Devil's Fruit (21+)

Ketakjuban Werewolf Pada Iblis Wanita



Ketakjuban Werewolf Pada Iblis Wanita

0Fruit 738: Ketakjuban Werewolf Pada Iblis Wanita     

"Kastil lain!" Ronh berseru.      

"Benar, kastil ini hanyalah alat untuk mengumpulkan mangsa bagi mereka karena manusia kerap datang ke sini dengan pancingan cerita legenda Count Dracula."     

Tak berapa lama, mereka pun tiba di ujung ruang bawah tanah. Perlahan, di ufuk timur juga sudah mulai muncul semburat cahaya matahari.     

"Apakah kalian akan berubah jika terkena sinar matahari?"     

"Tidak lagi, Tuan Ronh. Generasi kami ini sudah ber-evolusi dan bisa tetap mempertahankan wujud serigala kami meski terik matahari."     

"Ha ha! Ternyata tidak hanya vampire saja yang sudah ber-evolusi. Kalian juga!" Ronh menemukan ini adalah hal yang lucu.     

"Tentu saja, Tuan Ronh. Kami harus mengimbangi musuh kami." Zahar tersenyum simpul.      

Mereka pun berhenti sejenak sambil menatap datangnya mentari yang perlahan-lahan merangkak di langit, keluar dari awan putih bergumpal.      

Benar yang dikatakan Zahar, dua serigala lainnya masih tetap bewujud serigala besar. Mereka sungguh sudah mengalami evolusi pada sel tubuh mereka.     

"Kalian, pergi cari pakaian. Tidak perlu membuat kehebohan di depan manusia," perintah Zahar pada dua anak buahnya.     

Benn dan Enric pun mengangguk patuh dan melesat masuk ke rumpun tanaman lebat dan menghilang di sana.     

Baru saja Ronh hendak melangkah lagi bersama Zahar, muncullah Myren dari halaman kastil. "Hunk."     

"Hunny." Ronh menyambut istrinya yang berjalan menghampiri dia. "Apakah kau sudah selesai memeriksa semua ruangan?"     

"Sudah, dan sama sekali tidak ada kemunculan Dracula. Hanya ada jejak samar darah di beberapa ruangan saja." Myren terlihat kesal dan mengeluh.      

"Tentu kau tidak bertemu dengan dia, karena dia konon lebih sering terlihat di kastil tengah hutan daripada di sini." Ronh mengelus rambut sang istri, membersihkan dari sarang laba-laba yang menempel di sana.     

"Ternyata begitu! Pantas saja aku bertahan di sana begitu lama dan tidak ada hasil! Huft!" dengus Myren. Lalu, tatapan matanya jatuh pada Zahar. "Siapa dia?"     

"Dia Zahar, pemimpin kelompok werewolf yang aku temui di ruang bawah tanah. Yah, sebenarnya sih dia yang menemukan aku, he he …"     

"Werewolf!" Myren sampai naikkan alisnya tinggi-tinggi sambil tatap Zahar dari atas sampai bawah. "Rupanya bangsa werewolf masih ada di dunia manusia!"     

"Ya, Nona. Kami masih ada walaupun populasi kami mulai menurun." Zahar tersenyum pada Myren dan langsung paham bahwa Myren juga iblis seperti Ronh dan berasumsi bahwa kedua iblis ini sepasang kekasih.     

"Kenalkan, ini istriku," ucap Ronh.     

Zahar terkejut. "Ohh! Ternyata Nyonya! Maafkan kesalahanku tadi memanggil Anda Nona. Perkenalkan, saya Zahar." Ia menjulurkan tangan ke Myren.     

Myren menjabat sambil tergelak ringan. "Ha ha … tak apa. Aku justru suka dipanggil Nona, membuktikan bahwa aku masih terlihat awet muda, kan? Hai, aku Myren."     

Sekian menit berikutnya, muncullah dua lelaki dari semak terdekat, mendekat ke Zahar.      

"Benn, Enric." Zahar menyapa. Ternyata dua lelaki itu adalah wujud manusia Benn dan Enric.     

Benn dan Enric mengangguk hormat ke Zahar.      

"Perkenalkan, dia istri dari Tuan Ronh." Zahar menunjuk ke Myren. Enric dan Benn pun berjabat tangan dengan Myren sambil menyebutkan nama mereka masing-masing.     

"Apakah kalian tidak keberatan jika kalian menemui kelompok kami dan berbincang-bincang?" tanya Myren. Tubuh kokohnya yang berdiri membelakangi sinar matahari, membuat siluet dia diselimuti cahaya keemasan mentari pagi. Apalagi penampilan seksi bagai wanita amazon.     

Penampilan seperti Myren inilah yang biasanya menggiurkan para werewolf untuk dijadikan Luna utama mereka. Kokoh, seksi, dan menyenangkan di mata.     

