Devil's Fruit (21+)

Baby Zivena



Baby Zivena

0Fruit 703: Baby Zivena     

Kehebohan pasti terjadi jika Andrea bertemu dengan Revka. Frenemies ini tidak bosan-bosannya berdebat tak jelas, pokoknya asalkan mereka bisa saling melontarkan ledekan atau mampu membuat salah satu pihak menjadi kesal dan emosi, maka itu sebuah kepuasan bagi mereka.      

Seperti siang ini, ketika Andrea mengarahkan mereka pindah ke sebelah, Revka dan yang lainnya pun patuh meski mengomel. Kafe milik Andrea ini selalu menjadi tempat hangout paling menyenangkan bagi mereka.      

Sedangkan Zivena masih di gendongan ayahnya, sama sekali tidak masalah meski melihat ibunya berjalan ke sebelah. Bocah yang hampir setahun itu jarang sekali menangis, selalu saja ceria menggemaskan.      

Ivy juga menggemaskan dari kecil, namun dia lebih banyak diam dan terkesan tidak mau berinteraksi pada yang lain, bahkan pada ibunya sendiri.      

Dante yang menggendong si ceria Zivena karena restoran tidak begitu ramai, dan masih ada sous-chef di dapur bisa menggantikan si pemilik tempat.      

Tuan Nephilim menggunakan waktu ini untuk bisa bercanda dengan Zivena di salah satu meja.      

Banyak pengunjung restoran yang merupakan perempuan menoleh ke Dante dan Zivena. Mereka sudah tau bahwa Dante sudah memiliki istri dan anak, termasuk yang sedang bersamanya, namun mereka tidak memedulikan itu dan tetap menjadi pengagum sang Nephilim.      

Andrea sudah tidak begitu memusingkan lagi mengenai ini. Dia hanya cukup percaya saja bahwa sang suami tidak akan berani macam-macam berselingkuh darinya.      

Maka dari itu, Andrea tidak mempermasalahkan jika dia santai saja meninggalkan Dante bersama Zivena. Yah, alih-alih cemburu, lebih baik ambil positifnya saja mengenai ketampanan sang suami yang memikat banyak pengunjung.      

Tidak hanya pengunjung wanita, pengunjung pria pun ada yang terpikat dengan Dante dan juga Kenzo.      

Putri Cambion sering berseloroh: "Kegantengan Dante dan Kenzo ini bisa bikin cowok mendadak jadi gay! Ha ha ha!"      

Ucapan Andrea ini tidak berlebihan karena memang terkadang terbukti.      

Kini, ada pengunjung wanita muda yang saking tidak kuatnya melihat Zivena yang menggemaskan sedang bercanda dengan sang ayah, orang itu pun menghampiri meja tempat Dante dan Zivena duduk.      

"Aiihh… kenapa anaknya lucu sekali!" Pengunjung wanita berusia sekitar 30 tahun itu tak tahan ingin melontarkan pujian tulusnya mengenai Zivena.     

Dante terkekeh. "Dia memang lucu semenjak lahir."      

Perempuan itu pun meminta ijin untuk duduk di seberang Dante dan Zivena. Tuan Nephilim tidak keberatan. Toh hanya sekedar mengobrol, tidak akan berbahaya, kan? Dia tau batasnya, kok. Istrinya juga tidak mempermasalahkan itu.      

"Umur berapa bayinya?" Perempuan itu masih bertanya sambil menatap gemas ke Zivena.     

"Akan setahun bulan depan." Dante menjawab. Sekarang, tuan Nephilim sudah bisa lebih membuka diri dan berinteraksi dengan sekelilingnya, tidak seperti dulu yang begitu dingin dan ketus, bahkan termasuk pada Andrea.      

Dante yang kini sudah lebih tenang dan mulai bisa membawa diri. Semua ini berkat Andrea yang terus memberikan pengaruh lewat celotehan dan sikap terbukanya.      

Tiba-tiba, bagian dapur memanggil Dante karena ada menu makanan yang hanya bisa dimasak oleh Dante saja.      

"Permisi dulu, saya harus ke dapur…" pamit Dante pada wanita itu yang tampak kecewa.      

