Devil's Fruit (21+)

Percobaan Pertama Membuat Pedang



Percobaan Pertama Membuat Pedang

0Fruit 645: Percobaan Pertama Membuat Pedang     

Andrea terus mengawasi putranya. Ia juga sama berdebarnya dengan sang putra. Meski awalnya Andrea ingin mempelajari rune dan penempaan senjata, namun akhirnya dia mengurungkan niat itu dan ingin fokus ke alkimia saja. Penempaan senjata biarlah menjadi ketrampilan untuk putranya saja.      

Kini, Jovano masih terus berusaha melelehkan besi damaskus seberat 2 kg. Dikatakan, bahwa suatu hal yang hebat jika bisa menghasilkan hasil lumeran yang lebih berat dari berat sesungguhnya dan berukuran lebih kecil dari ukuran sebelumnya.      

Disitulah tantangan bagi para penempa senjata yang menggunakan cara api alkimia. Ini jelas berbeda dengan teknik para penempa biasa di dunia manusia. Sudah pasti berbeda.      

Maka, goal bagi Jovano saat ini adalah membuat baja damaskus lebih kecil dan lebih berat dari sebelumnya. Jika itu berhasil, maka dia bisa dikatakan sukses di tahap pertama.      

Dalam waktu dua jam ini, Jovano sibuk mengubah bentuk dan berat dari baja damaskus. Ia ingin melumerkan baja tersebut, membuang semua kotoran yang menempel di baja menggunakan api murninya dan membentuk baja menjadi bentuk lempengan yang lebih kecil namun lebih berat bobotnya.      

Seberapa sulit itu? Cukup sulit untuk pemula.      

Tapi Jovano mana mungkin menyerah?! Ia terus dan terus leburkan baja di tangan kirinya sambil terus diputar dan dibentuk menjadi sebuah lempengan pelat baja sebesar telapak tangan. Ia menuangkan seluruh upayanya.      

Setelah satu jam lagi berlalu, akhirnya pelat baja damaskus itu pun berhasil diciptakan dari baja yang sebelumnya berbentuk balok cukup besar.      

Andrea dan yang lainnya menghembuskan napas lega dan bangga karena Jovano sudah bisa berhasil dalam sekali coba.      

"Sekarang, coba kau fusi, kau gabungkan pelat baja itu dengan lumeran tulang tadi, Jo. Kamu murnikan mereka semua dalam tungku tempa itu sambil kamu pukul dengan palu tempa." Andrea memberikan instruksi sesuai yang dia baca dari buku cara menempa senjata.      

Jovano patuh dan mulai letakkan pelat baja damaskus tadi ke atas tungku tempa dan menyatukan dengan lumeran tulang sebelumnya. Lalu, dia mempersiapkan palu tempa yang ukurannya lebih kecil, berwarna perak. Ia ingin memakai itu dulu sebelum mahir benar.     

Dang! Dang! Dang!     

Terdengar bunyi palu tempa yang jatuh ke atas pelat baja yang udah berlumur lumeran tulang dan api tidak padam di sana.      

"Lipat lempengan bajanya, Jo. Lipat beberapa kali." Andrea tidak lupa memberikan instruksi lagi.      

Jovano bertindak seperti yang ibunya minta. Ia menyatukan lumeran tulang dengan baja damaskus dalam penempaan. Setelah itu bersatu dan membentuk lempengan pilih, Jovano melipatnya dan memukulnya lagi dengan palu tempa sambil menjaga stabilitas apinya.      

Ini berlangsung selama dua jam lamanya, hanya menempa saja.      

Setelah itu berhasil menyatu dengan baik dan membentuk lempengan panjang usai dilipat beberapa kali, kini Jovano mengambil bubuk besi baja untuk dilapiskan pada bilah sambil terus ditempa dan dipanaskan.      

Jovano ingin membuat pedang yang memiliki 2 sisi tajam, bukan seperti jenis katana yang hanya mempunyai 1 sisi tajam. Pedang Jovano ini pedang yang biasa digunakan pendekar Cina jaman dulu. Tidak begitu lebar dan terlihat ramping.      

Setelah seluruh bubuk baja dilapiskan di atas lempengan bilah, itu masih dipukul dengan palu tempa berulang kali sambil sesekali dibubuhkan bubuk baja untuk daya tahannya.      

Karena pedang Jovano ini tidak memiliki lengkung seperti pedang yang digunakan para samurai, maka ia tidak perlu mencelupkan bilah pada air. Ia ingin pedangnya lurus biasa.      

