Devil's Fruit (21+)

Princess Ivy and Giorge



Princess Ivy and Giorge

0Fruit 695: Princess Ivy and Giorge     

Ivy mendengar ibunya berkata demikian, segera saja dia menoleh. Ketika sang ibu ingin membopongnya, Ivy menolak lepas dari Jovano.      

Akhirnya, Jovano mengalah dan menggendong adiknya untuk mendatangi kamar ibunya, dimana ada Giorge berada.      

Begitu Ivy tiba bersama Jovano dan diikuti bocah-bocah yang tadi bersama Shelly, senyum pucat tertoreh di wajah Giorge. Pandangannya begitu lembut pada sang putri.     

"Ivy…" panggil Giorge masih dengan suara sangat lemah, bahkan seperti berbisik. Satu tangannya menjulur ke depan, berharap bisa menggapai putrinya. "Ivy-hime… Hime-ku…"      

Andrea dan Shelly merasakan mata mereka mulai basah. Giorge masih saja memanggil Ivy dengan sebutan hime, alias tuan putri. Menandakan Ivy selalu menjadi putri paling disayang oleh Giorge.      

"Papa…" Ini adalah suara Ivy pertama kali semenjak dia diselamatkan, keluar dari benua Antartika. Suara itu juga lemah. Ia minta pada Jovano untuk didudukkan di samping ayahnya melalui gesture tubuhnya.     

Jovano mengerti dan pelan-pelan menurunkan Ivy di samping Giorge.      

Satu tangan Giorge yang terdekat, membelai pipi putrinya. "Ivy-hime… kurus…"     

Ivy mulai tunjukkan wajah hendak menangis, apalagi melihat luka parah pada perut dan dada ayahnya. Ia beringsut mendekat dan mendekap tubuh sang ayah.     

Andrea dan Shelly menangis lirih sambil berpelukan. Mata Jovano dan para bocah lainnya juga mulai basah, panas dan air mata berkumpul di kelopak bawah.      

"Hime… kangen…" lirih Ivy sambil terisak pelan. Ia tidak memedulikan Shona sedang mengobati perut Giorge, Ivy tetap mendekap tubuh ayahnya dari samping, meski ada Dante juga di punggung Giorge.      

Satu tangan Tuan Vampir merengkuh bahu putrinya dan menepuk-nepuk di sana sambil dia terkekeh dan berbisik, "Syukurlah… Ivy-hime selamat. Papa… sangat lega…"     

"Pa… Papa… cepat sembuh. Pa…" rengek Ivy sambil tenggelamkan kepalanya pada bahu kanan sang ayah.      

Andrea tidak kuat dan dia pun berjalan keluar dari kamar itu, ia membutuhkan udara segar agar tidak kehabisan napas menyaksikan adegan di depannya tadi.     

Shelly mengikuti sahabatnya. "Ndrea…"     

Andrea memeluk Shelly lagi di depan kamar. "Aku nggak tau harus gimana lagi, beb… hiks! Aku udah berusaha kasi Gio obat paling hebat yang aku bikin, tapi gak ngefek ke Gio, beb… hiks! Aku haru gimana?"     

Shelly menepuk-nepuk punggung Andrea dan keduanya saling melonggarkan pelukan dan bertatapan. "Kamu udah ngelakuin sangat banyak untuk Gio. Kamu udah berusaha yang terbaik untuk dia."     

"Tapi masih aja kondisi Gio kayak gitu sejak sore, beb… Harusnya gak gitu. Apalagi Shosho juga udah kasi tenaga Healer dia, itu harusnya udah lebih dari cukup untuk sembuhin Gio… hiks!"     

Shelly menangkup dua pipi sang sahabat meski dia juga berlelehan air mata, ia mencoba tersenyum. "Pasti nanti ada cara lagi. Jangan patah semangat, yah Ndre. Aku yakin kamu pasti bisa bikin sesuatu yang akan sembuhin Gio. Ayolah, yakin ama diri kamu sendiri."     

Andrea kembali memeluk Shelly dan tumpahkan tangisnya di bahu sang sahabat. "Hiks! Padahal kemarin Vava dan Jo luka parah, mereka bisa cepat pulih pake pil aku dan tenaga Healer-nya Shosho, hiks! Aku bingung, beb! Mana babehku belum juga muncul! Hiks! Beb! Aku bingung…"     

Shelly tak tau harus memberi kata-kata penenang apa lagi untuk Andrea. Dia hanya bisa mengelus-elus kepala belakang sahabatnya, membiarkan tangis Andrea tumpah sepuasnya.      

Kyuna juga sedih melihat majikannya menangis begitu sedih. Ia menoleh ke suami yang berdiri tidak jauh darinya. "Sayank, apakah memang tidak ada obat untuk Tuan Giorge?"     

Rogard membalas pandangan istrinya dan berkata, "Aku dan Nyonya Andrea sudah mengaduk-aduk buku mengenai alkimia dan mencari-cari ramuan untuk mengobati ras vampire tapi… hasilnya nihil." Ia menggeleng lemah.     

