Devil's Fruit (21+)

Sampai di Depan Kerajaan Vampir



Sampai di Depan Kerajaan Vampir

0Fruit 688: Sampai di Depan Kerajaan Vampir      

Hagemori Karin, ibunda dari Giorge, membawa rombongan kecil Andrea, jauh melesat ke sebuah arah.      

Mereka mengabaikan udara dingin yang sangat menggigit tulang. Apalagi mereka adalah dari ras Iblis yang lebih terbiasa dengan api, bukan es.      

Andrea mampu menyelubungi tubuhnya dengan tenaga api spesial. Jovano pun demikian. Mungkin karena dia merupakan anak dari sang Cambion.     

Namun, Dante mulai merasakan dingin yang keterlaluan merambat ke dalam tubuhnya, berusaha menaklukkan sang Nephilim, membuat kepala Dante menjadi pusing.      

Andrea melirik ke arah suami pertamanya. Ia menduga ada sesuatu terjadi dengan Dante.      

Apalagi, Giorge berkata, "Rea, sepertinya Dante mendapat serangan cold shock."      

Karena Andrea tau bahwa Dante tidak sepenuhnya memiliki darah Iblis dari dirinya sendiri, melainkan pemberian dari sang ayah, berbeda dengan Andrea yang memiliki darah Iblis dari awal meskipun itu dikatakan setengah.      

Menyadari bahwa Dante bisa dalam kondisi yang berbahaya, Andrea dan mendekat ke suami pertamanya dan menggenggam tangan Dante, menyalurkan tenaga hangat dari sana untuk Tuan Nephilim.     

Setelah beberapa detik, wajah Dante mulai kembali pada ronanya dan tidak dalam bahaya lagi. Mereka pun meneruskan terbang cepat ke sebuah tempat.      

Ternyata tempat yang dikatakan sebagai markas atau kerajaan dari ras vampire adalah di sebuah lembah yang mempunyai air terjun berwarna merah darah.      

"Tempat ini kah?" tanya Myren setelah rombongan kecil itu berhenti terbang dan melayang di udara, agak jauh dari air terjun darah tersebut.      

Andrea dan yang lainnya menatap air terjun berwarna darah yang tampak sangat kontras dengan putihnya salju di sekitar itu.      

"Apakah ini… yang dikatakan sebagai Blood Falls Antartic?" tanya Jovano dengan mata mengernyit. Ia agak mengetahui informasi unik ini sebelumnya ketika dia mempelajari mengenai benua Antartika.      

Hagemori Karin menggeleng. "Itu berbeda dengan ini. Yang kau sebut itu merupakan air terjun di bagian depan benua dan bisa dicapai oleh manusia. Namun ini… kita sekarang sudah jauh ke dalam benua dan udara di sini… mungkin sudah hampir yang paling dingin."     

Myren mengeluarkan sebuah alat yang berbentuk pipih, tidak terlalu besar dan alisnya terangkat semua ketika menatap alat itu. "Suhu di sini minus tujuh puluh derajat celcius! Lebih dingin ketimbang di Alam Schnee."     

Andrea melihat alat itu dan dia geleng-geleng takjub. "Dan ini dikatakan belum termasuk musim matahari terbenam, yah! Ck ck ck…"      

"Di musim matahari terbenam, suhu bisa mencapai minus sembilan puluh derajat celcius. Itu sangat buruk bagi kalian, tapi termasuk biasa untuk kami bangsa vampire." Karin memaparkan.     

"Jadi… di mana kerajaan vampire berada?" tanya Myren pada Karin.      

Wanita bermuka oriental itu menunjuk ke air terjun merah darah itu. "Di balik air terjun itu. Dan di bagian bawah kerajaan, adalah tempat Ivy dikurung. Salah satu informanku sudah memberitau aku tentang itu."     

"Dasar pengkhianat tidak tau diri!" teriak Emanuela yang masih tergulung dalam cambuk duri api yang dibawa Myren.      

"Sshh… bocah, jangan banyak bicara atau kau akan kehabisan darah. Kau tidak ingin tersiksa lebih banyak, ya kan?" Myren menepuk-nepuk kepala Emanuela agak keras, membuat si vampire cilik sangat geram dan melotot tajam ke Myren.      

Namun, Myren malah terkekeh dan mengabaikan Emanuela untuk berkata, "Ayo kita segera menyusup masuk, dan lihat apakah perlu memusnahkan banyak vampire atau tidak."     

Baru saja mereka sedang mendekat ke air terjun untuk masuk ke dalamnya, ternyata langkah mereka sudah dihadang oleh ratusan vampire yang sepertinya itu merupakan penjaga kerajaan.      

