Devil's Fruit (21+)

Semua Terkejut dan Bahagia



Semua Terkejut dan Bahagia

0Fruit 709: Semua Terkejut dan Bahagia     

Sudah bisa ditebak, Andrea dan yang di ruangan itu pun terkejut melihat bahwa Zivena yang tadinya sama sekali belum bisa berjalan, kini malah bisa setengah berlari memburu ke ibunya.     

"Zizi sayank! Ya ampun, Zizi!" Andrea sampai berseru menyeru anak bungsunya saking gembiranya. "Zizi berlian Mama! Astaga! Kamu bikin kaget banget, sayank!" Ia pun berlutut agar menyamakan tingginya dengan sang putri bungsu.     

Shelly sampai menangis haru dan menutupi mulutnya. Ini adalah momen yang baginya luar biasa. Setelah sekian lama dipertanyakan kenapa dan kapan Zivena akan bisa berjalan sendiri, kini semua sudah terjawab oleh aksi si bocah itu sendiri.     

Dante juga bersimpuh dan memanggil putrinya, "Veve, ayo coba sini ke Papa…"     

Zivena yang sedang mendekap leher ibunya sambil dia tetap berdiri pun menoleh ke belakang untuk mendapati ayahnya sudah duduk bersimpuh di lantai sambil merentangkan kedua tangan untuknya.     

Tanpa menunggu lama, bocah ceria itu pun berbalik dan berjalan cepat ke arah sang ayah. "Kyahaaa!" Senyum lebar Zivena terburai menggemaskan sambil dia menubruk Tuan Nephilim dan memeluk leher ayahnya. "Dadadaaa duuu waawaahhh…"     

"Ha ha, iya sayank, iya… Papa bangga padamu, Veve yang terbaik, ya kan?" Dante memeluk putri bungsunya begitu bahagia. Sebuah raut wajah yang hanya ada pada Dante di era-era kini saja.      

Dulu? Boro-boro tertawa. Senyum saja mahal!     

"Dadadaaa… wuurrfffhh lhaaaa…" Seperti biasanya, Zivena selalu berceloteh dengan bahasa yang hanya bocah itu tau.      

"Tunggu dulu, apa kau sedang memanggil Daddy ke kamu, Dan?" Andrea memperhatikan detil ucapan anak bungsunya.      

Dante pun terdiam sejenak, lalu bertanya ke Zivena. "Sayank, coba katakan lagi, ini siapa?" Ia menunjuk ke dadanya sendiri.      

Zivena menatap lurus sambil memegang tulang selangka ayahnya sambil menyahut, "Dadadaa… taatttaaa… wuuuffhh… kyaahh!" Dan diakhiri dengan gelak riang si bocah.      

"Yank, sepertinya dia paham apa yang aku tanyakan!" Dante berbinar senang sambil menatap istrinya.      

"Begitu, yah?" Andrea juga menampakkan wajah terkejutnya.      

"Ohh! Tadi bukankah aku meminta Veve untuk datang padaku, dan dia langsung berbalik dan benar-benar mendatangi aku, iya kan?" Dante bersemangat menjelaskan teori mengenai Zivena yang dia temukan.      

"Jadi… maksud kamu… dia sebenarnya ngerti apa yang kita omongin?" Andrea menyipitkan mata, berusaha menduga teori dari sang suami.      

"Ya! Itu maksud aku!" Dante mengangguk antusias. "Anak kita ini ternyata paham ucapan kita, sayank. Dia cerdas!" Kemudian, dia menoleh ke Zivena. "Veve sayank, bisakah kau berputar untuk Papa?"     

Tidak sampai menunggu menit berganti, tiba-tiba Zivena sudah bergerak, berputar sekali dengan langkah lucu.      

"Lihat! Dia benar-benar melakukannya!" seru Dante sangat senang.      

Andrea dan Shelly bertatapan dan tersenyum lebar.      

"Anakku ternyata gak mengecewakan!" Andrea bahagia dan lega luar biasa. Meski Zivena tergolong lambat dalam berjalan dan bicara, ternyata bocah itu memiliki kejutan tersendiri.      

"Kalian sedang heboh apa, sih?" Kuro hadir di ruang makan dengan wajah masih kusut karena baru bangun tidur. "Mama, apakah jus buahnya sudah—Zizi!" Mata si hybrid hitam yang tadinya setengah terbuka, kini membola lebar ketika melihat Zivena berdiri di depan Dante yang berlutut.      

"Lhalhalhaaa… urrfhh… kyaaghh!" Zivena berceloteh pada Kuro dan diakhiri dengan tawa riang menggemaskan.      

