Devil's Fruit (21+)

Trik Para Vampir



Trik Para Vampir

0Fruit 715: Trik Para Vampir      

Selang beberapa menit setelah kemunculan Hagemori Karin, muncul sebuah gumpalan di langit, itu adalah kabut merah pekat yang perlahan menghilang dan menyisakan beberapa sosok berpakaian serba hitam melayang di langit, tidak jauh dari atap mansion Andrea.      

"Pengkhianat!" teriak salah satu sosok itu yang sepertinya sangat kuat karena dia yang memunculkan gumpalan kabut merah berisi para vampire yang kini bertingkah arogan di depan Andrea yang memeluk ibu mertuanya. "Kau harus diseret dan dipenggal seperti suamimu!"     

"Apa hak kalian menyebutku pengkhianat jika kalian membunuh suami dan anakku serta mencelakai cucuku?!" raung Hagemori Karin penuh emosi.      

Seketika, ketua vampire itu menyeringai dan terkekeh, lalu mulai tertawa gila sambil memperlihatkan taring yang tidak begitu panjang. Wajah pucat itu tampak mengerikan.      

"Ha ha ha! Ya, ya… Olivo dan Giorge, kan? Ha ha ha! Mereka pecundang menyedihkan! Apa kabar si budak iblis itu, Giorge? Apakah dia sudah mati? Ahh… sepertinya memang sudah binasa si budak itu karena kau tadi menyebutnya, kan? Ha ha ha! Andai saja aku bisa menyaksikan budak tolol itu mati menjadi kabut! Ha ha ha!" Vampir itu terus menghina Giorge, mengabaikan ada Andrea di sana.      

Jovano yang geram segera merilis tembakan api hitamnya dan segera vampire pongah itu pun bergerak gesit meraih rekannya sebagai ganti dia, dan si rekan pun meledak menjadi debu begitu terkena serangan api hitam Jovano.      

"Ha ha ha! Ternyata kalian hanya kumpulan iblis tolol yang tidak lebih berharga dari kotoran di kakiku!" ejek vampire itu lagi sambil tertawa meremehkan Jovano.      

Rupanya dia memiliki kemampuan tinggi juga hingga bisa memprediksi serangan Jovano yang sebenarnya sudah dilakukan diam-diam.      

"Karin, lekas menyerah pada kami dan kau akan kami permudah untuk menemui suami dan anak tololmu itu di neraka sana." Vampir congkak terus saja menyebut Giorge sebagai budak atau tolol.      

Mana mungkin ini tidak membuat Putri Cambion berang. Meski bagaimanapun, Giorge adalah sosok yang pernah menjadi suaminya dan begitu menyayangi dia dan keluarganya.      

Wuusss! Andrea sudah melonjak cepat di angkasa, hendak meraih vampire itu untuk dia remas dengan tangannya sendiri.      

Sayangnya, vampire itu sudah mengantisipasi gerakan Andrea dan ia telah melesat jauh bersama dengan gerombolannya.      

"Andrea!" seru Dante, terkesiap, tidak menyangka istrinya begitu gegabah melompat maju begitu saja. Ia pun lekas mengejar Andrea daripada ada sesuatu yang buruk menimpa istrinya nanti.      

"Andrea! Dante!"      

"Mama!"      

"Tuan Putri!" Dan Kenzo pun segera melesat menyusul Andrea dan Dante. Ini terlalu tiba-tiba dan mengagetkan. Ia paham karakter impulsif si Cambion, tapi harusnya Andrea bisa lebih tenang, bukannya malah menerjang maju tanpa persiapan begitu.      

Ketika Hagemori Karin hendak menyusul mereka, Jovano melarang. "Jangan, Nek! Tetap di sini!" Lalu ia berteriak pada Kuro dan Shiro agar bersiap-siap.      

Benar dugaan Jovano, tidak sampai lima menit dari melesatnya Kenzo mengejar Dante dan Andrea, muncullah kabut merah lain di udara dan tampak banyak vampire yang turun satu demi satu ke mansion.      

Rupanya Jovano sudah curiga karena vampire yang pertama tadi terus menerus memprovokasi mereka sehingga akhirnya Andrea melesat mengejar.      

Jovano memprediksi ini pasti jebakan. Ibunya pasti sengaja dipancing keluar agar para vampire bisa memasuki mansion.      

Prediksi Jovano benar-benar tajam. Semua terlalu aneh bagi Jovano, karena itu dia menyuruh Karin, Kuro dan Shiro bersiaga.      

