Devil's Fruit (21+)

Kejutan Zivena



Kejutan Zivena

0Fruit 708: Kejutan Zivena     

Pesta terus berlangsung semarak dan menyenangkan sampai jam 10 malam. Semua tamu puas dengan acara dan juga hidangan yang disediakan.      

Meski Andrea tidak mewajibkan tamu membawa hadiah, namun tetap saja semua orang memberikan kado untuk si bintang pesta hari ini, Zivena.      

Karena para tamu termasuk orang berada, mana mungkin tidak membawa apa-apa? Itu akan memalukan. Maka, bisa dibayangkan seberapa banyak kado yang ada saat ini.      

Namun, Andrea tidak cemas. Sesudah tamu-tamu mulai pulang, dia cukup memasukkan semua kado ke dalam cincin ruang dia. Tidak memerlukan mobil besar atau bahkan truk untuk mengangkut semuanya.      

"Kayaknya bakalan begadang nih untuk buka semua kado," seloroh Andrea.      

"Bahkan bisa sampai pagi, yank…" sambung Dante. "Tapi, kamu tidak berencana untuk membukanya malam ini, kan?"     

"Enggak, lah!" Andrea menepuk dada suaminya sambil ada Zivena di gendongannya.      

Setelah semua elf pergi mengantarkan anak-anak yang tidak didampingi orang tua, mobil sewaan itupun langsung kembali ke gudang bos mereka.      

Andrea berpikir, "Dan, kalo kita beli mobil macam elf gitu, gimana menurutmu? Jadi kagak perlu pake banyak mobil kalo kita mo jalan-jalan satu mansion."     

Kepala Tuan Nephilim terangguk-angguk. "Sepertinya idemu itu tidak buruk, yank. Apa kau sudah memikirkan beli yang seperti apa?"      

"Aku dengar yang Toyota Hiace bagus bentuknya. Coba nanti kita bandingkan ama yang kita sewa tadi." Andrea teringat rekomendasi salah satu pegawainya di kantor properti.      

"Oke, nanti kita ke dealer-nya dan lihat apakah cocok dengan seleramu." Dante lebih menekankan pada selera Andrea, bukan dia, karena dia sangat mencintai sang istri, sehingga dia merelakan seleranya dan mementingkan pilihan sang istri.      

Bucin? Benar sekali.     

"Yok pulang, gaes!" seru Andrea setelah semua pelayan iblis memberesi pernak pernik pesta dan kembali mengubah Tropiza ke tampilan biasanya. "Zizi dah ngantuk, nih!" Ia melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya dan sudah pukul 11 malam lebih.      

"Ini berarti lemari kita simpan dulu, yah yank?" tanya Dante untuk memastikan.      

"Iya, karena kita belum kasi tau para pelayan untuk libur akhir pekan. Mungkin minggu depan aja, oke?" Andrea mengangguk dan membiarkan suaminya meletakkan lemari tersebut pada cincin ruangnya hanya dengan mengibaskan telunjuknya saja pada lemari itu dan diarahkan ke cincin dia yang ada di jari tengah tangan kiri.     

Tidak berapa lama, mobil-mobil mereka pun mulai meninggalkan area Tropiza. Jalanan raya masih ramai karena besok adalah akhir minggu, orang-orang banyak yang masih menyesaki Ginza.      

Namun, ketika mobil sudah mencapai bukit buatan, suasana sunyi dan temaram pun berbanding terbalik dengan hiruk pikuk di tengah kota tadi.      

Zivena sudah tertidur di pangkuan ibunya, sedangkan Dante yang menyetir. Jovano dan Ivy ada di jok belakang. Ivy pun mulai terkantuk di bahu sang kakak.      

Mobil lainnya dikemudikan oleh Kenzo yang membawa Shelly, Gavin, Ran, Kuro dan Shiro.      

Kyuna dan keluarganya sudah dikembalikan ke Alam Cosmo sejak tadi.      

Sesampainya di mansion, Andrea buru-buru naik ke kamarnya untuk meletakkan Zivena ke box milik si bocah lalu memberikan array penghalang agar tidak ada yang bisa mengganggu sang anak dan Zivena pun tidak bisa jatuh dari sana.      

Box itu sengaja diletakkan di kamar sepasang suami istri itu agar Andrea bisa lebih tenang. Dante tidak mempermasalahkan. Toh mereka tetap bisa berintim-intim di tempat lain atau memasang array di sekitar mereka tanpa ada yang bisa melihat.      

