Devil's Fruit (21+)

Menguak Identitas King



Menguak Identitas King

0Fruit 731: Menguak Identitas King     

Cezar yang buta pun hanya bisa mendongakkan kepalanya, mencari-cari asal suara dari rekannya.      

"Arrgkhh!!!" Dengan segera, terdengarlah suara teriakan rekan yang tadi berteriak ke Cezar.      

"Boris!!!" teriak Cezar. "Apa yang kalian lakukan pada Boris?!" raung Cezar kalut karena dia tidak bisa melihat apa yang tengah terjadi pada Boris, rekannya.      

Terdengar suara napas tersengal-sengal dari vampire yang bernama Boris. Lalu … "Arrkkhhh! Sialan! Arrghhh!"      

Sementara itu, Pangeran Djanh terkekeh senang melihat betapa Boris meraung kesakitan ketika tadi dia memasukkan monster kecil dia untuk menggigiti daging Boris.      

Boris tidak bisa lari lebih jauh dari monster ganas yang berwujud mirip peri mungil namun wajahnya mengerikan dengan deretan gigi panjang, runcing, dan rapat … siap mengunyah daging apapun yang ada di dekatnya, termasuk Boris.      

Vampir itu tak bisa menghindari kejaran monster peri mungil ganas yang merangkak mengejar dirinya. Ia hanya bisa berputar-putar saja dalam gelembung milik Pangeran Djanh.      

Pangeran Djanh sampai tertawa terbahak-bahak melihat adegan di dalam gelembung kehitaman ciptaan dia. "Ha ha ha! Lihat, mainan baruku sangat menggemaskan! Ha ha ha!"     

"Lepaskan dia! Lepaskan dia!" teriak Cezar ketika dia terus saja mendengar raungan kesakitan dari Boris. Hubungan dia dan Boris memang dekat sejak kecil.      

"Sekarang kau bisa memilih, temanmu atau King!" Myren membentak.      

"Boris! Boris!!!" Cezar terus memanggil nama sahabatnya.      

Sedangkan Boris sedang sibuk mengelak dan menjauhkan monster peri ganas haus darah dari tubuhnya. Daging pada pahanya sudah terkoyak. Begitu juga di salah satu lengannya.      

Namun, monster mungil itu tidak menggigit kepala atau dada kiri si vampire, seakan dia tau bahwa dua tempat itu tidak boleh dijamah. Sudah pasti ini sudah diperintahkan oleh Pangeran Djanh sebagai pemilik.     

Sementara di gelembung itu masih terjadi kejar-kejaran tidak adil bagi Boris, rekan vampire lainnya terus mengutuk Pangeran Djanh.      

Makian para vampire itu justru mengakibatkan tawa keras Pangeran Djanh. "Kalau kalian ingin merasakan seperti Boris ini, katakan saja, aku dengan senang hati akan memberikan binatang imutku yang menggemaskan pada kalian!"     

Bahkan Myren dan Ronh saja bergidik ngeri melihat keganasan makhluk aneh yang mirip peri mungil namun sangat berbeda dengan yang dinamakan peri.      

Saat ini, banyak daging di tubuh Boris sudah tercabik-cabik dan tentu saja keadaannya sudah sangat mengenaskan. Hanya kepala dan dada kirinya saja yang tidak disasar gigi bagai belati makhluk itu.      

Begitu pula ketika makhluk itu menyasar ke selangkangan Boris, tidak perlu dijabarkan lagi bagaimana jeritan sang vampire ketika benda kebanggaan dia digigit dan dikoyak.      

Meskipun tubuh para vampire memiliki sistem regenerasi yang cukup cepat dibandingkan manusia normal, namun tetap saja proses tercabiknya daging sangatlah menyakitkan.      

"Boris! Cukup! Cukup!" Salah satu vampire sampai berseru sekeras yang dia mampu. "Aku akan bicara! Aku akan bicara!" Matanya sudah basah bercucuran air mata melihat selangkangan Boris sudah porak poranda dan makhluk itu sedang mengunyah yang baru saja dia dapatkan dari sana.     

Myren menatap jijik adegan itu, sedangkan Ronh menelan ludah seraya merasa ngilu dalam benaknya, berharap dirinya tidak pernah mengalami seperti apa yang terjadi pada Boris baru saja.     

"Luca!" teriak rekannya yang lain. Ia menggeleng pada yang bernama Luca.      

