menabrak dinding. Revka segera melanjutkan dengan membakar habis tubuh yang baru saja terpuruk di lantai.     

Shelly sudah mundur ke kamarnya sendiri. Dia meremas perutnya. Wajahnya memucat. Berusaha duduk di tempat tidur, sedangkan di luar kamar riuh suara pertempuran. Nafasnya semakin cepat, peluh sudah meleleh di sekujur tubuh. Ia melirik ke area bawah tubuhnya. Basah kuyup.     

Air ketubannya pecah.     

Gadis itu segera tertatih naik ke ranjangnya. Ia meremas kuat bantal yang mulai basah terkena keringat.     

Andrea sibuk melempar para Vampir yang ingin menerjang ke arahnya dan ingin masuk ke kamar yang berisi Jovano.Kadang dia melemparkan potongan kayu untuk ditancapkan ke jantung Vampir sehingga bisa mematikan bagi mereka.     

"Groaahh!" Seorang vampir beringas ingin maju menerjang ke Andrea.     

Andrea hendak kibaskan tangannya ketika dia melihat bahwa itu... Jordan. Lelaki yang kemarin sering mendekatinya, kini telah memiliki wujud buruk ala monster. Gigi taringnya bagai serigala lapar.     

Nyonya Cambion sudah tak ada waktu lagi untuk bersedih. Ia pun terpaksa kibaskan tangan kuat-kuat ke Jordan yang membuat lelaki itu melambung dan ditangkap oleh bola energi dari Revka yang segera menghanguskan pemuda itu.     

Andrea berpikir cepat. Jika Jordan sudah dijadikan vampir, maka... jangan-jangan seluruh penduduk pun sudah berubah menjadi vampir? Ia mengutuk segala macam kutukan pada Vaux.     

Wanita Cambion itu menoleh ke belakang. Shelly tak ada! Ia panik. Apakah dia terlalu sibuk hingga tak sadar Shelly hilang. Namun, lamat-lamat dia mendengar suara erangan di kamar Shelly.     

Melesat cepat, Andrea masuk ke kamar Shelly. Ia makin panik karena ternyata Shelly dalam kondisi siap melahirkan. "Duh~ gimana ini?!" Andrea jadi bingung. Dia yang biasanya menolong persalinan binatang ternak, kini malah mendadak linglung.     

Andrea mencoba fokus pada Shelly, mencoba berpikir cepat. Pastinya persalinan manusia dan hewan tak jauh beda, bukan?     

Berbekal sugesti tersebut, Andrea pun bertindak sigap. Ia lucuti celana basah Shelly, tumpuk bantal di punggung sahabatnya. Ia buka dua paha Shelly yang kian keras mengerang kesakitan.     

"Ndreee! Heenghh!"     

"Iya, Shel! Ayo, berjuang! Bisa! Pasti bisa!" Andrea mengenggam erat satu tangan Shelly. "Ayo, gue bantu. Jangan kuatir!"     

Kenzo mendengar suara erang sakit Shelly, dia segera mencari istrinya. Namun, setelah tau ada Andrea bersama Shelly, dia lega. Tapi, tetap saja dia tegang karena ternyata istrinya akan melahirkan. "Apakah Puteri bisa menanganinya?"     

"Bisa, Zo! Udah! Lu mendingan ngurusin Vampir aja! Biar gue urus Shelly! Jangan lupa lindungi anak gue!" teriak Andrea 'mengusir' halus pengawalnya.     

Kenzo mengangguk walau masih cemas melihat Shelly tampak kepayahan. Terpaksa dia kembali ke 'medan perang'.     

Rupanya Vampir monster ini begitu beringas serta kuat ingin memangsa siapapun yang ada di rumah Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.