Devil's Fruit (21+)

Dihadang



Dihadang

1Fruit 686: Dihadang     
1

Di tempat lain, Jovano menyadari bahwa ibu dan kedua ayahnya tidak ada lagi di sana. Ia menduga mereka sudah pergi dari situ untuk mencari Ivy.      

Ia melonjak sebentar ke angkasa dan mencari keberadaan sang ibu. Ia mengendus di udara untuk mendapatkan aroma ibunya.     

"Ketemu!" Jovano pun lekas terbang cepat ke arah yang diyakini dilalui Andrea. Ia mengandalkan tenaga pelacak miliknya yang diwarisi dari ibunya.     

Di area lain, Andrea dan empat lainnya sudah terus terbang cepat ke sebuah arah. Namun, mendadak Andrea berhenti dan berpaling. Yang lainnya pun terpaksa berhenti juga.     

"Ada apa, Ndre?" tanya Myren.     

"Ha ha… akhirnya terkejar juga kalian!" Sebuah seruan datang dari arah belakang.     

"Jo!" pekik Dante, tidak menyangka anaknya bisa mengikuti mereka. "Untuk apa kau ke sini?"     

"Apalagi, Dad? Tentu saja untuk menolong Ivy!" Jovano pun hentikan terbangnya dan melayang di udara bersama yang lainnya.      

"Inikah cucu lainku?" Hagemori Karin tersenyum ke Jovano. "Dia sudah sebesar ini?" Ia menjangkau Jovano dan menangkup pipi sang remaja.     

"Nenek…" sapa Jovano dibarengi senyuman hangat pada nenek tirinya. Namun mereka tidak terlalu memedulikan status tiri itu. "Nek, ajak juga aku untuk menyelamatkan adikku, yah!" pintanya dengan wajah sememelas mungkin.     

Hagemori Karin terkekeh dan mengangguk.      

Tetapi, tidak lama, muncul sebuah kabut asap tebal warna hitam, dan perlahan membentuk sebuah sosok.      

"Emanuela…" erang Hagemori Karin ketika sosok itu mulai jelas terbentuk.      

Tetua vampire termuda itu menatap datar ke ibunda Giorge. "Betapa kau ini rendahan sekali, Karin. Kau bekerja sama dengan musuh!" Beberapa vampire yang terlihat kuat lainnya muncul di belakang Emanuela.      

"Apakah kalian masih bisa mengharapkan kesetiaanku ketika suamiku kalian bunuh?!" pekik Karin dengan mata merah menyala. Hasrat membunuhnya begitu berkobar. "Kesetiaanku sudah menghilang ketika kau menculik Ivy, cucuku!"     

"Lancang! Wanita rendahan tak tau diri!" teriak Emanuela sambil kibaskan tangannya dan Karin pun terlempar beberapa meter ke belakang. "Kau harus mengutamakan kepentingan kelompokmu dibandingkan kepentinganmu sendiri!"     

Karin berdiri dibantu Andrea dan Jovano yang melesat menolong. Ketiganya kembali ke spot awal sambil Karin menghapus darah di ujung mulutnya. "Huh! Mana bisa kau mengerti perasaanku jika kau sama sekali tidak punya keluarga."     

Mata merah Emanuela berkobar penuh akan amarah menatap Karin. "Rendahan lancang!" Ia kibaskan lagi tangannya.     

Namun, Andrea dengan sigap menepis serangan angin dari Emanuela, mengakibatkan tangannya sobek memanjang di lengan bawah.      

"Andrea!" Karin cemas seketika, tidak menyangka menantunya akan menangkis serangan Emanuela dengan tangan kosong.      

"Tenang saja, Mama. Serangan seperti tidak ada artinya bagiku." Andrea menyeringai remeh ke Emanuela sambil dia dengan enteng mengeluarkan pil obat yang dia makan. Segera saja robekan di lengan bawah putri Cambion segera saja mengatup dan saling menyatu bagai tidak pernah ada luka sebelumnya di sana.     

Emanuela lumayan terkejut melihat itu. Menggeram, dia berkata ke Andrea, "Kau… alkemis…"     

"Ohh, itu benar, bocah cilik. Maka, jangan harap kau bisa mudah melukai orang-orang tersayangku." Andrea menatap remeh ke Emanuela.      

Anak buah Emanuela geram karena junjungan mereka diremehkan begitu rupa. Mereka pun menggeram marah dan menerjang ke arah Andrea.      

Tapi, memangnya pihak Andrea akan diam saja?      

Swooshh! Swosshh! Swoosshh!      

Tiba-tiba saja menyembur beberapa jarum yang terbuat dari api hitam dari tangan kiri Jovano, menerjang dada kiri para vampire anak buah Emanuela.      