Benn dan Enric hanya bisa menatap iri pada Ronh.     

"Baiklah." Zahar berkata. "Kami tidak keberatan bertemu dengan kelompok Nyonya."     

Setelah itu, Myren pun menghubungi Tim Blanche dan menanyakan mereka di mana saja melalui anting komunikasi.     

Sesudah mengetahui posisi mereka semua, Myren pun meminta mereka untuk berkumpul di halaman kastil Bran. Suasana sepagi ini tentu belum ada pelancong yang akan datang ke kastil.     

Tak lama kemudian, para anggota Tim Blanche pun berdatangan. Mereka satu demi satu berkenalan dengan tiga serigala werewolf.     

Para bocah seperti Jovano, Gavin, Zevo, dan Vargana … terpana mengetahui Zahar, Enric, dan Benn merupakan werewolf. Mereka tidak menyangka akan bertemu dengan salah satu ras supernatural terkenal di dunia manusia.      

"Hebat! Ternyata aku bisa bertemu werewolf!" Gavin sampai menatap takjub ketiga serigala jadi-jadian yang kini sudah menjadi wujud manusia seutuhnya.     

"Ayo kita cari tempat untuk mengobrol."     

"Bagaimana jika di alam milik opanya Jo?"     

"Itu kalau Zahar dan temannya mau."     

Myren pun menatap Zahar. "Apakah kalian bersedia ikut masuk ke alam khusus?"     

"Alam khusus?" tanya Zahar, bingung.      

"Ya, alam buatan yang kami punyai. Yah, tidak semua iblis punya, sih! Hanya yang kuat saja."     

Zahar menatap dua rekannya dan akhirnya mengangguk. Mereka mempercayai kelompok Myren tidak akan mencelakai mereka. Lagipula, untuk keuntungan apa Tim Blanche mencelakai para werewolf ini jika mereka sebenarnya adalah sekutu?     

"Baiklah, kami akan ikut kalian, tapi ijinkan aku memberitau kelompokku dulu agar mereka tidak bingung mencariku." Zahar pun memejamkan matanya sejenak, lalu mata yang sudah berubah biru seperti mata manusia biasa, terbuka. "Sudah."     

"Jo, lekas panggil opamu."     

"Oke." Jovano pun berkonsentrasi dan memanggil sang kakek.     

Wuuss ….     

Dalam sekejap, King Zardakh pun muncul.      

"Tumben gercep! Biasanya lelet!" sindir Myren pada ayahnya.     

"My dear … aku ini selalu berusaha datang secepat mungkin untuk kalian …" King Zardakh mencoba beralasan.     

Setelah berkenalan dengan tiga werewolf, King Zardakh mengangguk paham untuk membawa mereka semua ke salah satu alam miliknya.      

"Tapi, bagaimana jika Andrea juga kita panggil ke sini? Kudengar, dia sudah keluar dari Bucharest." King Zardakh memberi saran.     

Tim Blanche mengangguk. Mereka akan menunggu kedatangan Andrea dan yang lainnya bersama dia.     

Myren menekan anting komunikasi dia dan berbicara, "Andrea, cepatlah datang ke kastil Bran, kami menunggumu di halaman depan."     

"Oke," jawab Andrea di seberang. "sebentar lagi aku akan sampai. Mungkin … sekarang!" Dan Andrea pun tiba tepat di depan Myren sambil tampilkan cengiran nakalnya.     

"Kau!" Myren gemas dan mencubit pinggang adiknya. "Dasar bocah nakal!"     

"Isshh! Bocah yang udah bisa bikin bocah, Kak?" Revka berkomentar sambil menatap judes ke Andrea.     

"Wew … kitty sirik!" Andrea menjulurkan lidahnya.      

Zahar dan dua werewolf pun takjub menatap penampilan Andrea. tadi Myren dan Revka sudah membuat mereka susah bernapas karena saking terpesonanya. Dan kini ada lagi Andrea.     

Para werewolf berpikir, apakah wanita-wanita dari kalangan iblis memang sehebat itu penampilannya?     

"Nah, ayo kita pergi. Kalau terlalu lama bergerombol di sini, kita bakal terendus oleh vampire." King Zardakh pun mengeluarkan salah satu mutiara alam dia dan menaruh di tangannya. "Kalian siap?"     

"Tentu saja. Ayo, Opa!" Jovano bersemangat. Dia teringat mutiara apa itu.     

Zummphh!      

Dalam sekejap, King Zardakh sudah memindahkan semua orang ke dalam mutiara.     

"Wawawaaa! Lhawuwawaaa! Bruwwhaalhalhaa!" Terdengar celoteh yang sangat akrab di telinga Tim Blanche begitu mereka tiba di alam itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.