"Zizi sungguhan sudah bisa berdiri tanpa dipegangi!" Kuro sampai melupakan jus buah dingin yang dia minta sebelumnya dan merunduk untuk menatap sang adik angkat.      

"Gak cuma itu, kok Kuro sayank." Andrea menyeringai. "Coba deh, kamu ke sini, Kuro sayank."      

Meski Kuro kurang paham apa mau ibu angkatnya, namun dia tetap saja patuh dan mendekat ke Andrea, meninggalkan Zivena.      

"Zizi, sini dong, coba Zizi ke Kak Kuro." Andrea memanggil putri bungsunya.      

"Uwaa?" Zivena menoleh ke sang ibu yang berdampingan dengan Kuro pada jarak 3 meter lebih. "Kyahaahh!" Bocah itu pun berjalan dengan mudah, tidak terlalu oleng meski masih agak sedikit kikuk, dan kemudian menubruk Kuro yang berlutut membentangkan dua tangannya.      

"Ma! Zizi bisa berjalan! Zizi bisa jalan sekarang, Ma! Pa! Tante!" Kuro memeluk si adik angkat erat-erat sambil edarkan pandangan pada tiga orang lain di dekatnya.      

Shelly mengangguk. "Kita tadi juga sempat kaget banget waktu tiba-tiba adikmu ini muncul di sini, padahal ada anak tangga, ya kan?"     

Kuro ternganga. "Wuoohh! Zizi kenapa hebat begini! Wohohoo! Zizi, kamu sungguh hebat! Sudah bisa menuruni tangga sendiri!" Ia pandangi adik angkatnya dari atas sampai bawah setelah melonggarkan pelukannya.      

Zivena pun sibuk berceloteh, entah apa, yang jelas pasti itu tanggapan dia atas pujian si kakak angkat.      

"Ya ampun, kalian ini sebenarnya ada apa, sih? Kenapa suaranya sampai ke lantai atas?" Jovano muncul di ambang ruang makan.      

"Zizi, sana peluk Kak Jo!" pinta Kuro pada Zizi yang dia lepaskan dari pelukan.      

Jovano mematung di tempatnya ketika melihat adik bungsunya berjalan lucu ke arahnya. Memang belum sempurna, tapi langkahnya mantap, tanpa terjatuh.      

"Hei, hei!" Jovano menerima pelukan sang adik bungsu, lalu ia pun mengangkat Zivena dalam gendongannya. "Ternyata si mungil sunshine ini kasi kita kejutan sesudah dia genap umur setahun, yah?"      

Zivena membalas ucapan kakaknya dengan celotehan lucu, membuat Jovano makin gemas dan menciumi pipi bulat si adik. Bocah itu pun tergelak kegelian dan memalingkan wajah sambil terus tertawa-tawa.      

Dante yang sudah berdiri pun berkata, "Dia bahkan tau apa ucapan orang-orang di sekitar dia, loh."      

Putra sulungnya mendelik tak percaya. "Serius, Dad?"     

"Lah, bukankah tadi dia langsung merespon mendatangi kamu setelah Kuro meminta Veve jalan ke kamu?" Dante terkekeh.      

"Waahh, iya juga! Benar, Dad! Waaahh…" Jovano pun menatap adik bungsunya dengan lebih lekat.      

Setelah itu, berita mengenai Zivena sudah bisa berjalan pun menyebar di seluruh mansion dan bahkan Andrea mengumumkannya ke Myren dan Revka.      

"Kau ngapain kasi tau aku, Cambion tolol?" bentak Revka ketika dihubungi melalui telepon oleh Andrea.      

"Lah, cuma kasi informasi aja, kitty japrak!" balas Andrea.      

Dan selanjutnya, lebih baik tidak usah mendengarkan perdebatan tidak penting mereka yang pastinya tidak baik didengar anak di bawah umur. Ehem!     

Di akhir pekan ini, Andrea membawa Zivena ke Tropiza agar si bungsu tidak jenuh di rumah. Dia juga sudah mengajak Ivy, namun Ivy berkata dia mengantuk dan ingin di rumah saja.      

Yah, Andrea tidak bisa berkata apa-apa mengenai itu.      

Karena akhir pekan begini biasanya Tropiza dua-duanya dipenuhi pengunjung, maka semua orang pergi ke sana, siapa tau tenaga mereka bisa membantu. Bahkan Gavin dan Kiran juga.      

Di mansion hanya ada Ivy yang ditemani Jovano atas permintaan ibunya. Jovano tidak keberatan karena hari ini dia memang tidak memiliki jadwal apapun. Dan ia bersedia tinggal di mansion menjaga sang adik sekaligus untuk mengurus toko online dia dari rumah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.