Devil's Fruit (21+)

Memancing Count Dracula Keluar



Memancing Count Dracula Keluar

0Fruit 727: Memancing Count Dracula Keluar     

Myren menyeringai nakal ke suaminya. "Lantai empat dan ruang bawah tanah, huh?"      

Ronh yang mendapati pancaran mata penuh arti istrinya pun bertanya, "Jangan katakan bahwa kau ingin berbuat sesuatu di lantai itu, honey."      

Sang istri mengerling jenaka sambil berkata, "Mana mungkin kita akan melewatkan sesuatu yang menarik di sana, kan?"     

"Tapi, honey, apakah kau tidak takut itu adalah jebakan untuk kita dengan penjaga tempat ini mengatakan seperti itu pada kita?" Kali ini, Ronh mengatakannya secara telepati ke Myren.      

Istrinya memekik dengan telepati juga, "Justru itu, hunk!"     

"Maksudmu?"     

"Penjaga itu sepertinya sengaja melarang kita ke lantai empat dan ruang bawah tanah dengan maksud agar kita melanggar nasehatnya untuk pergi ke ruangan yang dia larang! Itu memang tujuan dia!" Myren berseru menggunakan telepati.      

"Kau yakin, hon?"      

���Aku yakin. Karena aku merasa ada yang fishy (mencurigakan) di penjaga itu dan aku harus mencari tau apakah intuisiku ini benar atau salah."      

"Oke, hon … aku selalu mendukungmu."     

"I know it, my hunky man." Myren pun mengecup bibir suaminya setelah mereka selesai bertelepati sejenak.      

Kemudian, langkah mereka mulai menuju ke tangga batu hingga ke lantai empat, lantai tertinggi di kastil tersebut. Myren dan Ronh semakin bersikap waspada, melihat sekeliling dan terus mengawasi sekitar.      

Di lantai empat, terdapat ada banyak ruangan dan sebagian besar tampak cukup kumuh dilihat dari pintunya yang tertutup, berbeda jauh dengan 3 lantai lainnya yang diberi perawatan dan bersih, serta di beri mebel yang indah dan rapi.     

Tapi di sini, di lantai empat ini, kesan kumuh, kotor dan bau tak sedap langsung menyeruak begitu kaki Myren dan Ronh tiba di sana.      

Segala macam bau dari debu, batu, tanah, lembab, jamur, dan berbagai bau aneh lainnya, segera tertangkap oleh indera penciuman dua orang tersebut.      

"Bau apa sebenarnya ini?" tanya Myren secara telepati ke suaminya. Matanya terus berkeliling menatap tempat yang hanya diterangi remang-remang cahaya dari lampu minyak seadanya.      

"Seperti bau debu, lumut dan ruangan yang lama tidak didatangi apalagi dibersihkan," tukas Ronh melalui telepati juga.      

Dua suami istri itu sepakat untuk berbicara dan berkomunikasi menggunakan telepati mereka saja untuk meminimalisir ketahuan oleh pihak lain.     

"Masih ada bau lain yang aneh, hunk." Myren memang memanggil suaminya dengan sebutan hunk yang dalam bahasa slang inggris berarti lelaki tampan dan tinggi besar. Itu sesuai dengan karakteristik Ronh.      

"Menurutmu apa, hon?" Dan Ronh biasa memanggil istrinya dengan sebutan honey atau kadang hunny.     

"Bau … anyir?" Suara Myren di benak Ronh terdengar ragu-ragu.     

"Anyir? Berarti … darah?" Ronh mulai mempertajam penciumannya. "Sepertinya … kau benar, hun."     

Wusss!     

Tiba-tiba ada angin kencang dan singkat, membuat lampu minyak yang berpijar kecil langsung padam. Suasana pun mulai gelap dan hanya ada remang-remang cahaya dari bulan purnama di luar sana.      

Karena Myren bukanlah manusia, maka dia tidak mungkin berteriak layaknya perempuan normal jika mendapati keadaan gelap secara mendadak. Ia hanya terkesiap dan segera aktifkan pengelihatan super dia secara diam-diam, tanpa memancarkan cahaya di matanya.      

Ronh pun bersikap lebih waspada. Mana bisa angin meniup padam api di dalam lampu minyak tanpa membuat lampu itu bergoyang lepas dari tempatnya?     

Maka, sudah jelas, keanehan ini tidak wajar.      

"Hun, waspada."     

"Iya, aku tau … sepertinya jebakan kita berhasil mengundang seseorang, hunk."      

Ronh akui, Myren memang cerdas dalam memikirkan strategi dan penjebakan pada lawan.      

"Sepertinya angin malam ini begitu kencang, hunk." Myren sengaja bersuara biasa.      

