Devil's Fruit (21+)

Zahar, Sang Alpha



Zahar, Sang Alpha

0Fruit 737: Zahar, Sang Alpha     

Ronh berpikir sejenak kata-kata dari para serigala itu. Manusia di tangannya ini memang merupakan korban dari para strigoi, itu kesimpulan Ronh. Dan memang masuk akal jika mengatakan manusia ini tidak tau menahu mengenai Count Dracula.      

"Baiklah." Ronh meletakkan manusia itu kembali ke lantai ruang bawah tanah dan ia menyingkir. "Lakukan apa yang ingin kalian lakukan. Aku juga takkan setuju jika dia pada akhirnya menjadi vampire."     

Serigala hitam segera melompat. Jika saja pemimpinnya tidak melarangnya untuk menyerang Ronh, tentu dia dengan senang hati menerjang ke Ronh dulu sebelum ke manusia sekarat itu.      

Ronh untungnya saja sudah menyingkir lebih dahulu atau dia akan diterjang makhluk besar yang hampir menyerupai Sabrina dan Noir secara ukuran.      

Dalam sekejap, serigala hitam itu menjepitkan rahang besarnya ke leher manusia tersebut hingga akhirnya si manusia sekarat benar-benar tidak lagi memiliki napas satu hela pun.     

Tidak cukup begitu saja. Setelah manusia itu mati, serigala hitam bernama Benn pun mengoyak dada kiri si manusia untuk mengambil jantungnya menggunakan moncong dia dan memakan bulat-bulat.      

Setelah semua itu dilakukan, serigala hitam menggeram dan mendengus pada Ronh di sampingnya sebelum dia kembali ke rekannya.      

"Wow, cukup brutal juga cara kalian mengurus manusia ini. Ck ck ck …" Ronh sampai geleng-geleng.     

"Itu cara kami untuk memberikan dia kematian yang cepat dan terhormat. Agar dia mati sebagai manusia, bukan sebagai penghisap darah." Serigala putih menjelaskan. "Dan kami memang harus lekas memakan jantungnya agar dia tidak lagi digunakan mereka untuk dibangkitkan."     

"Ahh … jadi begitu." Ronh naikkan dagunya dengan sikap paham. "Nah, sekarang giliran bisnis kita, kan?"     

"Baiklah." Serigala putih itu pun tiba-tiba merubah wujudnya menjadi sesosok manusia pria berumur sekitar 30 tahun. Ia telanjang namun tidak peduli dan hanya cukup memakai celana yang dikenakan manusia tadi untuk menutupi bagian intimnya.     

Bertelanjang dada dan kekar, jelmaan serigala putih itu mengulurkan tangan ke Ronh. "Perkenalkan, aku Zahar."     

Ronh membalas jabat tangan serigala putih Zahar dan menyahut, "Aku Ronh." Kemudian ia menarik tangannya lagi usai berjabat tangan.     

"Dia Enric dan itu Benn." Zahar menunjuk ke dua anak buahnya. Ronh hanya melambai singkat ke dua serigala lainnya.     

"Ayo kita keluar dari ruang pengap ini saja." Ronh hendak melangkah keluar ketika Zahar menahan langkahnya. "Ada apa?"     

"Kita harus lenyapkan mayat-mayat di dalam sel itu dulu, Tuan Ronh." Zahar menunjuk ke para penghuni sel perak.      

"Ohh, silahkan saja jika ingin mengurus mereka." Ronh menyingkir ke samping untuk membiarkan para serigala mengeksekusi para penghuni sel seperti yang sudah dilakukan pada manusia sekarat sebelumnya.      

Namun, para serigala malah terdiam saja tidak memiliki gerakan apapun ke sel tersebut.     

Ini cukup mengherankan bagi Ronh. "Kenapa? Bukankah kalian ingin mengurus mereka? Tentu agar mereka tidak berubah menjadi vampire, benar kan?"     

Zahar mengangguk. "Benar, Tuan Ronh. Namun, kami tidak bisa apa-apa jika begitu saja. Kami butuh bantuan Anda."     

"Bantuanku?" Ronh mengerutkan dahinya.     

"Ya. Tolong Tuan Ronh hancurkan atau bukakan pintu sel itu dan selanjutnya kami yang akan mengurus para mayat setengah jadi itu." Zahar berucap sopan.      

"Kenapa aku harus melakukan itu? Bukankah kalian kuat? Iya, kan?" Ronh masih tak paham kenapa harus dia yang membobol pintu sel? Serigala jadi-jadian itu tidak cukup kuat kah?     

"Karena itu terbuat dari perak!" Benn si serigala hitam mendengus kesal.      

