Devil's Fruit (21+)

Undangan Reuni SMA



Undangan Reuni SMA

0Fruit 713: Undangan Reuni SMA     

Paginya, ketika Andrea di dapur, dia tidak menemukan Shelly seperti biasanya. Hanya Kenzo yang sedang membuat kopi untuk dirinya sendiri.      

"Bebeb mana, Ken?" tanya Andrea pada panglimanya. Ia mulai membuat jus melon untuk diblender dan ditaruh di kulkas, menggantikan tugas Shelly karena sang sahabat tidak terlihat semenjak jam setengah 6 tadi.      

"Shelly sedang istirahat, Tuan Putri." Kenzo menyahut sopan dan mengaduk kopi yang telah dituangi air panas.      

"Tekonya belum diisi kopi, yah?" Andrea melirik dan memang teko ajaib yang biasanya bisa menghangatkan sekaligus bisa menyediakan minuman apapun yang ditaruh disana tanpa habis selama 24 jam, kini masih bertengger di raknya.      

"Ohh, iya, maaf, Tuan Putri, saya tidak begitu paham cara memakainya." Kenzo pun menyingkir agar memberikan tempat untuk Andrea mempersiapkan kopi memakai teko ajaib itu.      

"Jadi… Shelly abis kena hukuman kamu semalaman, yah?" Andrea bertanya sambil dia membuat kopi pada teko ajaib.     

Kenzo terbatuk dan menyemburkan sedikit kopi yang sedang dia sesap. "Uhuk! Uhuk! Ekhem!"     

"Pfftt! Batuk kamu udah ngejawab pertanyaan aku, Zo. Apalagi semalam foto bebeb yang terbaru di insta-nya Tropiza udah lenyap. Fotomu juga, pfftt!" Andrea tidak menoleh ke Kenzo dan tetap terus fokus pada kopinya.      

"Ehem! Tuan Putri memang cerdas, langsung bisa menganalisis semuanya dengan tepat." Kenzo meringis. sambil mengelap meja yang terkena percikan semburan kopinya menggunakan tisu dapur.      

Plekk!     

Satu tangan Andrea menepuk bahu Kenzo dan dia berkata, "Jangan remehkan wanita yang cemburu, Ken… kami juga bisa berbuat seperti apa yang kalian buat…" Lalu Andrea pun melenggang meninggalkan Kenzo di dapur.      

Sang panglima segera merasakan bulu di tubuhnya merinding berdiri karena ucapan Andrea tadi. Atau tepukannya? Yang pasti, itu rasanya sangat dingin dan bermuatan sesuatu yang berbahaya.      

Segera saja Kenzo mengeluarkan ponselnya dan masuk kea kun instagramm Tropiza untuk menghapus foto-foto seksi dia di sana, hanya menyisakan foto biasa saja.      

Ia lebih baik main aman ketimbang tuan putri dia melakukan sesuatu pada istrinya.      

.     

.     

.     

Pagi seperti ini, karena anak-anak akan berangkat sekolah, pasti akan terdengar suara hiruk pikuk dari mencari barang, memburu agar lekas bangun, orang tua berseru agar anak lekas mandi, dan banyak lagi.      

Andrea tidak ingin mereka menggunakan kekuatan magis untuk hal-hal remeh di keseharian agar membiasakan anak-anak dengan kemandirian, tidak melulu memiliki ketergantungan pada magis.      

Zivena juga sudah bangun dan turun dari boksnya sendiri hingga masih saja membuat Andrea terheran-heran, karena boks itu selalu dia pasangi array penghalang yang tidak bisa membuat siapapun menyentuh Zivena kecuali orang tuanya, dan tidak bisa membuat Zivena keluar dari sana.      

Namun, nyatanya, bayi setahun itu dengan mudahnya turun bagai tidak mengalami kesulitan apapun.      

Ingin bertanya pada Zivena, pasti hanya akan dijawab celotehan antah berantah dari si bocah yang takkan dimengerti oleh Andrea.     

Atas saran Dante, lebih baik biarkan saja, yang penting si bocah aman-aman saja.      

Baiklah.     

Setelah segala hiruk pikuk pagi hari reda dengan perginya anak-anak ke sekolah diantar Kenzo, Dante pun turun dari kamarnya dan mengajak Shiro untuk berolah raga dengannya, sebagai pengganti Giorge.      

Dulunya, selalu Giorge yang menemani Dante untuk melakukan kegiatan pagi seperti tenis, jogging di taman kota, atau bersepeda di bukit dekat mansion.      

