Devil's Fruit (21+)

Semoga Baik-Baik Saja



Semoga Baik-Baik Saja

0Fruit 716: Semoga Baik-Baik Saja     

Setelah pertarungan beberapa puluh menit, semua vampire yang menyerbu ke mansion di gelombang kedua itu pun telah berhasil dimusnahkan semuanya.      

Mereka semua berhasil ditumpas habis, diubah menjadi kabut darah yang akhirnya menghilang di udara.      

Shelly pun bisa lega dan keluar dari sudut tempat dia bersembunyi bersama bocah-bocah cilik. Ia bahkan harus didukung Kuro karena lututnya terasa sangat lemas.      

Ivy menatap semua jalannya pertarungan, termasuk yang dihadapi Gavin, Vargana dan Voindra di ruang itu. Sedangkan Zivena bagaikan tau kondisi dan situasi, dia tidak secerewet biasanya namun mata besarnya yang cerah terus mengamati pertarungan, sama seperti yang dilakukan kakaknya, Ivy.      

"Ivy, kamu nggak kenapa-kenapa, ya kan? Ada yang sakit?" Jovano lekas memburu ke adik tengahnya. Ia menunduk untuk memeriksa siapa tau ada luka pada Ivy.      

Kepala hitam bagai boneka Jepang itu menggeleng. Lalu, Jovano memeluk sang adik penuh rasa lega dan syukur bahwa tidak ada hal buruk satupun terjadi pada Ivy.      

"Hm… kenapa mereka masih menyerang?" King Zardakh mengelus jenggot imajinatifnya. "Bukankah mereka sudah kalah telak sewaktu di Kutub Selatan?"     

"Mereka datang untuk mencoba mengambil Ivy lagi, Opa." Jovano menjelaskan dan menceritakan tentang pemikiran dia mengenai Andrea mengejar para vampire lainnya sebelum ini.      

King Zardakh menepuk-nepuk bahu cucu lelakinya dengan raut bangga. "Kau memang patut diacungi jempol empat milik Opa, Jo. Kau bisa memahami situasi dan tidak lekas terpancing, dan bahkan lekas mengatur keadaan."      

"Cucuku ini memang hebat…" Hagemori Karin mengelus punggung Jovano, lalu dia berjalan ke Ivy. "Honey, ayo ke kamarmu, Nenek akan menemanimu tidur."     

Ivy pun mengangguk dan menoleh ke Jovano untuk berkata, "Kak Jo, Ivy tidur dulu."     

"Oke, Ivy sayank…" Jovano mengusap kepala adiknya dan mengecup di sana.      

Sepeninggal Ivy dan Hagemori Karin, King Zardakh pun berbicara pada cucunya dan Myren, "Bagaimana ini mengenai Andrea?"     

"Opa, kita tidak boleh lengah lagi. Kalaupun kita hendak mencari Mom dan yang lain, cukup satu orang saja dan lekas membawa mereka kembali." Jovano memberikan pemikirannya.      

"Baiklah, Opa yang akan pergi mencari mereka. Kalian tetaplah berjaga di sini saja menunggu kabar dariku." King Zardakh pun menawarkan diri sebagai pencari ketiga orang itu.      

Jovano dan Myren mengangguk. Setelah King Zardakh pergi melesat ke suatu arah, Myren pun memutuskan dia dan keluarganya menginap dulu di mansion adiknya sampai keadaan bisa lebih stabil.      

Setelah itu, Jovano beralih ke adik bungsunya dan bertanya, "Zizi sayank, malam ini tidur dengan Aunty Shelly dulu sampai Mommy pulang, yah!"      

Karena Zivena paham akan ucapan orang di sekitarnya, dia pun menganggukkan kepala mungilnya.      

"Ayo, Zizi, kita ke kamar Aunty bersama Kak Kiran." Shelly pun menggendong Zivena dan Kiran mengikuti di belakangnya naik ke lantai atas.      

"Vargana dan Shona bisa tidur dulu di kamar Kiran, Voindra, kau ikut Aunty Shelly dan menjaga mereka di sana, oke?" Jovano membagi tugas untuk tim-nya.      

Karena kamar Kiran bersebelahan dengan kamar Shelly, itu lebih membuat tenang Jovano. "Zev, kau seperti biasa, tidur dengan Gavin di kamarku. Aku masih akan menunggui yang lain pulang."     

"Oke, Jo." Zevo dan Gavin pun naik ke atas.      

"Aku dan Shiro akan berjaga di balkon kamar Tante Shel." Kuro menawarkan diri untuk penjagaan lebih optimal.     

Jovano mengangguk dan mengucapkan terima kasih ke dua saudara angkatnya.     

Kini, semua orang sudah masuk ke kamar masing-masing, kecuali Jovano, Myren dan Ronh yang masih berjaga di taman samping mansion.     

"Aku benar-benar heran dengan Andrea yang seceroboh itu terpancing oleh para vampire." Myren berdiri di halaman samping bersama Ronh dan Jovano.      

