Devil's Fruit (21+)

Menapaki Padang Gurun Es



Menapaki Padang Gurun Es

0Fruit 573: Menapaki Padang Gurun Es     

Cuaca dingin ekstrim di Alam Schnee sungguh luar biasa mengejutkan tubuh mereka semua. Beruntung mereka menelan pil dan juga memakai baju hangat tebal dari bulu Beast sehingga tidak perlu ada insiden seseorang berubah menjadi patung es.      

Myren terus memimpin perjalanan bagi tim-nya yang berjumlah seribu lebih. Ia tidak mungkin mendirikan sebuah tempat di area seperti ini. Daerah ini merupakan gurun es dari sebuah danau beku yang luas.      

Oleh karena itu, Myren tidak berani mengambil resiko berhenti melangkah.      

Bahkan, Myren menyuruh semua orang untuk berbaris berjejer, tidak mengular ke belakang tapi menyamping.      

Ini untuk meminimalkan terjadinya retakan danau es. Hanya sekedar antisipasi.      

Jika barisan mengekor ke belakang, maka es di titik itu akan terus menerus mendapatkan tekanan dari pijakan berulang kali. Tapi jika berbaris berderet menyamping, maka hanya akan terjadi sekali atau dua kali pijakan pada danau es.      

Meski Myren tidak tau ketebalan es di tempat itu, namun ia tidak ingin mengambil resiko apapun, terutama jika di situ terdapat keluarga dan rekan-rekan prajuritnya.      

"Mama, masih lama kah?" Terdengar seruan dari Voindra. Wajah seputih gioknya berubah merah karena dingin dan juga keluarnya tenaga.      

"Sabar, Voi. Ini mungkin sebentar lagi akan menemukan daratan." Ibunya berteriak tanpa menoleh ke belakang. Myren berjalan paling depan sendiri sebagai pemimpin tim.      

"Ma, aku sudah capek..." Voindra cemberut. "Pusing..." Ia menambahkan keluhan.      

Myren paham apa yang dirasakan oleh anaknya. Udara dingin ekstrim memang memiliki banyak efek bagi tubuh mereka yang terbiasa di hawa panas. Salah satunya adalah kepala pusing karena berkurangnya udara.      

"Ronh, tambah aliran hawa panas iblismu ke Voi." Myren memberi perintah ke suaminya.      

"Baik, Jenderal!" Ronh bersikap profesional. Saat ini, dia adalah Panglima dari kesatuan pasukan Myren, bukan lagi suami, maka ia tak mungkin bertingkah layaknya suami pada istri. Namun, jika menyangkut anak, dia tetap akan selalu menjadi seorang ayah.      

Andrea menoleh ke samping kiri dimana ada Voindra, keponakannya. "Voivoi, apa kamu pengin istirahat di Cosmo?" tawar Sang Cambion.      

Putri Mahkota Kerajaan Orbth itu memang membawa semua perlengkapan dia, termasuk ikat pinggang dunia Alam Cosmo.      

Voindra tersenyum cerah mendengar tawaran dari bibinya.      

"Jangan, Voi." Segera, suara Myren tegas mengalun. Ia menoleh ke belakang sambil tetap berjalan di padang es tersebut. "Voi harus merasakan pelatihan ini dan menjadi kuat. Ronh, panggul dia di pundakmu."      

"Siap, Jenderal!" Ronh lekas mengangkat tubuh putrinya di bahu bagai memanggul bocah cilik. Padahal Voindra sudah berusia 7 tahun. Tapi ayahnya begitu mudah mengangkatnya seakan sedang memanggul guling saja.      

Voindra bernapas lega dan tersenyum lebar. Ia sudah terlalu mendapatkan kenyamanan hidup, oleh karena itu, berada di tempat ekstrim seperti Alam Schnee merupakan sebuah kesengsaraan bagi dia yang terbiasa manja.      

Jovano melirik ke kanan, ke arah Gavin yang berjalan bersisian dekat dengan dia dan Kenzo. "Gav, kau baik-baik saja?" Ia sengaja bertanya pada Gavin karena siapa tau bocah yang seumur dengan Voindra itu juga mengalami lelah dan pusing.      

Gavin meski wajahnya merah padam, dia tetap tersenyum pada Jovano. "Aku baik-baik saja, Kak Jo. Jangan khawatir. Aku ini tangguh seperti Ledo!" Ia menyebutkan salah satu karakter dari anime Mecha (robotic) yang berusia 16 tahun dan berambut perak. Itu adalah idola bocah 7 tahun ini.      

Jovano terkekeh. Ia lega Gavin mau menderita begini demi lebih kuat nantinya. Ia mengangguk sambil acungkan jempol pada sahabat terdekatnya yang sudah dianggap bagai saudara sendiri.      

"Tuh Voi, kau kalah kuat dengan Gavin," ledek Vargana pada adiknya yang duduk nyaman di bahu sang ayah, Ronh. Si sulung masih berjalan mantap, membayangkan dirinya bagai Lara Croft sedang berpetualan di Antartika.      