Sang siluman rubah ekor sembilan merasa hatinya diremas. Andrea adalah majikan kontrak jiwa dia, dan dia sangat menyayangi serta memuja Andrea. Rasanya ia tidak terima jika Andrea bersedih. "Nihil?" Suara Kyuna bergetar, berempati andaikan ini menimpa pada suaminya, Rogard.     

"Nihil. Tidak ada. Makanya ayah dari Nyonya Andrea ikut membantu mencarikan cara atau metode menyembuhkan Tuan Giorge dari dunia luar."     

"Apakah sangat sulit mengobati ras vampire?" Kyuna sudah terisak.      

Rogard merengkuh istrinya dan menyahut, "Mungkin tidak ada, atau… itu hanya tertulis di buku rahasia bangsa vampire saja, aku tidak tau."     

Sementara itu, di kamar Andrea, Ivy tidak ingin dipisahkan dengan ayahnya. Bocah itu menolak melepaskan pelukannya, karena Shona agak kesulitan menyalurkan Healer dia ke perut Giorge jika terhalang Ivy.     

"Sudah lama rindu Papa… hiks!" Ivy terus berkata seperti itu setiap dibujuk untuk melepaskan pelukannya. Semua orang mana tega jika sudah mendengar rintihan ucapan Ivy yang begitu?     

"Ivy belum makan, kan?" Shelly sudah maju ke tepi ranjang dan membawa sepiring nasi goreng sosis beserta atasnya ada omelet kornet kesukaan si bocah perempuan cilik itu.     

Ivy hanya melirik sekilas piring isi makanan favorit dia, dan tidak merespon lebih banyak lagi.     

"Hime-ku… kau… harus makan…" Pelan-pelan dan lirih, Giorge mengucapkannya sambil menepuk-nepuk lengan putrinya. "Papa tidak… suka… kalau… Ivy-hime… sakit."     

"Hiks! Ivy nggak sakit… hiks! Malah Papa yang sakit begini… hiks!" Ivy makin terisak keras, menyayat perasaan siapapun di situ yang mendengarnya.      

Yang berada di kamar itu sungguh bisa merasakan betapa Ivy sangat menyayangi ayahnya dan juga sebaliknya. Keduanya saling memuja dan mengidolakan.     

"Papa… Papa saja… hiks… yang makan… hiks… yah!" Ivy melonggarkan pelukannya sambil tatap wajah pucat ayahnya sembari dua lengan melingkar di leher Giorge.      

"Kalau Ivy… makan… Papa… makan." Ini adalah satu-satunya bentuk bujukan dari Giorge agar putri tersayangnya mau menelan makanan setelah sebulan lebih disiksa di penjara bawah tanah kerajaan vampire.     

Ajaibnya, Ivy mengangguk.      

Memang, dalam banyak hal, yang bisa menundukkan keras kepala Ivy adalah ayahnya saja selain Jovano. Tadi Jovano sudah mencoba dan ia gagal. Ternyata sang ayah berhasil.      

Shelly pun mulai lebih maju lagi untuk menyuapi Ivy sesendok nasi goreng dengan sosis dan potongan kecil omelet kornet di atasnya. Ivy, karena sangat patuh pada ayahnya, tentu saja bersedia membuka mulut untuk memasukkan satu sendok suapan.     

Ia mengunyah, dan Ivy merasakan rasa yang sama seperti yang biasa dia makan sebelum ini. Nasi goreng buatan Shelly memang enak dan Ivy menyukainya.      

Setelah menelan nasi gorengnya, Ivy mengambil sendok tadi dan menyendok satu suap tinggi nasi goreng, berpikir sederhana jika ayahnya makan banyak, maka akan lekas sembuh, seperti yang biasa disugestikan sang ayah jika dulu dia sakit agar mau makan.     

Shelly sebenarnya ingin memberitahu Ivy bahwa porsi untuk ayahnya terlalu banyak dan bisa jadi Giorge akan kesulitan mengunyah dan menelannya. Namun, Andrea menggeleng ke Shelly agar Ivy bisa tenang.      

Ivy pun memasukkan ujung suapan ke mulut Giorge yang membuka dengan susah payah.      

"Uhuk! Uhuk! UHUKK!!!" Giorge terbatuk-batuk dan darah turut keluar dari mulutnya.     

Sang putri pun panik dan menangkis piring di atas tangan Shelly hingga berderai berkeping jatuh di lantai. Andrea juga ikut terkejut dan hendak maju membantu.      

"Papa! Papa!" Ivy menyeru sambil wajahnya panik. Mata kecil nan merah Ivy melihat tangan bercakar yang terhujam di dada ayahnya. Tanpa ragu-ragu, dia cabut tangan berbentuk mengerikan itu dari dada Giorge.      

"NO!!!" Semua orang berteriak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.