Devil's Fruit (21+)

Tragedi dan Pesan Terakhir Giorge



Tragedi dan Pesan Terakhir Giorge

0Fruit 699: Tragedi dan Pesan Terakhir Giorge     

"Cantik, kan?" Kuro tersenyum sambil mengamati gerak gerik Ivy yang terus mengelus bulu bayi Sabrina yang sebesar kucing dewasa. Meski bayi, mereka kini sudah bisa berjalan dan matanya juga sudah membuka.      

Ivy menoleh untuk membalas tatapan Kuro. Ia tidak menjawab apapun, hanya diam memandangi si hybrid hitam.      

Shelly muncul di dapur usai dia mengurus Kiran sebentar. Ketika dia melihat Ivy sudah ada di ruang makan, alangkah senangnya dia. "Ivy sayank, ingin dimasakkan apa pagi ini? Nasi goreng sosis seperti biasa? Dengan omelet kornet?" Ia mulai memakai celemeknya.      

Ivy tidak merespon dan malah terus memandangi anak Sabrina.      

"Itu namanya Kaira. Dia perempuan," jelas Kuro.      

Kini, Ivy mendekatkan singa kecil merah dengan corak kuning ke wajahnya, diusapkan ke pipinya, lalu dihidu, dan…     

Crass!!!     

"Ivy!!!" pekik Kuro sambil terkejut luar biasa.      

Di sebelahnya, Ivy sedang menggigit leher Kaira yang memberontak tak berdaya.      

"Ivy!!!"     

"Ivy, no!!!"     

"Ivy, lepaskan dia!!!"     

Semua yang di ruang makan secara heboh menjerit ngeri melihat kelakuan Ivy yang sangat tidak terduga.      

Namun, Ivy tidak memedulikan mereka dan terus saja menggigit dan juga menyedot darah singa kecil malang itu, dia dengan rakus mengoyak leher Kaira agar bisa mendapatkan lebih banyak darah.      

Jeritan panik Voindra dan yang lainnya di sana, membuat Andrea cemas dan lekas turun untuk melihat ada apa.      

Ketika Andrea melihat apa yang terjadi, alangkah terkesiapnya dia. "Ivy, no!!! Jangan!!! Lepaskan dia!!!" Ia memekik keras dan maju untuk memburu putrinya.      

Mata merah Ivy seketika bercahaya dan akhirnya singa kecil itu pun tidak lagi bergerak. Mati. Setelahnya, Ivy melempar singa malang itu sembarang arah dan mengusap mulutnya yang belepotan darah sang singa kecil.      

Sabrina ketika datang ke ruang makan, dia meraung kaget melihat mayat anaknya yang masih bayi. Anak-anaknya yang lain segera melaporkan bahwa pelakunya adalah bocah cilik yang duduk dengan mulut berlumuran darah.      

Andrea mengambil singa kecil yang sudah tidak bernyawa dengan tatapan sangat berduka dan ia menyerahkan ke Sabrina dengan penuh penyesalan. "Bree… aku… aku beneran minta maaf. Bree…" Wajah kalut Andrea tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.      

Sabrina menerima mayat putri kecilnya dengan hati penuh berdentum. Tapi dia tidak bisa berbuat apapun. Mana sanggup dia marah pada anak majikannya. Maka, dengan hati hancur, Sabrina pun membawa mayat anaknya keluar dari sana, diikuti anak-anaknya yang lain.      

"Astaga, Ivy! Apa yang terjadi padamu?!" seru Andrea, tak bisa memahami apa yang merasuki putrinya hingga bisa melakukan itu pada hewan manis seperti Kaira.      

"Kak Jo, aku sudah kenyang." Ivy tidak memedulikan teguran dari ibunya dan malah menatap kakaknya yang termangu di dekatnya.      

.     

.     

Siangnya, Andrea berbincang dengan Karin, ibu dari Giorge. Ia juga menceritakan mengenai perbuatan Ivy pada Kaira.      

Karin menghela napas. "Mungkin itu alasannya kenapa mata Ivy berubah menjadi merah."     

"Ma, ceritakan mengenai itu," pinta Andrea sambil menatap ibu mertuanya lekat-lekat.     

"Sepertinya darah vampire Ivy sudah bangkit, Andrea. Dia bahkan sudah mencicipi enaknya darah. Dia sudah bisa menghisap darah."     

"Apakah itu berbahaya, Ma?"     

"Sebenarnya… itu hal yang wajar bagi vampire cilik ketika dirinya mulai membangkitkan hawa vampirnya. Namun, biasanya terjadi pada bocah vampire di usia sepuluh tahun ke atas. Ini, Ivy sepertinya lebih dini."     

