Devil's Fruit (21+)

Melepaskan Mereka



Melepaskan Mereka

0Fruit 732: Melepaskan Mereka     

Myren dan Ronh membelalakkan mata selebar yang mereka bisa.      

"K-King adalah Count Dracula?!" Myren sampai hampir tersedak air liurnya sendiri. Kenyataan ini terlalu luar biasa untuk dirinya.     

"Aku tidak percaya!" Ronh menggeleng. "Dia sudah mati berabad-abad lalu! Dibunuh oleh orang-orang kesultanan Turki!"     

"Apakah kalian tidak mengetahui fakta bahwa tubuh Beliau menghilang dari kuburannya?!" Luca meraung marah karena keberadaan tuan yang dia puja diragukan.      

Pangeran Djanh melirik reaksi dari Luca. "Tidak, tidak mungkin itu adalah Count Dracula sendiri yang menjadi King. Mungkin kau salah orang, salah mengenali dia sebagai Count Dracula yang melegenda."     

"Ya, mungkin saja orang yang kalian sebut sebagai King itu hanya sosok yang mengaku-ngaku saja sebagai Count Dracula, seperti halnya siapa yang penjaga kastil itu?" Ronh sepertinya paham arah Pangeran Djanh dan menimpali.     

"Pavlo?" Myren mengerutkan dahinya.     

"Ya, itu dia! Pavlo! Mungkin saja itu hanya orang seperti Pavlo yang dengan pongahnya berkata bahwa dia adalah Count Dracula pada siapapun di kastil Bran, ya kan?" Ronh makin mengipasi Luca yang sudah menunjukkan raut marahnya.      

"Tidak! Dasar kalian iblis bodoh!" teriak Luca marah karena majikan yang dia puja masih saja diragukan.     

"Hei, hei, perhatikan ucapanmu atau aku bisa munculkan lagi peliharaanku untuk menyerang Boris. Oi, Boris, apakah daging spesial di selangkanganmu sudah tumbuh lagi?" Pangeran Djanh berseru sambil menengok ke Boris.     

Boris menatap benci ke Pangeran Djanh tanpa sudi menjawab sepatah kata pun.     

Sedangkan Luca, dia tau bahwa iblis seperti Pangeran Djanh ini memang bengis melebihi bangsa vampire seperti mereka, maka demi melindungi semua rekan dia, ia pun menunduk sebentar sebelum mulai bicara dengan lebih tenang. "Yang Mulia King memang nyata adalah Count Dracula."     

"Darimana kau yakin dia adalah Count Dracula?" Revka ikut bertanya di sebelah suaminya.      

"Karena leluhur tua vampire yang menjadikan dia menjadi vampire kuat." Luca menjawab ucapan Revka, tidak ada lagi nada penuh benci seperti sebelumnya karena memikirkan nasib rekan-rekan dia.      

"Leluhur tua?" Myren menyahut. "Apakah itu yang ada di Benua Antartika Kutub Selatan?"     

"Ya, benar. Great Emperor memang ada di sana." Luca mengangguk.      

"Apakah yang kau sebut Great Emperor itu adalah termasuk tetua vampire di Kerajaan Kutub Selatan?" Kali ini King Zardakh ikut bertanya.      

Luca menggeleng. "Bukan. Beliau adalah sosok yang sangat tua dan merupakan kelompok super elit dari bangsa vampire. Great Emperor termasuk golongan pioneer di ras vampire."     

"Pioneer?" ulang Pangeran Djanh. "Berarti, bisa saja dia berusia puluhan ribu tahun atau bahkan ratusan ribu tahun?"     

"Dikatakan memang begitu." Luca mengangguk lagi. "Dia satu-satunya vampire tertua di dunia.��     

"Lalu, kalau Great Emperor bukan tetua vampire di Kutub Selatan, lantas di mana dia berada?" King Zardakh ingin mengejar hal ini.     

Sekarang Luca menggeleng. "Kami tidak ada yang tau sebenarnya Beliau ada di mana. Beliau sering berkelana di dunia manusia, dan dia terkadang tidak lagi terlalu peduli pada generasi kini ras vampire."     

King Zardakh mengerutkan dahinya. Dia diam setelah ini.     

"Baiklah. Jadi … Count Dracula diambil dari kuburannya oleh Great Emperor dan diubah menjadi vampire oleh dia juga?" Myren ingin mengonfirmasi ini.     

"Ya. Itu yang aku dengar."     

