Devil's Fruit (21+)

Ibu dan Anak Sama-Sama Preman



Ibu dan Anak Sama-Sama Preman

0Fruit 711: Ibu dan Anak Sama-Sama Preman     

Sumpah, jika tidak ingat itu adalah ayahnya sendiri dan sering membantu Andrea dan keluarganya, sudah bisa dipastikan Andrea dengan senang hati menyemburkan api Cero dia ke King Zardakh.      

"Gilaaakkk!" teriak Andrea tertahan. Ia mendelik sebulat-bulatnya.      

King Zardakh menyahut dengan muka dibuat sememelas mungkin. "Lah, tadi kan kau memaksa Ayah datang secepatnya, tanpa peduli Ayah sedang apa. Nah, kebetulan Ayah sedang mandi."     

Dante berlari ke dapur untuk tau ada apa. Setelah mendapati apa yang ada di sana, ia tak tau harus tertawa atau trenyuh iba ketika melihat Andrea mengomeli ayahnya dan King Zardakh hanya bisa berdiri dengan tampang kuyu.      

"Buruan pake baju atau api Cero gue beneran keluar!" ancam Andrea setelah puas mengomel panjang lebar pada ayah kandungnya.      

"Iya, iya, Nak…" King Zardakh pun lekas memakai tenaga magis dia untuk melenyapkan kekacauan barusan dan kini sudah tampil elegan dalam balutan setelah jas putih menawan dan topi fedora putih pula. "Nah, gimana? Sudah mirip artis boyband Korea, kan?"     

Andrea ingin mencari sendok sayur alumunium untuk digetokkan ke kepala ayahnya, namun mana benda itu? Atau lebih baik ulekan saja, yah? "Artis boyband, hah?! Ini jelas-jelas menodai mata suci gue! Ini malah kayak mafia alay!"     

"Ahh, Dante!" King Zardakh berlagak tidak memedulikan putrinya dan berjalan menyongsong sang menantu. "Lama tidak jumpa, menantuku tampan."     

"Katanya kemarin Dante gak tampan, kalah tampan darimu, kakek geblek!" sindir Andrea.      

"Heh? Apakah aku pernah berkata demikian? Andrea, membual itu tidak baik. Sepertinya kau terlalu banyak bergaul dengan sosialita ngawur sehingga seenaknya saja menggosip yang tidak-tidak." King Zardakh menoleh ke putrinya dan berniat mengabaikan lagi agar bisa diselamatkan Dante.      

Namun, baru saja dia hendak bicara pada Dante, tiba-tiba dia mematung di tempat. Mulutnya masih menganga belum terkatup, dan tatapannya tertuju pada satu arah di depannya.      

Dante pun menoleh ke arah tatapan ayah mertuanya. "Heh? Veve? Kenapa turun dari kursimu?" Sang Nephilim cukup terkejut karena tadi seingat dia, Zivena masih berada di kursi bayinya saat ia meninggalkan untuk ke dapur.      

"I-itu dia… dia… dia jalan?" King Zardakh menunjuk ke bocah yang berdiri termangu memandang ke arahnya.      

"Veve, ini kakek kamu, sayank…" Dante mengatakan itu pada sang putri.      

"Itu gegara nih simbah alay sok-sokan dandan ala mafia lebay, makanya Zizi bingung itu ondel-ondel mana!" ketus Andrea.      

Setelah itu, Zivena pun tergelak kecil dan berjalan memburu ke King Zardakh. "Nyinyaanyanyaa… awuurrfhh… gyahkahh!" Bocah itu memeluk salah satu kaki kakeknya.      

King Zardakh tidak mengira dia akan mendapatkan 'serangan' kejutan dari sang cucu. "Ini… ini dia sungguhan berjalan sendiri? Andrea, kau tidak melakukan magis ke dia, kan? Dante?"     

Putrinya memutar bola mata, sedangkan sang suami terkekeh.      

"Tidak, Ayah mertua. Veve murni berjalan dengan kemampuannya sendiri. Bahkan tadi pagi dia turun sendiri dari kamarnya ke ruang makan untuk menemui kami di sana." Dan sang Nephilim pun menceritakan mengenai kejadian tadi pagi.      

Setelah King Zardakh mendengarnya, ia pun mulai mengangkat Zivena dalam gendongan dan mengamati wajah sang cucu yang ceria menggemaskan.      

Zivena pun mulai berceloteh banyak kata ajaib yang tidak bisa diketahui artinya oleh mereka.      

"Ohh, please, Zizi sweetie, jangan mulai bicara yang Opa tidak paham." King Zardakh menggeleng ke cucunya.      

Zivena terdiam sejenak sambil terus menatap kakeknya dan kemudian dua tangan bocah cilik itu menepuk cukuk keras pipi King Zardakh.      