"Lalu, apa yang harus aku lakukan, Ma?"     

"Karena Ivy ada di lingkungan yang bukan habitat vampire, aku sarankan kau rutin membeli darah atau mencarikan darah untuk rutin dia konsumsi sebelum dia kelaparan dan malah mencelakakan sekitarnya. Ini saran terbaik dariku, Andrea. Dia sedang lapar-laparnya dan kurang bisa menguasai dirinya karena lapar."     

"Sampai kapan keadaan seperti itu? Tidak terkendali?"      

"Kira-kira lima tahun setelah bangkitnya hawa vampire dia."     

Andrea menghirup napas dengan hati kacau balau. Selama lima tahun dia harus rutin menyediakan darah untuk putrinya atau sang putri akan bertindak anarkis lagi seperti tadi pagi.      

"Oh ya, Andrea, ada yang belum aku katakan mengenai Giorge."     

"Bicaralah, Ma…"     

"Sebelum Giorge mati… dia sempat terus bertelepati denganku karena dia susah bicara dengan mulut."     

"Apa yang dia katakan ke Mama?"     

"Bahwa dia tau lukanya sangat parah dan tidak bisa disembuhkan, karena itu dia memohon agar pengobatan untuk dia lekas dihentikan saja agar semua upaya tidak sia-sia."     

Mata Andrea mendadak basah. "Dasar Gio…" Ia mengusap matanya dengan tangan gemetar.      

"Dia tau hidupnya tidak akan lama, makanya dia tidak ingin kau berkutat di Pondok Alkimia, dan ingin bersamamu saja dan juga anak-anak dia, terutama Ivy. Giorge lega dia berhasil menyelamatkan Ivy meski harus mengorbankan nyawa."     

"Dasar kampret gila…" isak Andrea.      

"Giorge juga ingin berterima kasih pada Ivy karena putrinya sudah meringankan penderitaan dia selama dua hari dan terbebas dari rasa sakit."     

"Hiks! Dia memang… hghh… dasar kampret satu itu…"      

"Andrea…" Karin memeluk bahu menantunya. "Dia berkata, dia sangat merasakan namanya kebahagiaan dengan bersama kamu dan anak-anakmu. Kau adalah kebahagiaan terbesar dia. Dia berharap kamu tidak menyalahkan Ivy atau siapapun jika dia mati. Dia ingin kamu dan anak-anakmu… hidup dengan baik. Dia juga berpesan untuk Dante agar Dante melanjutkan keinginannya untuk menjaga kamu dan anak-anak."     

Andrea sudah menangis sambil menutupi wajah menggunakan dua tangan. Karin menepuk-nepuk punggung menantunya dan matanya ikut basah.      

-0-0-0-0-     

Karena Andrea khawatir Ivy akan membahayakan anak-anak Sabrina lainnya, ia pun meminta keluarga singa itu tetap di Cosmo, dan juga untuk Kyuna dan keluarganya. Ia tidak ingin mengambil resiko jika menempatkan mereka di Bumi bersama dia.     

Esoknya, setelah insiden Kaira, Andrea pun memulangkan keluarganya, dan para bocah lainnya ke Alam Bumi, kembali ke rumah masing-masing.      

Ulang tahun Ivy terpaksa ditunda besoknya saja. Masih banyak hal penting untuk dilakukan Andrea, terutama hal menyediakan darah untuk putrinya. Ia tak mau putrinya menjadi monster menakutkan.     

Setelah tiba di mansion, Ivy terus dijaga oleh Jovano agar tidak bertindak sembarangan lagi. Kuro dan Shiro ikut ke mansion. Mereka tidak khawatir pada Ivy karena mereka yakin mereka cukup kuat untuk menghindari serangan Ivy jika memang bocah itu menggila lagi.      

Andrea segera saja mendatangi bank darah untuk membeli beberapa kantung darah agar tidak mencurigakan. Karin juga tinggal bersama menantunya di mansion untuk ikut menjaga Ivy.      

Ketika King Zardakh mendengar tragedi Kaira, sang raja hanya terdiam, dan akhirnya menyarankan agar Ivy jangan bersekolah dulu selama beberapa minggu sampai bocah itu bisa lebih tenang.      

"Nanti akan aku panggilkan Druana yang bisa memeriksa Ivy dan membuat mata merah Ivy bisa tersamarkan. Dia tidak bisa berkeliaran keluar rumah dengan kondisi mata begitu. Orang akan menatap aneh padanya. Itu tidak baik." Sang Raja mengatakan itu sebelum pergi dari hadapan Andrea.      

Kini, kehidupan harus terus berlanjut. Giorge sudah berpesan agar Andrea dan yang lainnya bisa hidup dengan baik meski tanpa dirinya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.