Devil's Fruit (21+)

Mengunjungi Kastil Drakula



Mengunjungi Kastil Drakula

0Fruit 726: Mengunjungi Kastil Drakula     

Zoen pun rubuh ke tanah dan merasakan lututnya berubah menjadi kaku, tak bisa digerakkan.      

Belasan vampire lainnya juga mulai paham, siapa sosok di depan mereka ini.      

Iblis. Ternyata mereka harus apes dan berhadapan dengan iblis, salah satu entitas level tinggi yang akan dengan mudah mengalahkan vampire.      

Pangeran Djanh masih menggeram dengan wujud yang lebih mengerikan dari yang ditampilkan Zoen. Ia terpaksa menurunkan dua kaki sang istri untuk benar-benar menghadap ke arah gerombolan vampire.     

Segera saja para vampire itu ketakutan. Diceritakan oleh leluhur mereka, bahwa iblis sangat kuat dan akan mampu membunuh vampire dengan hanya jentikan jari saja.     

Berdasarkan cerita turun temurun saja sudah sanggup membuat lutut mereka semua lemas, tidak bisa bergerak, apalagi kabur.      

Mereka adalah vampire-vampire yang masih muda, masih minim pengalaman bertempur, hanya keluar untuk bersenang-senang sesuka hati di daerah yang diklaim sebagai kekuasaan mereka.     

Tidak mengira bahwa mereka akan bertemu sosok mengerikan seperti Pangeran Djanh.     

"Maafkan kami! Maafkan kami!" seru salah satu vampire sambil berlutut.      

Zoen bahkan menyeret dirinya menjauhi Pangeran Djanh dan cairan urin dia tersebar di tanah, ikut terseret olehnya. "Maafkan aku, Tuan Iblis! Maafkan atas ketidak tahuan aku bahwa Yang Mulia Tuan Iblis datang!" Ia nyaris menangis saking takutnya.      

Zleepp!     

Dalam dua detik berikutnya, tenggorokan Zoen sudah ditembus oleh sesuatu, dan hal itu masih bersarang di leher Zoen, mengakibatkan dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.      

"Sungguh membosankan kalau hanya mendengar minta ampun kalian, dasar makhluk busuk!" geram Pangeran Djanh.      

"Krrh … errkkhh … hrrkkhh …" Zoen memegangi lehernya yang berlubang di depan, berdarah terus sambil dia merasakan adanya makhluk kecil yang kini merayap turun dari leher menuju ke bawah dan mengebor di dalam dadanya hingga mencapai jantung untuk memporak-porandakan organ vital vampire tersebut.      

Dalam sekejap, Zoen berubah menjadi kabut darah, tepat di depan rekan-rekan genk-nya.      

Gerombolan vampire itu semakin meraung ketakutan, menjerit-jerit dan ada beberapa yang sudah kencing di celana seperti Zoen sebelumnya.      

Malahan, satu vampire berpikir, kondisi lutut lemas mereka adalah ulah dari Pangeran Djanh menggunakan kekuatan magis. Dengan begitu, mereka tidak akan bisa kabur dari sana, hanya menunggu eksekusi atau kemurahan hati sang pangeran.      

Yang mana?     

"Kalian … BERISIK!" raung Pangeran Djanh sambil lepaskan banyak makhluk kecil seperti yang dia tanam pada leher Zoen tadi ke leher masing-masing vampire hingga mereka seketika tercekik, tak bisa bicara.      

Kini, mereka tidak perlu lagi penasaran kenapa Zoen bisa tercekik, susah bicara dan akhirnya mati menjadi kabut darah. Mereka semua mengalaminya satu demi satu. Menggelepar kesakitan di tanah sebelum akhirnya berubah jadi debu merah.      

Yah, mau bagaimana lagi? Pangeran Djanh adalah iblis yang sudah terbiasa bertindak kejam dan licik. Tidak mungkin dia memberikan pengampunan pada pihak yang sudah mengganggu keasikan dia dengan sang istri, dan bahkan berani menatap mesum istrinya.      

Itu adalah sebuah kartu mati bagi mereka. Straight way to the hell! Tidak perlu berbelok-belok lagi, langsung diberi jalan mulus dan lancar bagai jalur tol.     

Setelah mengeksekusi para vampire, Pangeran Djanh pun berbalik kembali ke sang istri setelah mengubah wajahnya setampan biasa. "Maaf, my kitty dear … mungkin tadi aku menakutimu."     

"Menakutiku? Bagian mana?" Revka bertanya.      