"Hei, apa kau hanya sekedar mendengar saja dari rumor?"     

"Aku mengatakan sebenarnya! Ini sudah menjadi rahasia umum bagi bangsa kami! Wajar saja jika aku hanya mendengar kisah ini secara turun temurun karena aku baru berusia tujuh ratus tahun lebih!"     

"Oke, oke, jadi … kau mengklaim bahwa orang yang kau ikuti adalah King, alias Count Dracula. Benar?"     

"Ya."     

"Apa jabatanmu di kelompok Count Dracula?"     

"Aku adalah asisten pribadi Beliau. Aku memang paling muda di antara mereka semua, Cezar, Boris, dan Petra. Mereka sudah berusia ribuan tahun."      

"Bagaimana tampang Count Dracula?"     

"Seperti dia apa adanya. Tidak berubah, hanya lebih tampan dari yang banyak digambarkan orang-orang."     

Myren mengangguk-angguk. "Berarti dia persis seperti yang dilukisan yang ada di kastil Bran."      

"Lebih tampan," imbuh Ronh. "jangan lupakan itu."     

Myren memutar bola matanya. "Oke, dan lebih tampan. Kau puas?" tanyanya pada sang suami.     

Ronh terbahak sejenak sebelum dia kembali bertanya ke Luca. "Lalu, ada di mana King alias Count Dracula itu?"      

Luca terdiam sebentar sambil menatap satu demi satu rekan dia yang terkurung pada masing-masing alat para iblis, seolah dia sedang melakukan telepati dengan mereka semua.      

"Cepat katakan." Pangeran Djanh mulai memutar-mutar gelembung berisi Boris di dalamnya hingga tubuh si vampire itu berguling-guling seolah mainan saja.     

"Beliau … ummhh … King ada di … Bucharest." Luca menatap tajam satu demi satu iblis yang menangkap dia dan ketiga rekannya.      

"Hei, dia sudah mengatakan semua yang kalian ingin tau, cepat bebaskan kami!" teriak Petra dari dalam Kristal milik King Zardakh.      

"Ya, benar!" Luca ikut berseru. "Kalian sudah berjanji akan melepaskan kami setelah aku memberitahu kalian mengenai King!"     

"Haahh … baiklah … "King Zardakh menatap ke Pangeran Djanh dan yang lainnya lalu mereka pun bersama-sama melepaskan semua tawanan yang mereka miliki.      

Keempat vampire terkejut bukan main karena para iblis malah melepaskan belenggu dan penjara bagi mereka, namun itu sama juga menjatuhkan mereka ke lautan magma cair di bawah sana.      

Sementara untuk melakukan gerakan cepat bagai kilat andalan para vampire, mereka tidak berhasil, karena medan aneh di tempat ini yang bagaikan melemahkan mereka.     

"Kalian!!! Terkutuk kalian semua!!!" teriak Luca sambil dia meluncur ke bawah dengan tubuh menghadap ke atas sambil menatap penuh kesumat pada semua iblis yang menyeringai di atas sana.      

"Kau sudah kami lepaskan sesuai kemauanmu, masih saja tidak puas. Dasar vampire rakus!" Pangeran Djanh terbahak keras.     

"Kau berharap kami mempercayai King-mu itu ada di Bucharest? Mimpi saja!" King Zardakh menambahkan.      

Satu demi satu vampire itu pun tercebur ke lautan magma cair yang menggelegak bagai lautan berombak saja, diiringi raungan penuh kebencian dan makian para vampire sebelum tubuh mereka dilahap magma merah membara.     

Usai menyaksikan para vampire itu terjun bebas ke lautan magma, King Zardakh dan yang lainnya pun tersenyum puas dan keluar dari alam tersebut. Ia kemudian menyimpan mutiara warna merah darah tadi.     

"Nah, menurut kalian, apakah benar King adalah Count Dracula?" tanya King Zardakh sambil membenarkan rambut panjang dan lurus dia sepanjang punggung. Jangan bayangkan dia feminim dengan penampilan itu, karena dia sebenarnya lebih mirip preman gothic tinggi besar seperti yang biasa ada di Eropa.      

"Sepertinya, yang itu dia memang jujur."     

"Ya, karena dia tampak tidak terima ketika kita meragukan ucapannya, bahkan dia kesal ketika kita meremehkan Count Dracula."     

"Oke, kita sampaikan pada yang lain temuan informasi ini."     

Dan mereka pun sepakat berpencar ke arah masing-masing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.