"Kami tidak berdaya dengan perak murni, Tuan Ronh." Zahar menjelaskan dengan nada lebih membuat nyaman di telinga.     

"Ahh, begitu rupanya. Ternyata itu kelemahan kalian, para serigala." Ronh akhirnya paham kenapa penjara ini menggunakan perak murni pada kerangkengnya. Rupanya agar tidak disentuh para serigala seperti Zahar dan kawanannya. "Baiklah."     

Maka, dengan kekuatan angin saja, Ronh sudah berhasil mematahkan gembok perak yang melingkari batang perak di masing-masing sel.     

Melihat itu, para serigala hanya bisa berseru takjub dalam hati mereka. Ronh begitu kuat! Serigala hitam Benn menelan ludah. Andai dia tadi bertarung dengan Ronh, pasti si iblis itu hanya cukup jentikkan jari saja dan Benn pasti terpotong-potong jadi banyak bagian.     

"Silahkan saja lakukan tugas kalian." Ronh menyingkir dari tempatnya berdiri.     

Kedua serigala—Enric dan Benn—segera melompat dan mereka dengan cepat menerkam leher mayat dan kemudian memakan jantungnya.     

Ada beberapa mayat yang tiba-tiba saja hidup ketika leher mereka diterkam. Namun sudah terlambat, karena jepitan rahang Benn dan Enric sungguh tidak main-main.     

Dalam waktu tidak terlalu lama, kedua serigala telah melakukan tugas mereka. Benn dan Enric pun berjalan santai ke Zahar dan Ronh.      

"Nah, sudah bisa pergi, kan?" tanya Ronh.     

"Sudah. Ayo kita keluar, Tuan Ronh." Zahar berjalan bersisian dengan Ronh di depan.      

"Jadi, katakan padaku, apa kalian ini sebenarnya?" tanya Ronh sambil melangkah.     

"Kami disebut werewolf." Zahar menjawab.     

"Ohh, astaga! Ternyata werewolf itu bukan isapan jempol! Kalian nyata ada!" Ronh berlagak terkejut.      

"Tentu saja kami nyata!" dengus Benn, namun pelan, karena dia sudah melihat sendiri bagaimana kuatnya Ronh tadi.      

"Kami kerap datang ke sini, terutama ketika bulan purnama, untuk memeriksa apakah ada manusia yang dibawa ke ruang ini oleh para penghisap darah." Zahar menerangkan.      

"Harus di malam bulan purnama saja kalian bisa berubah wujud menjadi serigala?" Ronh jadi ingin tau.     

"Tidak. Kami bebas berubah kapanpun kami ingin, namun kekuatan kami bisa lebih maksimal selama ada bulan purnama." Zahar menjelaskan.     

"Lalu … kenapa kalian rutin mendatangi ruang bawah tanah itu? Hanya untuk membunuh manusia yang diserang strigoi?"     

"Hanya itu yang bisa kami lakukan agar populasi mereka tidak semakin bertambah banyak, Tuan Ronh."     

"Katakan padaku, apakah bangsa kalian, werewolf, bermusuhan dengan para vampire?"     

"Huh, mereka adalah musuh bebuyutan kami!" Benn mendengus.     

"Ohh, rupanya demikian. Mungkin sama dengan bangsaku dan Nephilim. Ha ha … ya, ya, semua orang memang memiliki musuh bebuyutan sendiri-sendiri."     

"Tuan Ronh, kenapa kau memburu Count Dracula?"     

"Itu … karena kami memiliki dendam dengan mereka, para vampire. Dan mereka juga yang lebih dahulu menyerang keluarga kami, sehingga kami harus bertindak dan memusnahkan kerajaan vampire di Kutub Selatan."     

"Astaga! Ternyata kelompok Tuan Ronh yang membasmi vampire di Kutub Selatan!" Enric tak bisa menahan takjubnya.      

"Apakah perbuatan kami itu termasuk hal yang populer bagi kalangan kalian?"     

"Sangat amat populer, Tuan Ronh!" Enric bersemangat menjawabnya. "Kami para werewolf bersuka cita begitu mendengar berita vampire Kutub Selatan dimusnahkan besar-besaran oleh iblis!'     

"Ha ha ha … aku tidak menyangka bahwa apa yang kami lakukan bisa menyenangkan bangsa lainnya."     

"Karena tugas kami di dunia ini memang untuk memerangi bangsa penghisap darah seperti vampire, Tuan Ronh."     

"Jadi … apakah Count Dracula ada di kastil ini?"     

Zahar menggeleng. "Dia sangat jarang datang ke sini karena dia memiliki kastil lainnya di tengah hutan yang sangat susah ditembus oleh kami."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.