Suaminya menimpali dengan sandiwara pula. "Benar, hunny. Haruskah kita nyalakan lampu minyak itu?"     

"Aku tidak bawa korek api, hunk. Dan, apakah menurutmu ini bukan ulah Count Dracula?"      

"Count Dracula? Ohh, ayolah hon, dia itu hanya legenda bohongan."     

"Hunk, kau tidak percaya bahwa Count Dracula itu penghisap darah terbesar dan terhebat di sepanjang jaman?"     

"Honey, please, jangan membuatku tertawa. Dia hanyalah seorang lelaki yang bersembunyi di kastil ini tanpa bisa berbuat apa-apa sebelum dibunuh orang-orang Turki, ya kan?"     

Myren terkekeh. "Awas saja kalau nanti Count Dracula benar-benar muncul, jangan sampai kau terkencing-kencing dan lari, yah!"     

Ronh meludah ke samping. "Aku? Takut dengan orang pengecut seperti Count Dracula? Terkencing-kencing? Dia malahan yang akan aku buat terkencing-kencing melihat kegagahanku."     

"Lalu kenapa kau mau ikut aku ke sini?"     

"Aku ikut ke sini karena kau cintaku dan aku ingin buktikan padamu bahwa rumor Count Dracula itu palsu. Dia hanya palsu. Vampir? Penghisap darah? Pfttt! Ayolah, honey, itu hanya cerita yang dibesar-besarkan orang di sini saja agar popular dan terdengar keren."     

Keduanya terlihat saling berdebat mengenai keberadaan Count Dracula, hingga tidak menyadari adanya sosok gelap di ujung lorong.      

"Sepertinya aku sedang dibicarakan," tutur sosok itu, tak jauh dari tempat Myren dan Ronh berdiri di dekat jendela. Dia tidak melangkah, melainkan melayang maju tanpa menapak lantai.     

"Dia datang!" seru Myren di benak suaminya.     

"Kau memang pintar memancing dia, hunny!" balas Ronh juga ke benak istrinya.     

Myren dan Ronh berlagak kaget dan menatap ke ujung lorong yang gelap.      

"Si-siapa kau?!" tanya Ronh menggunakan nada gugup dan terselip takut.      

Sosok gelap itu terkekeh dengan nada yang dalam dan berat. "Khe khe khe … bukankah tadi kau tidak mempercayai keberadaanku? Bukankah kau tadi mengatakan akan membuatku takut dan terkencing-kencing ketika aku melihatmu?"     

Myren turut berakting terkejut. "H-hah! K-kau … kau … jangan katakan bahwa kau … Tuan Count? Count Dracula? Count Dracula yang sangat terkenal itu?"     

Perlahan, dari kegelapan lorong lantai empat, muncullah sosok tinggi besar yang memakai setelan jas dan mantel serba hitam dengan wajah putih bagai kapas dan raut menakutkan meski dia tampak bagaikan seorang pria Eropa pada umumnya. Namun, seringai itu sungguh mengerikan.      

"Seperti yang kau damba, nona cantik … my dear lady …" Sosok yang mengaku sebagai Count Dracula mulai menampakkan diri di depan Myren dan Ronh.      

"C-C-Count Dracula!" Myren berseru sambil membekap mulut dengan dua telapak tangannya.      

"Begitulah mereka memanggilku …" Sosok itu membungkukkan badan di depan Myren bagai seorang gentleman Eropa pada umumnya. Lalu ia melirik ke Ronh.      

Ronh mengimbangi akting istrinya. "Tidak … tidak mungkin kau Count Dracula! Dia … dia kan sudah mati dibunuh orang Turki! Kau … kau palsu!"     

Wajah panik dan ketakutan dari Ronh rupanya menghibur sosok berbusana serba hitam itu. Ia tertawa ringan dengan suara creepy-nya, menampakkan dua taring di bagian atas deretan depan giginya.      

"Count … kau … kau tidak bermaksud untuk membunuh kami, ya kan?" tanya Myren dengan sikap tenang.      

"Hmm …" Sosok itu seperti sedang berpikir. "Bagaimana apabila aku membunuh lelakimu agar dia mengalami sendiri seperti apa Count Dracula … dan kau, manisku, my lady … biarkan aku memberimu kehormatan untuk menjadi istriku dan kujadikan kau abadi."     

Myren menaikkan dagunya dan berkata dengan percaya diri. "Ohh, maaf, Tuan … sepertinya aku tidak perlu bantuanmu untuk menjadi abadi, karena aku memang sudah menjadi makhluk abadi sejak lahir." Kini, ganti Myren yang menyeringai. "Maaf mengecewakanmu, Tuan Penjaga."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.