"Err … bagian aku mengubah wajahku."      

"Ohh, itu … kalau itu kan aku sudah tau kau memang sejelek itu aslinya, untuk apa aku ketakutan?" ucap Revka sambil berjalan santai ke arah hutan.      

Pangeran Djanh tersenyum kalah, sang istri paling bisa kalau membuat dia terangsang meski sedang menghinanya begini. Di hadapan Revka, sang pangeran Incubus itu pun mendadak menjadi masokis.      

Tidak perlu diceritakan apa saja kelakuan dua orang itu di dalam hutan, kan? Hanya beberapa bunyi lenguh ambigu sebelum akhirnya tak lama akan terdengar jeritan putus asa lalu bunyi lenguh itu akan terdengar tak lama kemudian dan akan ada jeritan lainnya.      

Begitu terus semakin keduanya masuk ke dalam hutan.      

Sedangkan pihak Myren dan Ronh, mereka sengaja bergerak ke dalam Kastil Bran, ingin menyelidiki di sana.      

Sebagai sebuah bangunan yang sangat diminati para pelancong yang amat penasaran dengan cerita mengenai Count Dracula dan para pemburu hantu untuk sekedar melakukan uji nyali, Kastil Bran sungguh sebuah daya magnet kuat.     

Biasanya para pemandu wisata akan menggiring para pelancong untuk meninggalkan bangunan tua bersejarah yang masih kokoh dan terawat itu ketika hari mulai petang.      

Namun, jika ada kegiatan khusus yang sudah disepakati, maka akan ada beberapa orang yang diperbolehkan tetap bertahan di sana setelah para pelancong pergi.      

"Apa kau merasakan sesuatu yang mencurigakan di sini, honey?" tanya Ronh sambil berbisik.      

"Ya, aku seperti merasakan sebuah medan aneh dan juga … aura tajam yang pekat dan kelam. Apa kau tidak merasakannya?" Myren juga berbisik untuk menjawab suaminya.     

"Sedikit. Sepertinya kau lebih peka untuk itu." Ronh jujur, mengakui.      

"Oh, astaga!" seru seseorang ketika dia melihat Myren dan Ronh ada di salah satu lorong kastil. "Kenapa kalian masih di sini?"     

Myren lekas menguasai diri dan berkata, "Kami … kami sepertinya tertinggal dari rombongan kami." Ia menambahkan cengiran tanpa dosa.      

"Dia bohong, Pak. Dia sengaja tetap tinggal denganku karena kami masih penasaran dengan legenda Tuan Dracula di sini, dan kami berencana untuk tetap di sini, siapa tau arwah Tuan Dracula bersedia menampakkan diri di hadapan kami, ha ha ha…" Ronh malah sengaja berkata demikian, seolah sedang membuka rencana nakal mereka.      

"Ohh! Ha ha ha." Orang itu juga ikut tertawa. "Saya adalah petugas yang menjaga tempat ini. Dan saya rasa, saya tidak bisa membiarkan kalian tetap di sini malam ini."     

Myren dan Ronh saling bertatapan, lalu sang jenderal pun menampilkan wajah memohon. "Tolong, Pak, biarkan kami semalam saja di sini. Saya mohon, Pak. Ini adalah kunjungan pertama kami dan besok kami harus kembali ke negara kami, jika begini saja, tentu tidak akan memuaskan rasa penasaran kami."     

Akting Myren tidak buruk, sehingga petugas itu pun luluh dan mendesahkan napas sebelum akhirnya berkata, "Baiklah, baiklah. Duh, kalian ini sungguh menyusahkan saya, apalagi jika sampai bos saya mengetahui saya membiarkan dua turis bermalam di kastil, saya bisa dipecat."     

"Asalkan Anda tidak mengatakan pada bos, tentu tidak akan ada masalah bagi Anda, ya kan, Pak?" Myren tersenyum nakal, bagai anak kecil yang membujuk temannya untuk makan lebih banyak permen dari yang dibolehkan ibunya.      

"Baiklah, kalian menang." Petugas itu mengibaskan tangannya dengan wajah pasrah. "Silahkan berkeliling, namun kuminta, jangan masuk ke lantai empat atau ke bawah tanah, oke?"      

Myren menatap petugas penjaga kastil dengan tatapan beku sejenak, seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu ia pun mengangguk. "Baiklah, kami paham. Tidak ke lantai 4 dan ruang bawah tanah."     

Sepeninggal penjaga tersebut, Myren menyeringai ke suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.