"Hmphh!" Sang raja sampai mendelik saking kagetnya ditepuk keras oleh Zivena.      

Sesudah itu, Zivena berceloteh, dan dari nadanya, seolah bocah itu sedang mengomeli kakeknya.      

"Heh? Apakah dia sedang mengomeli aku?" King Zardakh menoleh ke Dante dan Andrea.      

"Pffttt!" Andrea tidak bisa menahan tawanya. Alangkah menyedihkannya si raja Incubus ini… biasa diomeli anak, sekarang juga diomeli cucu yang masih bayi.      

Setelah mendapat omelan-omelan antah berantah dari Zivena, King Zardakh pun mengabaikan si cucu untuk bertanya ke putrinya, "Ada apa ngotot memanggil Ayah?"     

"Beri aku lemari pengganda lagi. Buruan." Andrea merasa tidak perlu bermanis-manis untuk meminta sesuatu pada ayahnya.      

"Hei, hei, kalau meminta sesuatu, lakukan dengan suara dan bahasa yang manis, dong… kau ini perempuan, Andrea. Jangan pengaruhi anakmu dengan hal-hal burukmu." King Zardakh berlagak menasehati sang putri.      

"Aku belum protes soal Babeh ngajak Jovano liburan ke Vegas dan bawa dia ke Casino di sana, yah! Atau waktu Babeh ngajak Jo ke Hong Kong untuk liat peragaan busana lingerie." Mata Andrea menyipit tajam ke ayahnya.      

Seketika King Zardakh ciut nyalinya dan terkekeh canggung. "A-ahaha! Itu… itu tidak sengaja! Tiba-tiba saja portal ruang mengarah ke sana! Sungguh!" Dalam hati, sang raja mengutuk Jovano yang tega-teganya membeberkan itu ke ibunya.      

"Buruan bawain lemari pengganda lagi ke sini atau minta aku banned Babeh nemui cucu-cucu Babeh?" Andrea menatap sengit ke ayahnya.      

"Astaga, Andrea… kau sungguh kejam pada ayahmu sendiri…" Wajah King Zardakh sudah sangat memprihatinkan.      

"Well, aku ini kan bukan malaikat!" Andrea menirukan jargon yang sering dikatakan para iblis jika mereka dipertanyakan kekejamannya.      

Seketika King Zardakh merasa dia ditohok menggunakan kalimat yang dia pakai sendiri ke para korbannya. Kenapa justru putrinya yang mengembalikan ucapan itu padanya? Ohh, dunia memang sepertinya sedang kejam pada tuan raja yang konon tertampan nomor 2 se-Underworld.      

"Umm… itu… Andrea… umm…" King Zardakh sedang mencari-cari kalimat yang elegan untuk mengelak dari tuntutan Andrea mengenai lemari tadi.      

Tapi, tidak dinyana, bukan Andrea yang menyahut, malah Zivena. "Ulafafahaa… duduhagagagagaa uhwahafufuha…" Dan itu hanya awal dari rentetan omelan lainnya dari si bocah.      

Andrea sampai tertawa terbahak-bahak, merasa bahwa putri bungsunya sedang menggantikan dia untuk mengomeli si raja. Dante cuma bisa mengusap dahi melihat kelakuan Zivena yang lucu menggemaskan tapi juga ajaib mengagetkan.      

"Malangnya nasibku…" keluh King Zardakh. "Baiklah, baiklah… Opa akan belikan lemari lagi untuk mamamu, kau puas, bocah?" King Zardakh menyerah dan mendelik ke cucu yang masih dalam gendongan dia.      

"Kyaahaahh! Uwawawahh kyaahh!" Zivena tertawa riang sambil tepuk-tepuk pelan pipi kakeknya dan lalu mengecup si kakek.      

"Heehh… dia mengecupku! Andrea, dia mengecupku!" King Zardakh sampai terheran-heran. "Nak, apakah dia bisa mengerti pembicaraan kita?"     

"Kemana aja dari tadi, Beh? Kan tadi Dante udah cerita tentang itu, oi!" Andrea putar bola matanya. "Maklum, sih… faktor U," ledek si putri Cambion.      

"Hei, jangan mengejek Ayah atau lemarinya tidak jadi, nih!" ancam King Zardakh.      

Zivena langsung menjerit dan hendak mengomel, namun, dihentikan oleh kakeknya.      

"Iya, jadi beli, jadi…" King Zardakh langsung menyentuh bibir si cucu dengan satu jarinya agar si bayi setahun itu tidak ribut mengoceh padanya.      

Sudah bisa diduga, Zivena tertawa riang sambil bertepuk tangan. Kini ganti King Zardakh yang memutar bola matanya. Ibu dan anak kok sama-sama preman, batin sang raja. Apa salah dan dosa dia hingga mendapat cobaan seperti ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.