"Aunty Shel, pergi dengan Ran, Ivy dan Zizi ke ruang tengah! Hubungi Aunty Myren!" perintah Jovano sambil dia mulai bertarung dengan para vampire bersama Hagemori Karin, Kuro dan Shiro.      

Shelly lekas meraih Zivena, sambil meminta anak bungsunya serta Ivy untuk lekas lari bersamanya ke ruang tengah dan berjongkok di sudut yang sekiranya tersembunyi sambil mengambil ponsel di saku untuk menghubungi Myren.      

"Gav, lindungi mereka!" teriak Jovano pada Gavin yang di sebelahnya.      

Gavin sebenarnya masih ingin bertarung, tapi dia sadar, Shelly dan yang bersembunyi di ruang tengah adalah sosok yang tidak bisa berkelahi. Akan sangat bahaya jika ada vampire yang berhasil menyelinap masuk.     

Putra Kenzo itu pun melesat masuk ke dalam rumah dan melindungi ruang tengah, mengawasi segala arah, tidak ingin kecolongan, agar tidak ada lagi tragedi seperti dulu ketika Ivy diculik.      

Di ruang tengah, Shelly baru saja menghubungi Myren. Setelah itu dia mencoba menghubungi Revka juga, namun tidak tersambung. Panik, dia pun menelepon Shona, berharap bocah perempuan itu mengangkat teleponnya.      

"Ya, Aunty?" tanya Shona di seberang.      

"Sho, tolong kami! Mansion kami diserbu banyak vampire." Suara Shelly gemetar karena dia seketika teringat akan trauma dia dulu di Cordova.      

Setelah itu, telepon di tutup dan Shelly duduk memeluk ketiga bocah dengan wajah gelisah dan ketakutan. Sedangkan Gavin, sang putra berjaga terus di tengah ruangan.      

Benar saja, ada vampire yang lolos bisa masuk ke dalam rumah dan bertemu Gavin.      

Dua orang beda usia itu pun bertarung sengit di ruang tengah.      

Setiap vampire itu hendak menjangkau Shelly dan para bocah cilik, Gavin selalu menyerang menggunakan jarum besar dari elemen bumi dia dan menggerakkannya dengan tenaga mental dia agar vampire menjauh dari ibunya.      

Di taman samping, Jovano menggosok cincin khusus pemberian kakeknya dengan harapan sang kakek segera datang menolong.      

Wzzttt! Wzzttt!      

Myren dan keluarganya datang. Mereka langsung memberikan bantuan di waktu yang sangat tepat ketika Jovano mulai kewalahan.      

Vargana dan Voindra segera masuk ke dalam ruang tengah untuk ikut membantu Gavin mengurus vampire yang masuk ke dalam rumah.     

Bzzttt! Bzzttt!     

Muncul pula Shona dan Zevo tanpa orang tua mereka, mungkin Revka dan Pangeran Djanh sedang ada urusan tersendiri.      

"Hancurkan mereka semua dan cari gadis terkutuk itu!" seru salah satu vampire pada kumpulannya.      

Mendengar itu, Jovano langsung paham bahwa kedatangan mereka ini tertuju pada Ivy. Apakah adiknya hendak diculik lagi dan mungkin diekstraksi karena dulu mereka tidak menuntaskan itu secara sempurna.      

Tidak akan! Jovano tidak akan membiarkan siapapun mencelakai Ivy! Mereka harus melewati mayatnya dulu jika hendak membawa Ivy!      

Bzoommm!     

Muncullah King Zardakh dari ruang kosong dan terkejut melihat kemunculan banyak vampire di mansion putrinya. "Apa-apaan mereka ini? Ingin memulai peperangan melawan iblis seperti dulu?"      

Seorang vampire yang mendengar ucapan King Zardakh pun berteriak, "Tutup mulutmu, Iblis busuk! Kami hanya menuntut keadilan untuk bangsa kami yang banyak dimusnahkan oleh kalian di Kutub Selatan!"     

"Ohh astaga, manis sekali kalian, rupanya sedang menuntut balas? Aku sampai terharu begini." King Zardakh terdengar tulus dibarengi senyum palsunya. "Kemarilah dan akan aku bantu kalian jika kalian merindukan kerabat kalian yang tewas di Kutub Selatan."      

Maka, dengan lambaian tangan King Zardakh, vampire itu tertarik kepalanya hingga ia menjerit kesakitan dan kepala itu pun terlepas terpisah dengan tubuhnya dan melekat ke telapak tangan sang raja yang akhirnya dihancurkan tanpa susah payah oleh si raja.      

Begitu mudahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.