"Itu karena Mom sangat marah mereka menghina Poppa." Jovano juga menyesalkan ibunya yang terlalu emosional hingga melakukan tindakan tanpa dipikir jauh-jauh.      

Myren mendesah pelan sebelum ia berucap, "Para vampire itu sepertinya menohok titik peka Andrea sehingga dia tanpa pikir menerjang begitu saja."     

Jovano dan Ronh setuju akan itu.      

.     

.     

Menunggu selama 5 jam lebih, akhirnya mendapatkan kabar dari King Zardakh melalui anting komunikasi Myren.      

"Di sini sedang kacau!" teriak King Zardakh.      

"Di mana?" tanya Myren di antingnya.      

"Rumania!" seru ayahnya lagi.     

"Astaga!" Myren berteriak kaget. "Rumania? Sejauh itu?!"     

Rumania. Itu adalah sebuah negara yang cukup besar di Eropa, terletak di bagian tenggara benua itu.      

Dan mendengar kata Rumania yang disebutkan oleh bibinya, Jovano mengerutkan dahinya. "Rumania… apakah itu berhubungan dengan Transylvania?"     

Myren menoleh. "Iya, sepertinya begitu, Jo. Kenapa?"     

"Yang aku tau dari rumor, Transylvania merupakan tempat yang erat kaitannya dengan Pangeran Vlad Dracula." Jovano berkata.     

"Ehh? Dracula? Apakah itu yang memiliki hubungan dengan vampire?" tanya Myren berusaha menggali pengetahuannya. Dia belum lama tinggal di Alam Bumi, selebihnya dia hanya di Underworld saja, tidak heran jika dia tidak begitu paham dengan tempat-tempat di Bumi.      

Jovano mengangguk. "Dikatakan oleh rumor umum, bahwa Vlad Tepes atau dikenal juga sebagai Count Dracula lahir di Transylvania dan dia memiliki kastil terkenal bernama Bran Castle dan di sana dia menyiksa mangsanya. Banyak yang mengatakan bahwa dia adalah vampire pertama di dunia ini."     

"Jo, apakah memang benar begitu cerita awal mula vampire?" Ronh juga tertarik mengenai ini.      

Tidak disangka, Jovano menggeleng. "Aku rasa dia bukan yang pertama jika memang di seorang vampire. Karena dia lahir di tahun 1456, sementara aku tau bahwa usia tetua vampire yang kita lawan dulu itu… mereka ada yang berusia ribuan tahun. Oleh karena itu, aku yakin dia bukan yang pertama."     

"Lalu, apakah dia diubah menjadi vampire?" Myren bertanya lagi.     

"Kalau secara urban legend memang dikatakan dia adalah vampire. Namun, jika menurut sejarah yang aku baca, dia manusia biasa tapi sangat kejam pada tawanan-tawanan politiknya." Tidak dirasa, Jovano malah memberikan sekelumit informasi sejarah.     

"Kejam? Seperti apa kejamnya dia? Apakah lebih kejam dari kami jika menghukum tawanan kami?" tanya Ronh ke Jovano.      

"Diceritakan bahwa dia kerap menyula tawanan dia."     

"Menyula? Apa itu, Jo?"     

"Itu adalah menusuk tubuh manusia, bisa dari telapak kaki hingga ke kepala, atau dari dubur hingga kepala dan menghindari menusuk organ-organ penting agar korbannya menderita hebat selama 2 hari kehilangan darah lalu mati."     

"Seperti disate!"     

"Benar, Aunty. Seperti disate. Oleh karena itu, dia dikatakan bagai vampire yang membuat korbannya mati karena kehabisan darah."     

"Kurasa masih lebih kejam penghukuman dari kaum kita, Jo."     

"Ha ha ha, Uncle… untuk itu rasanya aku tidak mungkin menyangkalnya, ya kan?"     

Mereka pun terbahak sebentar dan kembali ingat pada King Zardakh.      

Tadi, sang raja masih bisa diajak bicara beberapa kali untuk memberitahukan lokasi dia. Lalu, hening tidak ada jawaban dari King Zardakh selama beberapa menit, hingga digunakan Jovano untuk membahas mengenai Vlad Tepes si Count Dracula, penguasa Bran Castle.      

Meski Myren sudah memanggil-manggil melalui anting komunikasinya, tetap saja tidak ada suara dari seberang.     

"Coba lagi, love…" Ronh meminta pada istrinya.      

"Oke." Myren pun menekan anting komunikasinya, berusaha berkonsentrasi memikirkan sang ayah agar tersambung ke sana, namun hasilnya nihil.     

"Masih tidak bisa?" tanya Ronh.     

Myren menggeleng. "Tidak ada suara apapun. Huft… aku jadi cemas…"     

"Coba aku panggil pakai cincinku." Jovano pun mulai mengusap cincinnya dan menyebut nama kakeknya beberapa kali.      

Namun, ternyata itu juga nihil. Sang kakek yang biasanya langsung merespon dengan kedatangannya, kini senyap begitu saja.      

Hal ini menjadikan Myren khawatir. Apakah ada sesuatu yang buruk terjadi di sana? Apakah Andrea baik-baik saja?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.