Segera saja vampire yang berjumlah empat orang itu pun terlahap oleh api hitam Jovano tanpa ampun hingga akhirnya mereka menjadi debu dan lenyap dalam hitungan detik saja.      

Emanuela melotot ke Jovano. "Kau! Ternyata kau yang memiliki api hitam itu!"      

"Iya. Memang aku. Ingin berkenalan denganku, nona cilik?" Jovano terkekeh ringan sambil menyeringai santai ke Emanuela.      

Sisa anak buah Emanuela segera saja maju untuk melindungi tuan mereka. "Tetua, lebih baik kau pergi dulu, biarkan kami yang menghadang mereka."      

Emanuela pun kibaskan lengan bajunya dan berbalik untuk menghilang dari sana, menandakan dia menyetujui keputusan para bawahannya.      

"Bocah cilik, jangan kabur! Apa kau sudah ketakutan?" teriak Jovano pada Emanuela dengan sikap jahil.      

Emanuela menatap tajam ke Jovano dan tidak memedulikan kalimat sang putra Cambion.      

Wusshh! Wuusshh!     

Jovano dengan santainya meluncurkan tembakan-tembakan jarum api hitam pada semua anak buah Emanuela.      

Swuuusshh!      

Sedangkan Andrea, dia segera keluarkan cambuk dia untuk menangkap Emanuela sebelum vampire cilik itu berhasil lolos.      

Emanuela berkelit dan menggunakan pusaran tenaga angin dia untuk meloloskan diri dengan secepat kilat, sambil menggertakkan gigi karena semua bawahannya sudah tewas oleh serangan Jovano.     

Ctaarr!     

"Arrkhhh!" Emanuela berteriak ketika akhirnya cambuk milik Myren sudah memukul tubuhnya. Ia pun tersungkur di salju dan merasakan rasa menyengat panas di punggungnya.      

"Jangan terburu-buru kabur, nona kecil." Myren memasang tampang santai ke Emanuela.     

Emanuela menggertakkan gerahamnya menahan sakit menyengat di punggungnya. Bisa ia pastikan pasti ada luka di sana. Bahkan pukulan cemeti Myren itu berdampak pada organ dalamnya dan membuat dia muntah seteguk darah.      

Zupp! Zuupp! Zuuupp!     

Tiga orang vampire sudah datang di tempat itu. Jubah hitam mereka nyaris seperti yang dipakai Emanuela, menandakan tingkat status mereka mungkin saja setara dengan Emanuela.     

"Tiga tetua kelas bawah." Hagemori Karin menggeram rendah, memberikan informasi mengenai ketiga vampire yang baru saja muncul.      

"Kalian para iblis dan dua pengkhianat, jangan harap bisa bertindak seenaknya di tanah kekuasaan kami ini." Salah satu tetua berkata dengan wajah angkuh.      

"Jangan remehkan mereka, Evrom." Emanuela menggeram rendah sambil bangkit berdiri. Ia pun lekas menyembuhkan luka di punggungnya menggunakan kekuatan regenerasi vampire. "Kau harus waspada pada bocah dan dua wanita itu."      

"Emanuela, lebih baik kau kembali ke tempat tetua lainnya dan bergabung di sana." Evrom memberikan nasehat.      

"Apakah kami akan memberi ijin bagi kalian untuk kabur meski hanya satu orang saja, huh?" Myren menggulung cambuk duri apinya.      

Tetua itu tidak menyahut akan kalimat Myren dan melainkan langsung menjawab dengan aksinya. Ia lekas maju dengan sangat cepat, bagai menggunakan kekuatan teleportasi, meski sebenarnya itu bukan, melainkan saking cepatnya saja gerakan mereka.      

Myren dan yang lainnya lekas menghindar dengan gesit. Lalu tetua yang lain pun bergabung melawan kelompok Myren.      

Myren melawan Evrom, dan Andrea dibantu Dante mengurus tetua lainnya. Sedangkan Karin dan Giorge melawan satunya lagi.     

Jovano menyeringai ke Emanuela. "Sepertinya kita yang tersisa di sini. Mau bersenang-senang denganku?"     

Emanuela merapatkan gerahamnya sembari berbicara rendah, "Iblis terkutuk yang bisanya mesum saja!"     

"Hei! Aku tidak bermaksud mesum sama sekali! Kenapa kau malah menuduh seperti itu? Aku ini pria terhormat, kau harus tau itu, nona cilik." Jovano malah mengajak berdebat.      

"Kau pikir seberapa besar kau ini, huh!?" teriak Emanuela kesal terus saja dipanggil cilik.     

"Setidaknya aku lebih tinggi darimu, ya kan?" Jovano angkat bahunya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.