"Apa kau bisa menyaksikan monster brengsek itu mengoyak selangkangan Boris? Kau bisa melihat itu tanpa merasa apapun?" Vampir bernama Luca itu pun menatap tajam rekannya sambil matanya telah basah.     

Meski Luca tidak seakrab itu dengan Boris, namun dia tetap saja tidak tega melihat rekan satu kelompok dia menderita hingga batas terkejam yang bisa dia lihat.      

Vampir memang makhluk yang juga bisa kejam pada korbannya, namun mereka tidak berbuat terlalu kejam pada mangsanya. Biasanya mereka hanya cukup menghisap darah korban hingga habis saja di leher sang korban.      

Dan jika vampire ingin menjadikan manusia menjadi pengikutnya, maka mereka akan menculik korban mereka untuk dibawa ke sebuah tempat terpencil, dihisap darahnya hingga nyaris habis dan manusianya mati.     

Setelah itu, mereka akan menunggu selama 24 jam untuk menunggu sang korban "bangkit" dari kematian mereka. Jika perwujudan baru mereka menjadi lebih mempesona, maka mereka berhasil menjadi vampire.     

Namun, jika mayat hidup itu berubah menjadi seperti monster, maka itu disebut Strigoi. Dengan kata lain, Strigoi biasanya dijadikan bawahan dan budak bagi para vampire.     

Itu karena Strigoi lebih buas dan kurang terkendali saat mencari mangsa.      

Di antara para Strigoi, hanya Pavlo seorang Strigoi yang paling kuat dan bisa mengendalikan dirinya serta bisa mengubah dirinya mirip manusia normal.     

Oleh karena itu, para vampire membiarkan Pavlo bekerja menjadi penjaga Kastil Bran dan mencari mangsa di sana, karena dirasa bahwa Pavlo lebih bisa diandalkan dibandingkan para Strigoi lainnya yang lebih beringas.     

Dan Pavlo paling senang berperan bagaikan Count Dracula. Dia memuja tokoh legenda tersebut.      

Nah, lupakan mengenai Pavlo dan kembali melihat bagaimana mata Pangeran Djanh bersinar senang karena ada vampire yang akhirnya bersedia bicara.      

Memang, sebuah interogasi memang lebih efektif jika dilakukan bersama-sama dengan tersangka lainnya. Dengan memanfaatkan persahabatan atau hubungan baik mereka, tentu akan lebih muda memaksa mereka bicara melalui penyiksaan pada teman baik mereka.      

Mungkin mereka tidak begitu peduli dengan nyawa mereka sendiri, namun tidak demikian jika itu menyangkut teman baik mereka.      

Dan penyiksaan psikologi ini sangat dipahami Pangeran Djanh. "Nah … Luca, ayo kita mulai bicara agar teman-temanmu bisa lekas selamat dari segala rasa sakit." Ia segera lambaikan tangan agar monster kecil miliknya menghilang dari dalam gelembung dan Boris bisa menghela napas lega.      

"Luca!"     

"Luca, jangan!"     

"Luca, kami tidak masalah jika mati!"     

Luca masih tetap tertunduk sebelum dia akhirnya menaikkan wajahnya dan mulai bicara, "King …"     

"Hentikan, Luca!"     

Wuzz! Segera saja Pangeran Djanh mengibaskan tangannya pada vampire yang bersuara untuk menginterupsi Luca. Vampir itu mendelik karena kehilangan pita suaranya. Dia benar-benar tidak bisa mengeluarkan suara apapun.      

"Kalau kalian masih ingin bisa menyanyi dengan indah, maka jangan mengganggu Luca bicara." Pangeran Djanh memberikan ultimatum sambil menatap tiga vampire lainnya.     

Vampir yang baru saja dibisukan oleh Pangeran Djanh bernama Petra, dan dia hanya bisa pasrah di kurungan tali milik Ronh.      

"Lanjutkan, Luca." Pangeran Djanh memberi waktu dan kesempatan pada vampire Luca untuk memulai apa yang akan dia katakan.      

Menelan ludah sekali, Luca pun berbicara, "King … dia berada di pemilik asli dari Kastil Bran."     

"Heh? Pemilik Kastil Bran? Bukankah itu … manusia biasa?" tanya Myren karena dia sudah menyelidiki siapa pemilik Kastil Bran yang terkenal tersebut.      

Luca menggeleng. "Dia hanya topeng untuk King. Pemilik sebenarnya adalah King, Count Dracula itu sendiri."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.