Devil's Fruit (21+)

Kesendirian Berbalas Sunyi



Kesendirian Berbalas Sunyi

0Fruit 743: Kesendirian Berbalas Sunyi     

Andrea mendelik ke ayahnya, bersiap mengamuk. "Kenapa cuma Ivy yang masuk ke Schnee?!"     

"Opa! Cepat kirim aku juga, Opa!" Jovano berseru panik. Adiknya masuk ke Schnee sendirian tanpa dirinya. Dan bahkan Ivy belum pernah ke Alam Schnee yang super dingin.     

King Zardakh menatap bingung ke semua orang. "Kenapa bisa Ivy saja? Kok bisa begitu?"      

Andrea yang hendak mengamuk, jadi ikut bingung. "Maksudnya?"     

Mata King Zardakh menunjukkan kebingungan. "Tadi Ayah sudah arahkan daya hisap magis ke Ivy dan juga Jovano, tapi Ayah nggak mengira hanya Ivy yang terhisap masuk!"      

Orang-orang saling berpandangan, tak kalah bingung. Hanya Pangeran Djanh yang diam tenang. Apakah dia yang membuat hanya Ivy saja yang masuk ke Schnee?     

"Beh, coba aku! Sedot aku ke Alam Schnee!" Andrea maju. Wajah paniknya kentara.     

King Zardakh mencoba mengaktifkan daya magis dia pada Andrea. "Ughh! Tidak bisa! Tidak bisa memasukkan kamu ke Schnee, Andrea … entah kenapa." Sang Raja menggeleng kebingungan sambil menatap mutiara Schnee dia.      

Andrea dan Jovano terduduk lesu.      

"Ivy sendirian di sana …" lirih Andrea. Ia mulai basahi pipi dengan air matanya. Shelly lekas maju dan memeluk sang sahabat.     

"Bagaimana kalau Ivy sampai kenapa-kenapa di sana?" Pandangan mata Jovano kalut menatap lantai.     

"Hm … apakah … kalian yang sudah pernah masuk ke Alam Schnee, tidak bisa masuk lagi untuk kedua kalinya?" King Zardakh kerutkan dahi sambil ia terus tatap mutiara putihnya.     

"Beneran gitu, Beh?" Andrea mendongak sambil berlumuran air mata di wajahnya.     

"Entah, Andrea. Ayah kurang paham juga mengenai karakteristik mutiara Schnee ini. Ayah mungkin harus mencari pembuatnya agar tau persis bagaimana sifat-sifat mutiara Schnee ini. Tapi itu pasti butuh waktu sangat lama untuk cari pembuatnya karena Ayah mendapatkan mutiara ini dari pelelangan Underworld." King Zardakh menatap sedih ke Andrea.     

Andrea kembali menangis dalam pelukan Shelly. Sementara itu, Zivena mendekat ke ibunya dan ikut memeluk leher sang ibu.     

"Zizi …" Andrea memaksakan tersenyum ke anak bungsunya ketika dilihatnya si bayi 1 tahun ini hampir menangis juga. "Maaf, maafkan Mama." Ia lekas peluk erat sang anak. "Mama nggak apa-apa, kok."     

Tapi Zivena sudah terlanjur terisak. Andrea sampai harus bangun dan membopong si bungsu agar tenang. Jovano dan Dante juga ikut menenangkan Zivena.      

Setelah beberapa kali dihibur ayahnya, Zivena pun mulai bisa senyum dan tertawa kecil lagi.      

Myren merangkul bahu adiknya. "Lain kali, jangan tampakkan tangisanmu di depan anakmu. Mereka pernah ada di dalam perutmu berbulan-bulan, itu bisa membuat kalian saling terhubung."     

Andrea mengangguk.      

.     

.     

Sedangkan di Alam Schnee, Ivy sangat kebingungan ketika dia tiba-tiba berpindah alam yang serba putih, sekaligus sangat dingin. Untung saja saat itu tidak ada badai di Schnee.     

Dan sangat beruntung bahwa Ivy tiba di depan Benteng Pentagon Bulwark.      

Memandangi bangunan besar, luas, dan kokoh itu, ia pun memasukinya, dan hanya ada kesunyian dan angin dingin yang menyapa dia di sana. Bau sebuah tempat yang sudah lama tidak ditempati menyeruak dari sudut-sudut benteng.      

Ketika Ivy makin masuk ke dalam benteng, dia tiba di sebuah halaman dan ada bangunan menyerupai kastil kuno berdiri kokoh di tengah halaman.      

Penasaran, Ivy pun memasuki kastil. Ada nama Blanche di depan pintunya. Dan ia menghela napas lega ketika melihat bahwa di dalam kastil itu terdapat banyak kamar dan masing-masing kamar pun memiliki perabot layaknya ruangan kamar biasa.     

