Devil's Fruit (21+)

Menyampaikan Undangan Reuni



Menyampaikan Undangan Reuni

0Fruit 714: Menyampaikan Undangan Reuni     

Ketika Andrea tiba di ruang makan, masih ada Shelly di sana, diam dan tenang menyesap teh hangatnya.      

"Beb…" Andrea sudah selesai mandi dan telah berdandan rapi dengan setelan balzer pakaian kerjanya. Semenjak kelahiran Zivena, Andrea kini memiliki kesadaran untuk tampil feminim, tidak perlu dikejar-kejar Shelly lagi.      

Shelly yang merasa dipanggil pun menoleh. "Ehh, Ndre… udah rapi. Apa ini udah mo berangkat?"     

"Bentar lagi, nunggu Dante pulang ma Shiro. Aku mo bawa Zizi." Andrea berkata dan tidak lama kemudian, terdengar celotehan riang Zivena, berasal dari lantai atas dan kemudian pasti bocah itu sedang menapaki anak tangga.      

"Sekarang Zizi udah bisa diajak ke kantor, yah Ndre." Shelly tersenyum.      

Andrea membalas senyumannya. "Iya, beb, ini beneran memudahkan aku banget. Nggak perlu nyusahin Kyuna lagi. Oh ya, kita belum sempat adakan pesta makan di Cosmo, yah! Duh, padahal aku yang udah janji ke mereka, malah ampe sekarang belum juga terealisasi."     

"Yah, mereka juga pasti ngerti, kok Ndre, kalo kamu itu sibuk banget di sini." Shelly ragu-ragu, apakah dia bisa sodorkan foto undangan reuni untuk Andrea di saat sang Cambion sibuk dengan kehidupan dia di sini?     

"Beb, kayaknya kamu lagi nyimpen sesuatu, deh." Andrea sipitkan matanya. "Aku paling hapal kalo kamu lagi gitu. Gelagat kamu tuh ketahuan, beb."     

Lalu, muncullah Zivena di ruang makan dan berjalan ke ibunya. Ia memakai setelan celana panjang dan kaos longgar. Kepalanya dihiasi pita karet warna merah muda meski rambutnya masih tipis dan belum tumbuh sempurna. Tapi Andrea tetap berikan aksesoris rambut dan kepala untuk putri bungsunya.      

Shelly terdiam sejenak sambil mengulum bibir.      

"Beb, ada apa? Ayo, dong… ngomong…" desak Andrea.      

Karena tak tahan didesak, Shelly pun menyerahkan ponsel yang ada foto undangan reuni.      

Andrea menerima ponsel itu dan bertanya, "Ini apa, beb?"     

"Undangan reuni SMA, Ndre." Shelly berdebar-debar.      

"Undangan reuni SMA?" ulang Andrea menggunakan nada tanya.      

Kemudian, Shelly pun mengulangi apa saja isi percakapan dia dan ibunya mengenai undangan reuni SMA untuk dia dan Andrea.      

"Tapi, beb… aku kan gak lulus SMA, aku keluar dari sana, ya kan?"     

"Tapi nyatanya kamu dapat, kok Ndre."     

"Apa mereka gak salah nulis, nih? Atau jangan-jangan undangannya kelebihan satu dan aku cuma buat genap-genapin doang, yah? Ha ha ha…"     

Shelly ikut tertawa meski garing. "Nggak, Ndre… aku yakin mereka tulus ingin kamu dan aku datang. Gimana?" Ia langsung mengulum dan menggigit bibir bawahnya dengan pandangan penuh harap.     

"Bebeb kayaknya pengin datang, ya kan?" tebak Andrea setelah melihat reaksi Shelly.      

"Tapi… aku gak berani maksa andai kamu nggak pengin datang…" lirih Shelly.      

"Ha ha ha… reaksimu itu, loh beb! Ha ha ha… oke, oke, di mana tadi? Bali, yah? Humm… gak masalah sih, bisa diatur. Masih dua bulan lagi, kan? Oke…" Andrea memeluk sahabatnya agar Shelly lega.      

Shelly memang benar-benar lega mendengar Andrea menyetujuinya. Ia memang sudah lama ingin pergi ke tanah air, sudah kangen dengan kedua orang tuanya. Apalagi mereka juga terus menanyakan Gavin dan Kiran.     

"Nanti kita obrolin lagi tentang ini, yah beb? Tuh, Dante udah datang. Aku mo ke kantor dulu, nanti kita ketemu di Tropiza, oke?" Andrea menangkup pipi sahabatnya.      

Shelly mengangguk disertai senyum lebar penuh kelegaan.      

Siangnya, di jam istirahat kantor, Andrea benar-benar datang ke Tropiza bersama dengan Zivena. Di sana sudah ada Revka dan anak bungsunya lebih dahulu.      

"Xaxa…" panggil Andrea pada bungsu dari Revka.     

"Xavea!" protes Revka tidak terima anaknya selalu saja mendapatkan panggilan kosakata ganda dari Andrea tanpa persetujuannya.      