"Huh!" Voindra mendengus sambil naikkan dagunya bagaikan putri bangsawan Eropa. Yah, meski dia memang seorang putri bangsawan... dari kaum Iblis. "Lady ini tidak perlu bersusah payah mengayunkan kakinya."      

Vargana terkekeh sambil menyeringai. Adiknya memang jauh berbeda dari dia.      

Sedangkan di sisi Gavin, Kenzo tersenyum penuh bangga pada anaknya yang meski masih kecil namun mau berjuang menempa dirinya. Meski ada darah bangsawan kecil yang mengalir pula di tubuh Gavin, tapi bocah itu tidak manja dan tidak cengeng.      

"Kuro sayank, Shiro sayank... kalian baik-baik saja? Ingin tambah pil penahan dinginnya?" Andrea menoleh ke duo anak angkat hybrid dia.      

Shiro menggeleng, sedangkan Kuro berkata, "Mama, aku takkan kalah dari kalian para orang dewasa. Aku ini sangat kuat seperti Mama. Jangan khawatir, Ma!"      

"Syukurlah kalo gitu..." Andrea lega dan melepas senyum hangatnya ke duo bocah hybrid. Ia melirik Dante hanya untuk menilik kondisi suami pertamanya. Tapi dia yakin Tuan Nephilim masih bisa bertahan. Ia juga melirik ke suami kedua dan yakin cuaca dingin begini tidak berpengaruh banyak pada Tuan Vampir.     

"Kyu, Bree... kalian baik-baik saja?" Nyonya Cambion tidak lupa bertanya pada kedua anggota inti dia.      

"Aku masih bisa bertahan, Noni Putri." Kyuna, si siluman rubah ekor sembilan menjawab riang sambil mempererat genggamannya pada suaminya, Rogard.      

"Aku tetap baik-baik seperti biasa, Nyonyaku." Sabrina si Macan Sabertooth ganti menjawab pertanyaan dari majikannya.      

"Bree, kalau kamu mo nyusui anak-anakmu, bilang yah! Aku akan masukkan kamu ke Alam Cosmo sebentar nantinya." Andrea mengingatkan karena Sabrina memang masih menyusui 7 anak-anak generasi kedua dia.      

"Jangan khawatir, Nyonyaku. Aku pasti akan mengatakan pada Nyonyaku jika sudah waktunya menyusui mereka." Sabrina menoleh ke Andrea sambil berjalan bersisian dengan Noir.      

Sebenarnya kalau 7 bocah singa kecil itu dikatakan generasi kedua tidak terlalu tepat, karena Sabrina sudah pernah memiliki anak, namun terbunuh oleh seekor ular jahat di awal pertemuan dia dengan Andrea dulunya di alam milik Pangeran Djanh.      

Tapi, agar memudahkan dan sekaligus menghilangkan memori buruk Sabrina, mereka menyebut 5 bocah itu generas pertama dan 7 bocah sesudahnya sebagai generasi kedua. Sedangkan seekor anak yang dimakan oleh ular raksasa jahat dinamakan generasi pendahulu.      

"Nyonya, kenapa kau tidak menanyaiku?" Keluhan terdengar dari sisi Noir. Itu adalah Gazum. Ia tidak dalam wujud aslinya yang besar, namun menyusutkan diri menjadi setengah saja untuk mengurangi beban di atas danau es. Walau begitu, ia memanjangkan kakinya agar tidak kewalahan menyamai langkah dengan yang lain.      

"Hi hi hi... Kakek Gazum sudah lelah?" Kuro menyahut secara jahil seperti biasanya. "Ingat, Kakek jomblo, kalau kau pingsan, maka kami akan jadikan kau burung panggang!"      

"Kwaarkkk!" Gazum terkejut hingga dua sayapnya terbentang dan dikepak-kepakkan secara panik. Mata besarnya mendelik ketakutan.      

"Kuro sayank, jangan takut-takuti Gazum, dong. Kasihan sudah tua..." Andrea elus pipi putri hybrid-nya.      

"Kwaarrkk! Nyonya... aku ini masih termasuk muda belia! Lihat, Raja Heilong jauh lebih tua dariku..." keluhnya.      

"Hei, hei, burung manja... jangan bandingkan aku yang kuat ini dengan burung kecil lemah sepertimu!" Raja Naga Iblis Heilong mendengus keras pada Gazum sekaligus memberikan tohokan kalimat yang membuat si Rajawali Angin rasanya menyesal ikut pelatihan ini.      

Gazum rasanya ingin kembali ke Alam Cosmo saja dan bertengger damai sentosa di dahan pohon favoritnya di depan pondok Cosmo. Ohh, mendadak... Gazum sudah merindukan dahan besar pohon itu.     

Setelah berjalan selama tiga jam lebih, akhirnya Myren melihat sebuah daratan. Ia yakin itu daratan meski tertutup salju. "Ada daratan!" serunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.