Untung saja ada Shiro yang akan bersedia sekali menemani Tuan Nephilim. Apalagi Dante adalah orang favorit Shiro sejak kecil. Terkadang Kuro juga ingin ikut, kadang bocah hybrid hitam itu memilih bangun siang dan hanya keluar rumah ketika jam dia bekerja di Tropiza.      

Sementara itu, Andrea menggoda Shelly ketika sahabatnya bangun jam setengah 8 pagi itu. "Aha ha haa… ada yang digempur sampai pagi, yah?"     

"Iiihh… Ndrea…" Shelly malu sampai mencubit pinggang sahabatnya. "Sana gantian kamu yang mandi."     

"Oke, beb!" Andrea melipat lap meja dan melepas apron yang dia pakai. Sebelum dia berlalu dari ruang makan, dia masih sempat berbisik ke dekat telinga sahabatnya, "Kira-kira bakalan ada junior lagi gak nih bentar lagi?"     

"Ndrea!" Shelly merajuk sambil hentakkan kaki dan hendak menyambar Andrea untuk dicubit, tapi sang sahabat sudah melesat pergi dengan derai tawa.      

Sepeninggal Andrea, Shelly mengulum senyumnya sambil mendekap dua pipi menggunakan telapak tangannya karena malu sendiri atas kelakuan binal dia semalam dengan suaminya.     

Ahh… Kenzo memang paling bisa membangkitkan sisi nakal Shelly yang biasanya lugu.     

Shelly duduk di kursi makan sambil menikmati teh hangatnya. Dia merenung dalam diam. Dia dan Andrea sudah melalui kehidupan luar biasa aneh dan ajaib ini selama 15 tahun. Umur mereka berdua kini 33 tahun.      

Terbersit keinginan dia untuk pulang ke negeri sendiri bersama Andrea. Tapi… apakah sang Cambion sudah mengatasi trauma dia akan kematian Opa dan Oma di Indonesia?     

Tapi… jika mereka datang ke Indonesia dan menetap atau berlibur sebentar di kota lain atau pulau lain, pastinya itu bisa, kan? Andrea mau, kan?     

Mungkin nanti dia akan menanyakan itu pada sang Cambion.      

Pemikiran dia tentang ini berdasarkan pada sebuah undangan yang disampaikan dari ibunya.      

Shelly masih teringat pembicaraan antara dia dan sang ibu di telepon beberapa hari lalu.      

"Sayang, ini ada undangan reuni dari SMA kamu yang sampai di rumah."     

"Undangan reuni SMA, Ma? Beneran? Serius?"     

"Iya, sayank. Sebentar, Mama fotoin untuk kamu biar kamu yakin kalo Mama gak bohong."     

"Ohh, iya benar tuh, Ma! Itu beneran undangan reuni!"     

"Ya, kan… Mama nggak bohong, kan?"     

"Hu-um… itu tanggalnya kapan, yah Ma? Udah lewat belum?"     

"Bentar, Mama liat dulu… enggg… sepertinya untuk dua bulan lagi, sayang…"     

"Dua bulan lagi, yah? Di mana?"     

"Di sini ditulisnya di Bali. Panitia utamanya ada 2 orang, Lian dan Herdi."     

"Ohh, mereka. Itu mereka orang OSIS tadinya, Ma, satu angkatan ma aku."     

"Mau datang?"     

Shelly sempat terdiam sewaktu ditanya begitu oleh ibunya. Lalu dia melanjutkan pembicaraan. "Ma, apa cuma aku yang dapat undangan reuni itu?"     

"Kenapa, sayang?"     

"Andrea dapat juga, gak Ma?" Shelly ingat bahwa ketika mereka berusia 17 tahun, Andrea sempat menghilang selama setahun dan Shelly melanjutkan hidup tanpa Andrea saat itu dan lulus, sementara, sahabatnya tidak.      

"Sebentar, sepertinya dia juga dapat, kok sayang. Iya, dia dapat."      

"Sungguhan, Ma? Ndrea dapat?"     

"Iya, nih Mama potret lagi, yah! Nanti kamu bisa tunjukin ke Andrea."     

Tak lama, sebuah foto undangan dengan nama Andrea tertera di kolom penerima pun terlihat.      

"He he… kalo aku ma Ndrea bisa datang, pasti asik!"     

"Datanglah, sayang… kamu juga udah lama, kan, enggak jenguk Mama dan Papa di sini?"     

"Iya, Ma, nanti aku omongin dulu ama Ndrea, semoga dia mau."     

Dan begitulah isi pembicaraan dia dan ibunya mengenai adanya pesta reuni di Bali.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.