"Yaya…" Andrea tak pernah peduli semarah apa Revka padanya.      

"Nana…" balas Revka pada Zivena.      

"Eits! Dia udah punya, yaitu Zizi atau Veve, yah!" Andrea langsung saja mengoreksi Revka dengan gaya menyebalkan di mata si Nyonya Nephilim.      

Revka sudah hendak mengomel tapi tiba-tiba Zivena mendahului dia.      

"Awawawaaa uwafufufhaa unlanylanyal… uwaaffhh huuunghhaa…"      

Mereka terdiam dan Revka memiringkan kepala ke Zivena dengan tatapan bingung.      

Lalu tawa Andrea berderai. "Buhahaha! Sukurin lu dikepret anak gue pake bahasa ajaib dia! Bwahahaha! Kena omel lu, Mpok!"     

"Eh buset, dah! Bocah segini? Berani ngomelin aku?" Revka mendelik ke Zivena yang berdiri tenang memandangi Revka.      

Sekali lagi, bocah itu memburaikan berderet kalimat panjang yang sungguh tidak dimengerti siapapun, bahkan oleh ibunya sendiri!      

Revka menepuk pahanya, menyerah. Andrea dan Shelly tertawa melihat Zivena menang.      

Kemudian, tidak lama, suasana kembali tenang dan pembicaraan pun mulai serius. Shelly kembali menghadirkan topik mengenai undangan reuni yang mereka dapatkan.      

"Kok aku nggak dapat, sih?" Revka berseru kesal. "Aku kan juga pernah sekolah di sana."     

"Beuh! Sekolah numpang pamer tampang cuma beberapa hari doang aja sok minta diingat. Pfftt!" Andrea sudah memberikan balasan menohok ke Revka.     

"Ehh! Enak aja numpang pamer tampang! Lagian, bukan cuma beberapa hari, hei! Tapi sekitar semingguan!" koreksi Revka pada si Cambion.      

Andrea meledakkan tawanya lagi. "Ya ampun, nek! Semingguan aja udah kayak yang punya sekolah, ha ha ha!"     

"Brengsek benar nih Cambion buluk!" Revka sudah bersiap untuk meluncurkan banyak 'syair puitis' dia, tapi Zivena sudah mendahului mengomeli dia dulu.      

Andrea makin tertawa keras sampai Dante pun menghampiri dan bertanya apa yang menyebabkan istrinya bisa segirang itu.      

Ini dijadikan ajang untuk menceritakan mengenai undangan reuni SMA yang akan berlangsung sekitar dua bulan lagi dari sekarang.      

Dante tidak keberatan. Tapi dia ingin ikut dengan alasan ingin menjaga sang istri dan anak-anak. Dasar bucin, batin Andrea, Shelly dan Revka.      

.     

.     

.     

Malam harinya, setelah mereka semua pulang dari kegiatan masing-masing, Andrea membicarakan lagi mengenai rencana kepulangan dia ke Indonesia untuk acara reuni.      

Sang Cambion mengumpulkan mereka di ruang tengah.     

"Harapanku sih kalian semua pada ikut, gimana? Anggap ini sekalian liburan untuk kita, oke?" usul Andrea.      

Kuro yang pertama berteriak menyetujui dengan sikap penuh semangat. Baginya, apapun yang dikatakan sang mama angkat patut dia apresiasi dengan baik!     

"Aku tidak ikut." Ivy menyurutkan suasana yang tadinya menggembirakan. "Aku tak mau membolos sekolah."     

Andrea melirik ke putranya dengan isyarat khusus, dan Jovano paham.     

Si putra Cambion pun menggeser duduknya lebih dekat ke Ivy dan berkata, "Ivy-ku sayank, kenapa gak coba berlibur ke tanah air kita? Mommy berasal dari Indonesia, dan itu adalah negara yang sangat popular, bahkan banyak orang bermimpi bisa datang ke Indonesia untuk berlibur karena banyak tempat wisata kerena di sana."      

Ivy menatap intens kakaknya yang sedang membujuk.     

Jovano melanjutkan, "Nanti kita bisa berfoto di banyak tempat keren dan asik, oke?! Ivy dan Kak Jo, oke! Lalu bisa kita pajang di akun medsos kita, dan pasti teman-temanmu bakalan iri! Kak Jo jamin kita bakalan hepi di sana!"     

Tidak berapa lama, Ivy pun mengangguk. Andrea berbalik dan mengepalkan tangannya dengan sikap puas sebagai kemenangan.      

Zuurrhhh!     

Tiba-tiba, muncul Hagemori Karin, ibunda Giorge dari langit dan lekas masuk ke mansion.      

"Mama!" Andrea menyambut mertuanya dan heran karena wajah Karin terlihat ketakutan. "Ada apa, Ma?"     

"Aku… aku… para vampire memburu Mama dan mereka ingin memerangi kita!" tukas Karin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.