Maka, usai ia merasakan cukup menempa dan bilah terlihat sudah lurus dan ramping sesuai keinginan dia, ia pun meletakkan pedang di atas meja batu.      

Sementara menunggu bilah dingin, Jovano membuat gagang pedang dari tulang beast.      

Usai gagang pedang jadi, itu disatukan dengan bilah dan dipoles dengan sentuhan akhir sehingga pedang tampil cantik meski dibuat oleh pemula.      

Prosesnya memakan waktu 5 jam lamanya. Dan itu termasuk sangat cepat. Mungkin karena tenaga yang digunakan Jovano bukanlah tenaga manusia biasa. Para ahli pembuat pedang biasanya butuh berhari-hari menempa pedang.      

Dan kini, pedang ramping itu sudah ada dalam genggaman Jovano. Ia tersenyum puas. Andrea dan 3 pria di sana memandang takjub atas keberhasilan Jovano.      

Sang putra sulung Andrea pun meminta kakeknya dihadirkan untuk melihat hasil yang dia capai.      

King Zardakh benar-benar muncul setelah Andrea menghubunginya. Putri Cambion senang juga ketika ayahnya lekas datang, tidak menunda-nunda. Ini menandakan Jovano memang penting di mata King Zardakh.     

Tuan Raja menatap pedang itu dengan pandangan menyelidik. Keningnya berkerut sambil matanya tajam meneliti bilah tersebut yang dia ambil dari tangan sang cucu.      

"Kenapa, Opa? Apakah ada masalah?" tanya Jovano. Ia jadi waswas sendiri melihat reaksi kakeknya tidak seperti Andrea dan yang lainnya.      

Tanpa mengucapkan apa pun, King Zardakh mengeluarkan sebilah pedang yang mirip dengan buatan Jovano. Pedang itu tipis dan ramping serta panjang. Kemudian, ia menyerahkan pedang tipis itu ke Jovano. "Ayo kita adu, Jo."     

King Zardakh memegang pedang buatan Jovano, sedangkan sang cucu memegang pedang tipis milik kakeknya.      

Mereka bertukar pukulan menggunakan pedang beberapa kali. Setelah bentrokan pedang berlangsung 12 kali, pedang di tangan King Zardakh pun terpotong menjadi dua, patah. Itu adalah pedang buatan Jovano.      

Jovano sangat terkejut melihatnya. Ada rasa syok dan tidak terima melihat hasil kerja kerasnya ternyata patah setelah diadu dengan pedang serupa dalam hitungan di bawah 15 pukulan. Wajahnya menggelap sedih. Padahal dia sudah bersusah payah selama 5 jam lebih.      

"Pedangku tidak kuat. Itu... ternyata lemah." Jovano tertunduk dengan bibir melengkung ke bawah, sedih sambil pandangi bilah patah tersebut.      

Andrea dan yang lainnya juga tidak mengira bahwa pedang buatan Jovano yang tadinya terlihat kuat dan cantik, ternyata mudah dipatahkan setelah diadu dengan pedang sejenis.      

"Opa tidak menggunakan tenaga berlebihan ataupun tenaga magis, loh Jo." King Zardakh buru-buru mengatakan itu sebelum sang cucu dan yang lainnya salah paham mengira dia mematahkan pedang Jovano dengan menggunakan kekuatan Iblis yang kuat.      

"Aku tau, Opa." Jovano memungut patahan pedangnya di lantai. "Ini memang pedangku yang gak becus, kok!" Ia masih muram memandangi bilah patah itu.      

King Zardakh menepuk bahu cucunya beberapa kali untuk memberi semangat pada Jovano. "Jangan patah semangat, Jo. Ini adalah uji coba pertama kali kamu, ya kan?"     

Jovano mengangguk. "Padahal aku sudah susah payah membuatnya, Opa."     

"Iya, Opa tau, kau pasti sampai kelelahan karena ini, iya kan? Tapi harus kau tau, bahwa kau tergolong sangat cepat untuk ukuran penempa amatir, pembuat pedang pemula. Dan ini kalau sampai orang di dunia manusia tau, mereka bisa menangis guling-guling karena kalah cepat dan juga kalah jenius darimu." King Zardakh membesarkan hati cucunya.      

"Benarkah, Opa?"     

King Zardakh mengangguk. "Temukan caramu sendiri dan juga temukan pula apa kesalahan pada pedangmu yang ini, terus mencoba dan mencoba sampai berhasil. Aku yakin mama kamu juga dulunya berkali-kali gagal sewaktu membuat pil obat. Belajarlah dari ketangguhan mamamu dalam mencoba sampai sukses."      

Jovano mengangguk.      

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.