"Apakah mereka tetua seperti si cilik ini?" tanya Myren pada Hagemori Karin.      

Ibunda Giorge menggeleng. Mereka hanya prajurit penjaga biasa, namun sepertinya tingkatnya lumayan tinggi, bukan serdadu rendahan. Tetua lainnya pasti sedang berurusan dengan Ivy."     

"Kalian harus mati karena sudah berani melukai Tetua Emanuela!" teriak salah satu prajurit vampire dengan wajah marah dalam wujud asli yang mengerikan, mirip monster.      

"Begitukah? Aku rasa kalian justru harus bangga karena tetua cilik kalian yang imut ini tertangkap oleh aku, jenderal salah satu kerajaan iblis terkuat di Underworld." Myren menyeringai angkuh.      

Iblis di mana pun memiliki kesombongannya sendiri-sendiri.      

Ratusan serdadu vampire bergerak maju ke arah Andrea dan yang lainnya.      

Andrea dkk sudah siap bertarung habis-habisan. Jumlah mereka memang kalah banyak dibandingkan para serdadu vampire di depan mereka.      

Tapi, karena ini sudah mereka teguhkan sebagai niat untuk menyelamatkan Ivy, apapun yang terjadi, mereka harus tetap mengerahkan segala upaya, menebas rasa takut ataupun ragu.     

Ketika serdadu vampire hampir mencapai Andrea dan yang lainnya, dari arah langit di atas saja terdengar bunyi gemuruh seolah langit sedang diruntuhkan.     

Ternyata itu adalah kemunculan Raja Naga Iblis Heilong dalam wujud naga hitam raksasanya.      

Raja Naga Iblis Heilong membawa beberapa orang di punggungnya. Ada Kuro dan Shiro, Revka, Pangeran Djanh, Shona, King Zardakh, serta kedua panglima dan Weilong.     

"Kenapa kalian ke sini?" teriak Andrea setelah pertempuran berhenti mendadak dikarenakan kemunculan Raja Naga Iblis Heilong yang terasa megah dan mendominasi.      

"Untuk membantu kalian, tentu saja! Apalagi?" King Zardakh mengangkat bahu bagai acuh tak acuh saja. "Kebetulan Heilong sudah bosan di medan sebelumnya dan ingin jalan-jalan ke sini!"     

Andrea dan Myren memutar bola mata mereka. Sudah jelas itu hanya alasan mengada-ada saja dari ayah mereka yang terkenal ahli berkelit menggunakan kata-kata.      

"Hei! Kenapa kalian berhenti menyerbu?" tanya Pangeran Djanh pada para serdadu vampire tadi. "Ayo, lanjutkan saja, mari kita bersenang-senang!" Ia terkekeh meremehkan.      

Para serdadu vampire bagai diingatkan dan mereka pun meneruskan serbuan mereka ke Andrea dan semua yang masih di -atas tanah, berusaha tidak memedulikan orang-orang yang ada di punggung Raja Naga Iblis Heilong.     

"Aww… kalian mengabaikan kami ini?" Pangeran Djanh masih berlagak dengan muka sedih dan meremas dadanya. "Aku jadi patah hati."      

Serdadu vampire tidak menggubris ucapan sindiran Pangeran Djanh dan tetap bertempur melawan Andrea dan yang lainnya.      

"Heilong, turunlah sebentar, tapi setelah itu kau harus tetap di atas saja jangan terlalu terbang rendah membawa Shona berjaga di sini," titah sang raja Zardakh.      

Raja Naga Iblis Heilong tentu saja patuh dan mulai menurunkan tubuh raksasanya agar semua orang di punggung dia bisa turun, kecuali Shona.      

"Kitty, kau berjagalah di sekitar Shona, oke?" Pangeran Djanh memberi nasehat ke istrinya.      

"Tsk! Tidak usah kau suruh juga aku sudah akan begitu, bodoh!" Revka mendengus dan tetap siaga di bawah Raja Naga Iblis Heilong.      

Weilong segera terbang mendekat ke Jovano, membantu bocah remaja itu untuk bekerja sama menghadapi banyak vampire yang menyerbu secara ganas.      

"Jenderal, lebih baik kau tidak bertarung. Pergilah ke Raja Naga Iblis Heilong." Kenzo mengusulkan demikian yang diangguki Ronh ketika mereka sudah mendekat ke Myren.      

Jenderal wanita itu menggeleng tegas. "Aku akan tetap di sini."     

"Baiklah, kalau begitu, biarkan kami menjagamu agar kau bisa terus mengawasi vampire cilik ini."      

"Oke, aku mengandalkan kalian berdua untuk menjagaku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.