Karena saat ini Alam Schnee sedang "bersahabat", maka Ivy tidak begitu tersiksa ketika dia harus sendirian saja di sana. Tapi ….     

"Kak Jo … Kak Jo …" Ia mulai teringat akan kakak Jo dia yang katanya akan menemani dia di sini. Tapi, mana? Mana si kakak? "Kak Jo! Kak Jo!" seru Ivy berulang kali dengan suara keras. Namun hanya angin sepoi dingin yang menyahut teriakannya.     

Ivy mulai menangis dan ia pun melemparkan barang-barang apapun yang ada di kamar tersebut. Mata merahnya mulai menyala terang, berikut juga dengan taringnya muncul meski kecil.      

Namun, taring kecil itu sudah berhasil mengoyak leher anak Sabrina dan juga Hagemori Karin.     

Memunculkan hawa vampire-nya, Ivy merasa lapar. Ia teringat tas cangklong yang tadi diberikan ibunya. Ia pun secara kalut menggeledah tas dan menemukan kantung-kantung darah.     

Lekas saja satu kantung darah itu dia gigit dan koyak, lalu hisap secara rakus.      

Hanya dalam waktu singkat, semua darah di kantung tersebut habis diteguk Ivy.      

Ia kembali mencari kantung lainnya dan kembali mengoyak dan meneguk seluruh isinya.     

Tak berapa lama, 4 kantung darah sudah habis dalam waktu singkat. Masih ada 10 lagi.      

Dengan pipi dan mulut belepotan darah, Ivy pun tertidur di kasur kamar tersebut karena lelah mengamuk dan meneguk darah sambil menangis.      

Ia sangat kecewa karena sang kakak tidak ada di situ menemani dia. Dan dia seketika benci pada sang kakek dan juga ibunya. Pikiran sederhana Ivy hanyalah dua orang itu mencoba memisahkan dia dengan sang kakak.     

Apalagi sebelumnya, sang ibunda sempat tidak membolehkan Jovano untuk menemaninya di sini.      

Mengenai sang kakek, Ivy rasanya tidak pernah mengetahui kapan si kakek Zardakh menunjukkan perhatian atau kasih sayang padanya. Berbeda dengan sikap King Zardakh pada Jovano yang tampak sangat bangga dan penuh perhatian.     

Tapi Ivy tidak peduli. Ia hanya tak ingin banyak berinteraksi dengan kakeknya.      

Maka, kini hanya terdengar dengkuran halus dari seorang gadis kecil yang kelelahan karena marah tanpa menggubris pipinya kotor akan darah.     

.     

.     

King Zardakh sudah mengeluarkan semua orang dari alam indah sebelumnya untuk bertempur menyerang kastil asli Count Dracula.     

"Ayolah, Andrea … Ayah pasti akan mengetahui jika sudah waktunya mengeluarkan Ivy dari Schnee. Ayah berjanji!" King Zardakh menatap putri Cambion yang masih terlihat sedih. "Kau harus fokus pada penyerangan kita ini, Andrea. Jangan biarkan emosimu menguasai logikamu nanti di medan tempur."     

Myren menepuk bahu adiknya sambil berkata, "Ayo, Andrea … tuangkan emosimu saja pada para vampire dan Dracula di sana. Biarkan mereka merasakan murkanya seorang ibu jika anaknya diganggu."     

Andrea menatap kakaknya, mengangguk dengan pancaran mata penuh bara semangat. Rasanya ucapan Myren lebih masuk ketimbang kalimat kuno dari ayahnya. Poor King Zardakh. Kau harus meng-upgrade caramu menyemangati seseorang, tuan raja.     

Di belakang, Zahar bertanya ke Ronh dengan suara lirih. "Kenapa Putri Andrea bisa memiliki anak vampire?"     

Ronh menjawab, "Ayahnya Ivy seorang vampire."     

"Siapa?" Benn ikut bertanya dengan berbisik.     

"Giorge Schubbert."     

"Orang itu!"     

"Kalian mengenal Giorge?"     

"Dia … dia vampire yang pernah menolong saudaraku." Benn menyahut. "Giorge memang vampire aneh yang kadang tidak ikut campur dengan apa yang dilakukan kelompoknya, berbeda dengan Vaux."     

Kemudian, semua orang pun mulai bergegas ke dalam hutan, ke kastil asli Count Dracula.     

Pangeran Djanh menjejeri King Zardakh. "Akting yang bagus di alam tadi, Tuan Raja." Ia mengerling ke raja kerajaan Orbth.      

King Zardakh terkesiap karena pangeran satu ini bisa mengetahui dia bersandiwara saja mengenai Ivy. Ternyata, hanya Pangeran Djanh yang menyadari bahwa dia berpura-pura tidak bisa mengirim Jovano ke Schnee.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.