Semua bisa diatur.     

Jovano juga turun dari mobil sambil membopong adiknya yang sudah tertidur. Meski dia berusia 15 tahun, jangan remehkan kekuatannya.      

Apalagi tubuh Ivy tergolong sangat ramping, membuat Jovano sangat mudah membawanya meski harus menaiki tangga sekalipun.      

Setelah semua masuk ke mansion, mereka bergegas masuk ke kamar masing-masing.      

Menjelang jam 12 malam, suasana mansion sudah hening dan semua penghuni mulai beranjak lelap.      

-0-0-0-0-     

Ketika pagi hari datang, Andrea dan Dante sudah sibuk di dapur. Dante memasak, dan Andrea membuatkan jus. Ada juga Shelly yang membantu membuatkan susu juga kopi yang akan ditaruh di teko khusus yang bisa terus membuat minuman apapun hangat selama seharian.      

Andrea mendapatkan teko ajaib itu di sebuah toko di Paviliun Giok Sempurna dulunya di Alam Feroz. Dia langsung saja membeli 5 teko sekaligus. 2 untuk keluarganya, 2 untuk Myren dan 1 untuk Revka.      

Tidak perlu membayangkan betapa Revka meraung iri hanya diberi 1 buah saja.      

"Kau kan sultonah, Mpok! Noh minta ama lakik elu yang punya ntuh Paviliun di alam dia!" Begitu ujar Andrea ketika Revka protes.      

Maka, pagi ini, meski akhir pekan, mereka sudah sibuk, walaupun jam masih menunjukkan pukul 6. Ini karena terkadang ada anak-anak yang terbangun dan menginginkan jus dingin atau susu hangat.      

Shelly juga sudah membuatkan beberapa camilan seperti kue-kue tart kecil yang segera masuk ke lemari es jika ada bocah yang menginginkan.      

Ketika Andrea dan Dante sedang sibuk di ruang makan, tiba-tiba saja muncul bocah cilik di ambang pintu ruang tersebut.     

"ZIZI!" seru Andrea kaget. Dante dan Shelly juga sama terkejutnya.     

Sudah pasti mereka patut kaget luar biasa karena itu berarti Zivena turun sendiri dari kamarnya menuju ke ruang makan. Padahal diketahui bahwa bocah itu belum bisa berjalan!     

Bahkan, kesampingkan mengenai kemampuan berjalan dia. Box tempat tidur Zivena sudah diberi aray penghalang oleh Andrea setiap malam hingga nanti dia pergi ke kamar untuk membangunkan anaknya.      

"Zizi!" Andrea menyambar anaknya untuk digendong. Ia memeriksa sang bocah dari atas kepala sampai ujung kaki. "Kamu gak apa-apa, sayank?" Jelas saja dia panik karena selain Zivena menerjang penghalang buatannya, bocah itu juga menuruni tangga! Seberapa bahaya itu?     

"Awuawuawua nyuuu nyaa…" jawab Zivena dengan bahasa antah berantah biasanya.      

Dante juga ikut memeriksa anaknya, menyentuh tulang-tulang si bocah dan Zivena tidak berteriak kesakitan, menandakan memang tidak ada tulang yang patah atau memar sekalipun.      

Sebaliknya, Zivena malah berteriak riang sambil julurkan tangan ke ayahnya. Dante segera mengambil sang anak dari gendongan istrinya.      

Zivena langsung berceloteh riang sambil tepuk-tepuk pipi ayahnya. Dante dan yang lain pun lega ternyata tidak ada apa-apa yang buruk menimpa si bocah yang kemarin genap berusia 1 tahun.      

"Kayaknya pertambahan usia Zizi ngefek ke pertumbuhan dia, deh Ndre." Shelly tersenyum senang.      

Andrea berpikir sejenak pada ucapan sahabatnya dan mengangguk. "Kayaknya emang gitu, beb."      

Sang Cambion pun meminta suaminya untuk menurunkan si bocah ke lantai, ia ingin menyaksikan benarkan anakya ini bisa berjalan sendiri sekarang?     

Dante pun turunkan Zivena perlahan-lahan hingga bocah itu menapak lantai dengan kaki telanjangnya dan mereka pun menunggu.      

"Kyaaahhh!" Zivena tertawa riang sambil berjalan terburu-buru untuk memeluk kaki ibunya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.