Wanita tersebut berharap masih bisa lebih lama mengobrol dengan Dante, karena momen tuan Nephilim bersedia keluar dan duduk di tempat pengunjung itu sangat amat jarang. "Apakah boleh bayinya ditinggalkan di sini dengan aku? He he…"     

Dante ingin tertawa keras mendengar permintaan wanita itu. Yang benar saja, jeng! "Maaf, tidak bisa." Seulas senyum menggantikan keinginan terbahak-bahak, kemudian ia berjalan ke tirai pemisah restoran dan memanggil istrinya.      

Andrea segera saja berjalan menghampiri sang suami lalu mengambil Zivena dari gendongan Dante.      

Tuan Nephilim pun mengambil kepala putri Cambion untuk dikecup ringan dan juga mengecup pipi si putri bungsu, Zivena, yang melonjak sambil tergelak lucu. "See ya later, lovely gals!"      

Wanita tadi yang mengamati adegan itu, hanya bisa menatap iri dan terharu. Dalam hatinya dia berharap memiliki suami seperti Dante. Ia pun kembali ke meja tempat teman-temannya duduk dan berceloteh di sana mengenai Dante dan bayinya.      

Andrea sepertinya memutuskan untuk tidak kembali ke kantor hari ini karena jam sudah menunjukkan pukul 2 siang dan tidak ada juga telepon untuknya dari sang asisten, Ryoko.      

Biasanya, jika kehadiran Andrea dibutuhkan karena ada klien atau hal penting lainnya, Ryoko akan menelepon dia. Tapi jika sampai jam 2 siang tidak ada panggilan untuknya, maka bisa dipastikan tidak ada yang penting yang membuat Andrea harus kembali ke kantor.      

Pemilik kantor tentu saja berhak begitu. Sudah biasa.      

Sementara bocah-bocah lain sedang disuapi penganan semacam pie atau cupcake, Andrea memangku Zivena sambil memeriksa apakah popok si bayi sudah penuh. Ternyata belum.      

"Chayank Mama ini kepingin mamam apa, nih?" tanya Andrea pada bayinya yang terus saja tersenyum riang dan sikapnya tidak bisa diam menyebabkan Andrea harus memegangi erat-erat.      

"Kyahaaahh…" celoteh Zivena sambil memegang wajah ibunya. "Awuwuwuu… nyakaaa!!!"      

"Aduuhh… Mama kan gak tau Zizi ngomong apaan…" Gemas, Andrea pun menggosokkan mukanya ke perut si bayi sehingga Zivena makin terbahak lucu.      

"Beneran beda ama kakak perempuan dia, yah." Myren tidak bisa menahan opininya melihat tingkah Zivena.     

"Benar, dia ini kayak kebalikan banget dari Ivy." Revka menimpali dengan wajah yang sama dengan Myren. Wajah antara heran dan miris.      

Andrea malah terkekeh mendengar komentar dua wanita itu. "Ha ha, yah namanya individu kan beda-beda. Jangankan kakak ama adik, sodara kembar aja bisa beda tabiat, ya kan?"      

"Oh ya, gimana sekarang kondisi Ivy, Ndre?" tanya Myren. "Aku udah lama nggak main ke tempatmu, ketemuannya di sini melulu."     

Andrea mengulum senyum dulu sebelum menjawab, "Butuh satu tahun lagi untuk dia lepas dari ketergantungan suplai darah."     

"Tapi dia udah kagak berulah lagi, ya kan?" Revka memajukan tubuhnya ke Andrea di depannya, seolah agar tidak bisa didengar pengunjung lainnya.      

"Tidak, kuharap tragedy Kaira itu yang terakhir saja, jangan ampe ada lagi. Itu ngeri banget, sumpah. Ampe sekarang aku belum bisa tenang dan ngerasa bersalah melulu ma Bree. Kasian Bree…" Andrea mengingat insiden buruk itu dan menghela napas.      

"Aku yang cuma dikasi cerita dari Shona aja merinding dengarnya." Revka memberikan gesture tubuh gemetar dengan dua lengan memeluk dirinya sendiri. Dia lupa bahwa kaumnya dan dia dulu juga kadang memakan manusia hidup jika sedang menggila.      

Namun, sekarang Revka sudah tidak pernah lagi memakan daging manusia, entah itu masih hidup atau sudah menjadi mayat. Dia kapok setelah dulu pernah diolok-olok di istana milik suaminya oleh para selir dan istri pertama Pangeran Djanh mengenai kebiasaan kaum Nephilim yang memakan bangkai.      

Revka yang kini adalah wanita sosialita yang anggun dan bermartabat di kumpulannya.      

Hanya Andrea dkk yang paham beringasnya Revka.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.